icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 9
Godaan Sang CEO
Jumlah Kata:1282    |    Dirilis Pada: 29/06/2022

Malam ini Mel datang ke tempat kerjanya dengan terus berlari. Ojek langganannya tiba-tiba tak bisa mengantar Mel karena bannya bocor. Mau tidak mau Mel pun harus berjalan kaki dengan secepat mungkin untuk sampai ke StarLight Lounge. Tentunya, jam segini sudah tidak ada angkot. Sedangkan uang Mel tidak cukup untuk membayar ongkos taksi.

Hosh. Hosh. Hosh. Nafas Mel terengah-engah. Saat ia memutuskan berhenti sesaat untuk mengambil nafas sambil memulihkan sebagian energinya. Namun, hal itu benar-benar tidak berlangsung lama. Mel harus kembali berlari agar ia tidak terlambat masuk kerja. Untungnya dia selalu berangkat lebih awal dibandingkan jam masuk shiftnya. Jadi, dia masih punya cukup waktu untuk berlari sekencang mungkin.

Empat puluh menit kemudian pandangan mata Mel sudah dapat menangkap gedung tempat ia bekerja. Mel pun tersenyum, lalu ia mempercepat langkahnya agar cepat sampai di gedung empat lantai yang diisi dengan empat jenis usaha berbeda itu. Gedung StarLight group memang terdiri dari StarLight Resto di lantai pertama, StarLight Gym di lantai kedua, StarLight Bar di lantai ketiga, dan di bagian Rooftop yang dibuat sebagian tertutup sebagian lagi terbuka diisi dengan StarLight Lounge untuk sekedar para muda-mudi nongkrong atau pertemuan bisnis. Gedung ini buka dua puluh empat jam, kecuali bagian resto dan gym. Makanya, shift masuk kerja Mel selalu diangka sepuluh malam. Karena dia harus bekerja sampai pagi.

Hosh. Hosh. Hosh. Mel menghentikan langkahnya sejenak. Sungguh, sebenarnya ia sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Namun, jam yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul sepuluh tepat. Padahal, benda itu sudah dipercepat beberapa menit agar Mel masih punya waktu untuk bersiap-siap seperti biasanya. Mel mengangkat badannya lagi, kemudian menyeka keringat yang mengucur deras di keningnya.

'Ayo, Mel! Loe pasti bisa. Langkah loe udah hampir sampai. Semangat, Mel! Jalan yang loe lalui sudah lebih jauh dari yang akan loe lalui. Jadi, tetaplah bersemangat,' ujar batin Mel menyemangati dirinya sendiri. Sembari terus menatap gedung mewah yang berdiri di depan matanya itu. Mel segera menegakkan badannya lagi. Kemudian dengan sisa-sisa tenaganya ia berlari menuju tempatnya bekerja di lantai paling atas.

Sampai di sana ia berpapasan dengan Selvi yang baru saja keluar dari dalam ruang ganti karyawan.

"Mel. Tumben loe baru sampai?" tanya gadis itu dengan kening yang berkerut sempurna.

"Ceritanya panjang. Gue harus ganti baju dulu sebelum Pak Pras sadar gue terlambat," ujar Mel sambil berusaha mengatur nafasnya. Ia segera melewati Selvi dan segera menuju lokernya.

"Mel. Pakai pakaian lengkap loe! Hari ini ada pemeriksaan!" teriak Selvi saat melihat Mel masuk ke dalam ruang ganti. Meskipun Mel tak menjawab, tapi ia mendengar suara cempreng temannya itu. Dengan cepat ia segera melucuti pakaian luarnya. Kemudian menggantinya dengan seragam waitress khas tempat itu. Tak lupa ia juga segera mencuci muka agar lebih mudah dipoles. Setelah wajahnya tampak fresh dengan riasan natural. Mel pun memindahkan tangannya ke rambut Mel yang lurus sepunggung. Mel membuka kuncir rambutnya, menyisirnya dengan cepat, kemudian menggelungnya ke belakang kepala agar terlihat rapi. Mel mengawasi seragamnya sesaat. Lalu matanya terbelalak saat tak menemukan tag name terpasang di bagian dada kirinya. Mel keluar dari ruangan itu, lalu membuka pintu lokernya lagi. Mel mengobrak-abrik ruang sempit itu sambil terus berharap benda sebesar jari telunjuknya itu bisa ia temukan. Namun, nihil. Ia benar-benar tidak menemukan benda itu disana.

