"Perkenalkan saya Camelia. Saya yang bertugas untuk melayani Bapak disini. Dan sekarang, saya mengantar makanan yang tadi Bapak pesan," ujar Camelia sambil sedikit membungkukkan badannya. Lelaki itu pun memutar kursi yang didudukinya hingga Camelia bisa melihat wajahnya. Seketika Camelia pun terkejut. Kedua matanya membulat sempurna.

"Saya akan menerima pelayanan anda dengan senang hati, Camelia," ujar Axel. Lelaki itu.

"E… elo. Ngapain loe disini? Bukannya tadi loe udah pergi ya?" ujar Mel heran.

"Suka-suka gue dong. Tempat ini kan resmi jadi milik gue. Dan itu artinya loe adalah bawahan gue sekarang," ujar Axel penuh penekanan.

"Nggak. Nggak. Ini nggak mungkin. Loe pasti bercanda, kan?" Axel beranjak dari duduknya. Lalu perlahan ia berjalan mendekati Mel. Reflek Mel pun langsung melangkah mundur. Menghindar.

"Buat apa gue harus bercanda. Loe pikir uang yang gue keluarkan untuk membeli Lounge ini sedikit?" Axel terus berjalan mendekati Mel hingga akhirnya Mel terjatuh ke kursi di belakangnya.

"Tapi, kenapa harus Lounge ini? Kan loe bisa beli bisnis lainnya. Bisnis ritel kek, properti kek. Apapun itu yang penting jangan Lounge ini!" cerocos Mel.

"Memang kenapa kalau gue beli Lounge ini?" tanya Axel sambil mengunci tubuh dan pandangan Mel. Kedua tangannya sengaja bertumpu di sandaran tangan kursi yang diduduki Mel. Sementara tatapan mata elangnya terus mengarah pada manik mata Mel yang mulai terhipnotis.

Gluk!

Mel merasa kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri. Ia pun mengerjapkan matanya dengan cepat untuk mengusir pengaruh dari tatapan sendu lelaki itu yang begitu menenangkan.