icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
My Hot and Cool CEO

My Hot and Cool CEO

icon
Bab 1
Prolog
Jumlah Kata:1097    |    Dirilis Pada: 22/06/2022

Nikmat Tiada Tara

Axel menggerakkan kedua tangannya maju mundur di batang kenikmatannya yang sedang mengeras dan berotot sempurna. Hasratnya semakin menggila, tapi usaha lelaki itu tak kunjung mendapatkan titik puncaknya. Keringat dingin semakin membanjiri tubuh atletisnya yang terasa sangat menggelora. Sungguh, ia begitu mendamba. Benda kokoh nan panjang itu membutuhkan benda lain yang lebih lembut dari tangan kekarnya.

Tiba-tiba sepasang tangan lentik menyentuh kedua tangan Axel dari belakang. Tentu saja lelaki tampan itu terkejut dan menghentikan gerakannya sesaat. Sebab, dia pikir hanya ada dia di toilet Lounge ini.

"Butuh bantuan, Tuan?" ujarnya dengan nada lembut dan menggoda. Tanpa Axel sadari kedua tangannya sudah digantikan oleh tangan lentik itu.

"Aahhh…." Tak terasa Axel mendesah saat kulit batangnya yang begitu sensitif itu diurut oleh tangan hangat si wanita dengan lembut. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Karena sedetik kemudian wanita tadi menghentikan gerakannya. Axel berniat untuk melayangkan protes. Hanya saja belum sempat ia mengucapkan sepatah kata. Tubuhnya mendadak diputar seratus delapan puluh derajat. Sehingga mereka kini saling berhadapan.

Gadis itu tersenyum menggoda saat bertemu pandang dengan mata sayu Axel yang terlihat penuh kebingungan tapi butuh kepuasan. Lalu perlahan ia menurunkan badannya. Sampai di depan batang yang sedang tegak menjulang itu ia berhenti. Tangannya kembali menggenggam benda itu. Kemudian tanpa sungkan ia mulai mengulumnya bak anak kecil yang memakan es lilin.

Perasaan Axel langsung terbang ke angkasa raya. Kepalanya mendongak dengan mata yang merem-melek tak beraturan. Bibirnya tak bisa menahan desahan demi desahan nikmat yang baru dirasakannya. Kedua tangan Axel terangkat dan menggenggam ujung atas cermin besar di depannya. Ia mengempiskan perutnya yang rata agar memperkuat otot batangnya. Desiran darahnya yang menggebu-gebu mengantarkan gejolak asmara yang bertumpu pada satu titik dalam jiwanya. Hasratnya menuntut lebih.

Tak berselang lama, lelaki yang masih menggunakan jas hitam, kemeja abu-abu dan celana bahan yang sudah melorot hingga mata kaki itu merasa sudah tak tahan lagi. Axel memegang kepala gadis itu. Tentu saja hal itu membuat gerakan gadis tadi langsung berhenti begitu saja. Ia melayangkan tatapan penuh tanda tanya tanpa melepas es krim daging yang sedang dinikmatinya. Axel tak memberikan jawaban. Hanya saja ia mengangkat kedua pundak gadis itu pelan-pelan.

Entah mendapat bisikan dari mana. Axel langsung mencium bibir gadis itu dengan penuh gairah. Tak mau kalah dengan Axel. Sang gadis pun membalas setiap cumbuan Axel dengan seimbang. Mereka saling mencium, memagut dan menyedot satu sama lain.

Tangan Axel mulai melucuti seragam waitress yang dipakai si gadis tanpa melepaskan ciumannya. Sementara si gadis sesekali mengalungkan tangannya di leher Axel dengan manja. Axel menurunkan ciumannya. Karena mulai bosan. Ia mengekspos setiap inci leher gadis itu dengan cumbuan.

Tak bisa dipungkiri bibir si gadis pun terus berdesis seperti ular. Badannya juga mulai meliuk-liuk seperti penari perut tatkala tangan kekar Axel mulai menjelajahi tubuh idealnya. Kedua bukit kembar si gadis pun menjadi tempat pendaratan bibir Axel selanjutnya. Dengan ganas dan penuh nafsu ia memainkan kedua gunung daging itu secara bergantian. Bulatan di puncak gunung semakin mengeras. Membuat Axel semakin bersemangat menyedotnya. Ia tampak seperti seorang bayi raksasa yang sudah lama ia tidak menyusu ibunya. Makanya dengan rakus Axel terus menyedot kedua benda itu secara bergantian.

Tangan nakal Axel mulai menyusup ke dalam rok ketat wanita itu yang setinggi lutut. Jemarinya menyibakkan rimbunnya rambut-rambut halus yang menutupi goa kenikmatan si gadis.