"Aduh. Dimana ya tag name gue? Mana sekarang ada pemeriksaan lagi. Ayolah, come on! Gue mohon ketemu," gumam Mel sambil terus mencari.

"Ini kan yang loe cari?" ujar seorang pria di belakang Mel sambil menunjukkan tag name Mel di depan wajahnya. Mel tersenyum lebar seketika.

"Iya, bener. Thanks ya loe udah nemuin tag name gue." Mel mengucapkan hal itu dengan tulus. Sayangnya, saat ia hendak meraih benda itu dari tangan kekar si lelaki. Tiba-tiba lelaki itu menarik tangannya terlebih dahulu. Mel pun merasa geram. Ia segera balik badan dan betapa terkejutnya ia saat melihat sosok Axel ada di belakangnya. "Elo lagi. Elo lagi. Ngapain sih loe ada dimana-mana?!" kata Mel kesal.

"Mungkin karena kita sudah ditakdirkan bertemu," jawab Axel ngelantur.

"Nggak usah ngelawak lagi ya. Gue bener-bener lagi dalam keadaan genting sekarang. Jadi, kembaliin benda itu sini!" bentak Mel. Bukannya menyerahkan apa yang Mel minta Axel malah tersenyum geli sambil terus menatap gadis itu. Ia berjalan mendekat hingga Mel harus mundur dua langkah.

Brakkk!

Punggung Mel menabrak pintu lokernya yang masih terbuka.

"Mau ngapain loe?" tanya Mel was-was. "Mundur nggak?! Kalau enggak gue teriak!" ancamnya. Bukannya mengindahkan peringatan Mel, Axel malah meletakkan kedua tangannya di samping tubuh Mel. Mengunci.

"Teriak aja. Nggak akan ada yang dateng juga kok. Hahaha." Axel tertawa licik.

"Maksud loe apa?" Kening Mel berkerut sempurna mendengar hal itu.

"Gue udah booking seluruh tempat ini dan meminta mereka beristirahat sejenak di lantai bawah," kata Axel yang langsung membuat mulut Mel terbuka lebar.

"Apa? Loe udah gila ya! Udah deh. Jangan ganggu hidup gue lagi. Mending loe kasih tag name gue. Lalu loe cari cewek lain yang lebih memiliki segalanya dari gue. Mengerti!"

"Hahahaha. Loe beneran pengen benda ini ya. Kalau begitu ambil saja sendiri." Dengan sengaja Axel memasukkan tag name Mel ke dalam salah satu saku celananya. Mel tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Axel. Ia membuka mata dan mulutnya lebar-lebar.

"Gila loe ya! Bener-bener maniak tau nggak?" omel Mel. Bukannya marah Axel malah tersenyum manis.

"Memangnya kenapa? Bukannya loe pernah pegang ya. Atau jangan-jangan… loe takut bakal horny ya?" tanya Axel dengan senyum mesumnya.

"Enggaklah. Ngapain juga gue harus terangsang. Gue ingetin lagi ya. Yang kemaren itu gue lagi terpengaruh sama obat. Jadi, gue melakukan kesalahan fatal itu. Kalau sekarang gue sangat sadar. Nggak mungkin gue melakukan hal menjijikkan kayak gitu," elak Mel.

"Oh, gitu. Kalau gitu tunggu apalagi. Cepet gih ambil!" Axel memajukan pinggulnya hingga menampakkan bagian pangkal pahanya yang sudah mengembung.

Gluk!

Mel menelan ludahnya dengan susah payah saat menatap bagian itu. Mau mengelak seperti apapun. Dia tak bisa memungkiri jika dia pernah menikmati bagian itu.

