/0/26438/coverorgin.jpg?v=a62374ef56376f88395da900a2247285&imageMogr2/format/webp)
Apes. Harusnya aku sudah haha-hihi bersama teman-temanku sekarang, kalo saja aku nggak terbelenggu di tempat kerja berhadapan dengan cowok yang menghancurkan rencanaku.
"Kamu bodoh apa gila sih Sa," cercaku pada Irsa atas semua pengakuannya yang sama sekali nggak masuk akal.
"Dua-duanya Mbak. Aku bodoh dan gila karena dia. Dia satu-satunya penawar dari kebodohan dan kegilaanku Mbak,"
Menghela nafas berat, aku mencoba menahan amarahku agar nggak meledak. Sejak kedatangannya tadi, moodku sudah nggak baik karena dia berhasil menghentikanku untuk have fun dengan temanku. Ditambah lagi setelah mendengar alasannya datang menemuiku, membuat darahku mendidih.
"Kamu edan. Kamu kena guna-guna. Besok ikut Mbak pergi ke dukun," Memilih mengakhiri pembicaraan tanpa ada penyelesaian, seenggaknya bisa menyumbat kekesalanku. Meraih tasku di meja, aku bersiap untuk pergi.
"Aku gak kena guna-guna Mbak. Ini normal. Cinta bisa tumbuh kapan saja dan pada siapa saja. Ini anugerah, bukan musibah. Besok aku pulang dan ngomongin ini sama Ibu dan Bapak,"
Gerakanku terhenti, menatap Irsa yang menatapku serius aku kembali terduduk. "Jangan berani bilang ini ke Ibu, atau kamu bakal menyesal seumur hidup."
"Aku gak peduli Mbak,"
Brak. Satu gebrakan di meja sebagai pelampiasan amarahku, membuat Irsa terkejut. Mataku berpendar tajam, menghunus matanya yang menyiratkan kegelisahan.
"Ibu bakalan terkena serangan jantung kalo kamu berani ngomong ini,"
Usai mengucapkan itu, aku pergi. Ada rasa sesak di dada mengingat bahwa dia adalah adikku sendiri. Yang berhasil mengecewakan setelah orangtua kami berjuang mati-matian demi bisa membesarkannya sampai sekarang.
Tentang semua pengakuannya, itu nggak salah. Hanya saja menjadi kesalahan terbesar saat pengakuan itu diucapkannya diwaktu sekarang. Ini bukan saat yang tepat untuk dia melakukan keinginannya itu. Keinginan yang bahkan belum bisa kulakukan juga sampai detik ini.
"Aku ingin nikah Mbak,"
Terkejut setengah mati saat mendengar kalimat itu dari seorang anak SMA kelas sebelas. Bagaimana bisa dia mengucapkan kalimat itu dengan tanpa beban? Ya Allah, apa dia fikir menikah itu enak?
"Dia butuh kejelasan Mbak, dan kejelasan itu adalah dengan menikahinya. Aku cinta sama dia, aku gak mau kehilangan dia gara-gara aku terlambat melangkah,"
Keputusan yang baik kalo dia memutuskan itu nanti sepuluh tahun lagi setelah dia sukses membangun bisnisnya sendiri. Sangat gila seorang anak berusia tujuh belas tahun ingin menikahi gadis pujaannya.
Semakin kuat keinginanku untuk membawa dia ke dukun. Atau kalo enggak ke psikiater karena sepertinya psikisnya terganggu. Bukannya belajar dengan sungguh-sungguh agar bisa membahagiakan keluarga, malah ingin membangun keluarga sendiri. Dasar anak zaman milenial. Dia disekolahkan agar pintar, bukan untuk mencari pacar.
/0/4131/coverorgin.jpg?v=fc0e1c0faf3eed5589e00c9f6b3b814d&imageMogr2/format/webp)
/0/18326/coverorgin.jpg?v=0107b6913a2885be76710c1a85e10c41&imageMogr2/format/webp)
/0/2912/coverorgin.jpg?v=65e5ee1869245948981668c5cd42cdc6&imageMogr2/format/webp)
/0/14964/coverorgin.jpg?v=09ec48223a6c7d9943b46b4f335ee878&imageMogr2/format/webp)
/0/16399/coverorgin.jpg?v=1e15c1b5d5554d21af64e257ce86aabf&imageMogr2/format/webp)
/0/17032/coverorgin.jpg?v=66b37eb8b1c7502e6e58caeab2c07925&imageMogr2/format/webp)
/0/19903/coverorgin.jpg?v=40bdb6995faa3cfc90193fe0ec8af057&imageMogr2/format/webp)
/0/2455/coverorgin.jpg?v=2c8a7b723e48a4f2527f44499f8fb291&imageMogr2/format/webp)
/0/4950/coverorgin.jpg?v=c48e52233dd12901d593da27b6eea93a&imageMogr2/format/webp)
/0/7624/coverorgin.jpg?v=0410042db671154295af3e6899b3452a&imageMogr2/format/webp)
/0/27795/coverorgin.jpg?v=0afa9402bd1af0c73652b3de5c7588c0&imageMogr2/format/webp)
/0/5830/coverorgin.jpg?v=d8f75d2c907f8de2d4767cfea49bce0d&imageMogr2/format/webp)
/0/14222/coverorgin.jpg?v=f38c423e0a6e5a8941e3c9af64fe2f85&imageMogr2/format/webp)
/0/12238/coverorgin.jpg?v=6fda8d1f6d638ca29969c9a6d7068e83&imageMogr2/format/webp)
/0/5846/coverorgin.jpg?v=ee93400c18f5254cb87eeea4c47fc3d0&imageMogr2/format/webp)
/0/2805/coverorgin.jpg?v=37f6e83df4951e57735d0304685055e3&imageMogr2/format/webp)
/0/6526/coverorgin.jpg?v=1e6d2b0104918a748b2642e4f7e36b2b&imageMogr2/format/webp)
/0/4281/coverorgin.jpg?v=573c4bb3004e5090eb933fcd51559117&imageMogr2/format/webp)
/0/3273/coverorgin.jpg?v=6b5abea709d0f3629ef7d1641741ebf8&imageMogr2/format/webp)
/0/2667/coverorgin.jpg?v=4b4be19258c78133b27e536eca4f09be&imageMogr2/format/webp)