"Ahhh…." Si gadis tak bisa menahan desahan yang keluar dari mulutnya. Ketika jari tengah Axel menggosok kacang di mulut goanya yang sudah dibanjiri cairan cinta. Hasrat Axel semakin menggila. Ia mendorong tubuh gadis itu hingga punggungnya menempel ke dinding. Lalu setelah berhasil menanggalkan sisa-sisa pakaian wanita itu. Axel langsung mengarahkan batangnya masuk ke dalam goa.

"Ahhh…. Sakith!" Gadis itu merintih sambil menahan perut Axel yang kotak-kotak. Axel mengurangi kecepatan sodokkannya. Hingga saat si gadis mulai tenang, ia kembali menyodok dengan kekuatan penuh. Tak ayal ujung batangnya pun berhasil menembus benteng kesucian gadis itu.

Tes!

Entah karena menyesal pada dirinya sendiri atau karena menahan sakit yang teramat sangat di goanya yang kini mengeluarkan darah segar. Gadis itu mengeluarkan air mata. Axel yang sesaat menghentikan gerakannya menatap wajah sayu gadis itu.

'Cantik,' batinnya memuji. Kemudian Axel menghapus air mata gadis itu dengan cumbuannya. Ia mencium kedua mata gadis itu secara bergantian. Lalu sedikit demi sedikit ia menurunkan ciumannya. Sampai di depan bibir ia kembali memagutnya. Tak disangka si gadis yang sudah kembali on pun membalas setiap gerakan bibir Axel. Seakan memberinya sinyal jika dia sudah siap melanjutkan pertempuran penuh kenikmatan mereka. Hal itu membuat Axel semakin bergairah untuk memompa batangnya. Mulai dari ritme pelan hingga cepat.

Sesekali bibir kedua mendesis nikmat. Sembari terus memainkan lidah mereka yang saling melilit satu sama lain. Di bawahnya satu tangan nakal Axel tak mau diam. Dengan aktif tangan itu meremas dan memilin puncak gunung gadis tersebut dengan gemas. Sementara satu tangan yang lain menyangga paha gadis itu untuk mempermudah batangnya menyodok goa itu dengan bertubi-tubi. Sungguh, Axel tak mau melewatkan satu kenikmatan pun pada tubuh gadis ini. Apalagi goanya terasa sangat sempit dan otot-ototnya yang sedang mengeras menyedot serta memijat batang Axel dengan cukup kuat. Sehingga Axel semakin merasakan nikmat dunia yang tiada duanya.

Tak lama berselang Axel yang kembali bosan dengan posisi itu, segera mencabut batangnya. Tanpa memberi jeda pada si gadis untuk beristirahat sejenak. Ia segera membalik badan gadis itu hingga menghadap ke dinding. Gadis itu hanya menurut saja. Tapi, bibirnya mendesah hebat saat menyambut batang Axel yang kembali masuk dari belakang. Sebenarnya, Axel baru pertama kali melakukan ini. Namun, naluri laki-lakinya terus menuntun lelaki itu mencapai tingkat tertinggi kepuasannya.

Axel kembali menggerakkan pinggulnya maju mundur. Berawal dari ritme pelan, sedang hingga dengan kecepatan penuh. Sungguh, ia tak bisa menahannya lebih lama lagi. Sesuatu di dalam batangnya memaksa untuk keluar. Axel semakin memacu adrenalinnya. Semakin cepat, cepat, cepat dan….

"Aaahhhh!!" Kedua insan itu melenguh panjang bersama. Tatkala semburan magma putih kental menyembur dari pusat kenikmatan masing-masing. Axel yang kelelahan meletakkan kepalanya di pundak gadis itu sambil memeluknya dari belakang dengan erat. Sedang di depannya, kedua tangan si gadis tampak mencengkram dinding dengan kepala yang menempel pada marmer itu. Matanya pun tampak terpejam. Di bawah sana keduanya masih menikmati kedutan-kedutan kecil yang menjadi sisa-sisa kenikmatan mereka.

Setelah sadar gadis itu segera melepaskan pelukan Axel. Ia mendorong tubuh lelaki itu hingga terduduk di toilet duduk. Lalu meraih seragam pelayannya yang berserakan di lantai sebelum pergi.