"Kenapa? Keinget saat loe mengulum es krim daging itu ya? Atau saat benda itu berhasil membuat loe menjerit-jerit menahan nikmat?" bisik Axel di depan telinga Mel dengan maksud menggoda.

"Enak aja. Ngapain gue keinget kejadian terburuk dalam hidup gue," timpal Mel masih menjaga gengsinya.

"Oh, gitu. Kalau gitu tunggu apalagi. Cepetan ambil tag name loe. Gue cuma booking tempat ini setengah jam lho. Artinya, bentar lagi teman-teman dan manager loe akan segera datang. Dan sepertinya apa yang akan terjadi ya. Kalau si Pras tau loe nggak pakai tag name di hari pemeriksaan seragam lengkap," kata Axel terus memanasi suasana.

"Iya. Iya. Ini gue ambil. Ish. Nggak sabaran banget sih," timpal Mel. Dengan gerakan ragu-ragu ia memasukkan tangannya ke dalam saku celana itu. Saat tangan lentik Mel menyentuh paha Axel. Lelaki itu pun memejamkan matanya. Seakan menikmati belaian tangan Mel. Kening Mel juga sudah mengucurkan keringat dingin, dadanya terasa berdegup kencang dan darahnya terasa berdesir-desir. Tangan Mel akhirnya menemukan benda yang ia cari. Tetapi, saat ia hendak menarik tangannya lagi. Tak sengaja tangannya yang sudah ia jaga betul-betul itu menyentuh benda keras nan kokoh yang terasa sangat berurat itu.

Gluk!

Mel menelan ludahnya lagi. Tangannya sejenak berhenti di tempat itu. Axel menatap wajah Mel yang terlihat sangat jaim. Meskipun Axel tau wanita itu juga sedang memikirkan hal yang sama. Makanya, dengan jail Axel menggenggam tangan Mel. Lalu mengarahkan tangan itu ke batang kenikmatannya.

"Aargh!" Mel seketika berteriak sambil menarik tangannya dengan cepat. "Gila emang loe ya!" omel gadis itu sambil berjalan meninggalkan Axel sendiri.

Setelah melewati pintu keluar ruangan itu. Tak disangka Mel bertemu dengan Selvi dan yang lainnya.