"Tunggu!" cegah Axel saat gadis itu melewati pintu. Si gadis pun hanya menoleh sekilas kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan Axel seorang diri. Axel berniat mengejarnya, tapi ia baru sadar jika pakaiannya belum terpasang benar. Axel segera menaikkan celananya, hingga tak sengaja ia menemukan sebuah tanda nama yang terjatuh di lantai. Axel segera memungutnya. "Camelia," gumamnya membaca tulisan pada benda itu.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Prolog2 Bab 2 Tak Mau Dijodohkan3 Bab 3 Digoda Lelaki Hidung Belang4 Bab 4 One Stand Night 5 Bab 5 Pulang Bareng Pujaan 6 Bab 6 Ketika Axel Jatuh Cinta 7 Bab 7 Tak Mengenal Kata Penolakan 8 Bab 8 Dekati Ayahnya untuk Dapatkan Anaknya 9 Bab 9 Godaan Sang CEO10 Bab 10 Dijemput CEO Tukang Maksa11 Bab 11 Sip Gosip!12 Bab 12 Cemberutmu Menggemaskan 13 Bab 13 Mencari Model Pengganti 14 Bab 14 Menang Lelang 15 Bab 15 Siapa Laki-laki Itu16 Bab 16 Siapa Lelaki yang Menjemput Mel 17 Bab 17 Kita Nggak Pacaran 18 Bab 18 Dapat Bos Baru19 Bab 19 Tugas Melayani Axel20 Bab 20 Axel si Bayi Besar21 Bab 21 Aku Tak Kuat22 Bab 22 Sunandar Masuk Rumah Sakit23 Bab 23 Hari yang Sangat Berat 24 Bab 24 Mendapatkan Pekerjaan Baru25 Bab 25 Menikah untuk Bayar Hutang 26 Bab 26 Untung Bertemu Kamu 27 Bab 27 Terjebak Permainan Axel 28 Bab 28 Menjadi Istri dan Aspri Axel29 Bab 29 Kau yang Menakjubkan 30 Bab 30 Bersamamu yang Mempesona 31 Bab 31 Bertemu Xavier 32 Bab 32 Menikah dengan Axel33 Bab 33 Dasar si Maniak 34 Bab 34 Happy Wedding Day 35 Bab 35 Menjadi Istri Axel36 Bab 36 Menikah Setelah Tertangkap Basah 37 Bab 37 Adegan Malam Pertama 38 Bab 38 Gagal di Malam Pertama Pagi pun Jadi39 Bab 39 Bertemu Milly40 Bab 40 Urusan Ranjang41 Bab 41 Lima puluh Jam Bersamamu 42 Bab 42 Masalah Baru43 Bab 43 Mencari Jalan Keluar44 Bab 44 Pergi Ke Jepang 45 Bab 45 Menemui Mr. Hiroshi 46 Bab 46 Ide Brilian Mel47 Bab 47 Malam Basah Penuh Gairah 48 Bab 48 Gara-Gara Lembur Malam49 Bab 49 Hanami Terindah Bersamamu50 Bab 50 Tak Kusangka51 Bab 51 Jangan Lakukan Itu 52 Bab 52 Axel Si Pencemburu 53 Bab 53 Terlalu Posesif54 Bab 54 Jangan Berpaling Dariku55 Bab 55 Kedatangan Ezio56 Bab 56 Perta Tak Terduga57 Bab 57 Perjanjian Konyol Camelia 58 Bab 58 Niat Licik Axel59 Bab 59 Hanya Aku Dihatimu60 Bab 60 Si Keturunan Kaya61 Bab 61 Hargai Orang Lain62 Bab 62 Bus Penuh yang Mendekatkan Cinta63 Bab 63 Tak Pernah Kuduga64 Bab 64 Dia Istriku 65 Bab 65 Aku Cemburu 66 Bab 66 Hanya Ingin Bersamamu 67 Bab 67 Hanya Kamu yang Kumau68 Bab 68 Tak Mau Jauh Darimu69 Bab 69 Malu Setengah Mati 70 Bab 70 Siapa Pacar Arya71 Bab 71 Gara-gara Borgol72 Bab 72 Di Rooftop Rumah 73 Bab 73 Tak Seperti Rencana 74 Bab 74 Kedatangan Orang Ketiga75 Bab 75 Pura-pura Jadi Pacar Ezio76 Bab 76 Kau Hanya Milikku Seutuhnya 77 Bab 77 Kau Memang Berbeda, Mel78 Bab 78 Kembali ke Masa Kecil 79 Bab 79 Kenyataan Pahit 80 Bab 80 Gagal Total 81 Bab 81 Tak Pernah Terbayangkan 82 Bab 82 Hari Sempurna atau Hari Menderita 83 Bab 83 Sakit ini Lebih dari Sakit 84 Bab 84 Tak Mungkin 85 Bab 85 Kenapa Begini86 Bab 86 Hanya Pemuas Nafsu 87 Bab 87 Jangan Seperti Itu88 Bab 88 Hatiku Hancur 89 Bab 89 Tak Seperti yang Dibayangkan 90 Bab 90 Luka Dalam yang Sangat Dalam91 Bab 91 Penggalan Memori yang Menyakitkan 92 Bab 92 Mel Menghilang 93 Bab 93 Entah Siapa yang Salah94 Bab 94 Akhirnya Menemukanmu95 Bab 95 Super Hot Private Jet 96 Bab 96 Bertemu Sunandar 97 Bab 97 Badai Pasti Berlalu98 Bab 98 Apa Hubungan Kalian Sebenarnya 99 Bab 99 Selamat Pagi, Sayang100 Bab 100 Ada Apa Sama Loe