"Mel. Loe kemana aja dari tadi?" tanya Selvi bingung. Mel tak langsung menjawab. Ia malah terlihat bingung sambil menatap yang lain yang tengah melihatnya dengan tatapan penasaran. Belum sempat Mel menjawab, Axel keluar dari tempat itu sambil membenarkan jasnya. Dan seketika tatapan mereka berpindah ke arah Axel. "Kalian berdua… abis ngapain?" tanya Selvi penasaran.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Prolog2 Bab 2 Tak Mau Dijodohkan3 Bab 3 Digoda Lelaki Hidung Belang4 Bab 4 One Stand Night 5 Bab 5 Pulang Bareng Pujaan 6 Bab 6 Ketika Axel Jatuh Cinta 7 Bab 7 Tak Mengenal Kata Penolakan 8 Bab 8 Dekati Ayahnya untuk Dapatkan Anaknya 9 Bab 9 Godaan Sang CEO10 Bab 10 Dijemput CEO Tukang Maksa11 Bab 11 Sip Gosip!12 Bab 12 Cemberutmu Menggemaskan 13 Bab 13 Mencari Model Pengganti 14 Bab 14 Menang Lelang 15 Bab 15 Siapa Laki-laki Itu16 Bab 16 Siapa Lelaki yang Menjemput Mel 17 Bab 17 Kita Nggak Pacaran 18 Bab 18 Dapat Bos Baru19 Bab 19 Tugas Melayani Axel20 Bab 20 Axel si Bayi Besar21 Bab 21 Aku Tak Kuat22 Bab 22 Sunandar Masuk Rumah Sakit23 Bab 23 Hari yang Sangat Berat 24 Bab 24 Mendapatkan Pekerjaan Baru25 Bab 25 Menikah untuk Bayar Hutang 26 Bab 26 Untung Bertemu Kamu 27 Bab 27 Terjebak Permainan Axel 28 Bab 28 Menjadi Istri dan Aspri Axel29 Bab 29 Kau yang Menakjubkan 30 Bab 30 Bersamamu yang Mempesona 31 Bab 31 Bertemu Xavier 32 Bab 32 Menikah dengan Axel33 Bab 33 Dasar si Maniak 34 Bab 34 Happy Wedding Day 35 Bab 35 Menjadi Istri Axel36 Bab 36 Menikah Setelah Tertangkap Basah 37 Bab 37 Adegan Malam Pertama 38 Bab 38 Gagal di Malam Pertama Pagi pun Jadi39 Bab 39 Bertemu Milly40 Bab 40 Urusan Ranjang41 Bab 41 Lima puluh Jam Bersamamu 42 Bab 42 Masalah Baru43 Bab 43 Mencari Jalan Keluar44 Bab 44 Pergi Ke Jepang 45 Bab 45 Menemui Mr. Hiroshi 46 Bab 46 Ide Brilian Mel47 Bab 47 Malam Basah Penuh Gairah 48 Bab 48 Gara-Gara Lembur Malam49 Bab 49 Hanami Terindah Bersamamu50 Bab 50 Tak Kusangka51 Bab 51 Jangan Lakukan Itu 52 Bab 52 Axel Si Pencemburu 53 Bab 53 Terlalu Posesif54 Bab 54 Jangan Berpaling Dariku55 Bab 55 Kedatangan Ezio56 Bab 56 Perta Tak Terduga57 Bab 57 Perjanjian Konyol Camelia 58 Bab 58 Niat Licik Axel59 Bab 59 Hanya Aku Dihatimu60 Bab 60 Si Keturunan Kaya61 Bab 61 Hargai Orang Lain62 Bab 62 Bus Penuh yang Mendekatkan Cinta63 Bab 63 Tak Pernah Kuduga64 Bab 64 Dia Istriku 65 Bab 65 Aku Cemburu 66 Bab 66 Hanya Ingin Bersamamu 67 Bab 67 Hanya Kamu yang Kumau68 Bab 68 Tak Mau Jauh Darimu69 Bab 69 Malu Setengah Mati 70 Bab 70 Siapa Pacar Arya71 Bab 71 Gara-gara Borgol72 Bab 72 Di Rooftop Rumah 73 Bab 73 Tak Seperti Rencana 74 Bab 74 Kedatangan Orang Ketiga75 Bab 75 Pura-pura Jadi Pacar Ezio76 Bab 76 Kau Hanya Milikku Seutuhnya 77 Bab 77 Kau Memang Berbeda, Mel78 Bab 78 Kembali ke Masa Kecil 79 Bab 79 Kenyataan Pahit 80 Bab 80 Gagal Total 81 Bab 81 Tak Pernah Terbayangkan 82 Bab 82 Hari Sempurna atau Hari Menderita 83 Bab 83 Sakit ini Lebih dari Sakit 84 Bab 84 Tak Mungkin 85 Bab 85 Kenapa Begini86 Bab 86 Hanya Pemuas Nafsu 87 Bab 87 Jangan Seperti Itu88 Bab 88 Hatiku Hancur 89 Bab 89 Tak Seperti yang Dibayangkan 90 Bab 90 Luka Dalam yang Sangat Dalam91 Bab 91 Penggalan Memori yang Menyakitkan 92 Bab 92 Mel Menghilang 93 Bab 93 Entah Siapa yang Salah94 Bab 94 Akhirnya Menemukanmu95 Bab 95 Super Hot Private Jet 96 Bab 96 Bertemu Sunandar 97 Bab 97 Badai Pasti Berlalu98 Bab 98 Apa Hubungan Kalian Sebenarnya 99 Bab 99 Selamat Pagi, Sayang100 Bab 100 Ada Apa Sama Loe