icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MAFIA REVENGE & LOVE

MAFIA REVENGE & LOVE

JOSEPHWANG99

4.9
Komentar
90.5K
Penayangan
110
Bab

Zacky menikahi Indah demi tujuan balas dendam atas kematian sang adik kesayangannya. Konspirasi besar telah dibuat, Zacky berhasil melancarkan rencana jangka panjangnya itu. Akan tetapi semua rencana balas dendam yang Zacky buat tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar, karena ada rahasia lain yang berhasil diketahuinya. Rahasia itu yang membongkar semua apa yang telah terjadi selama empat tahun lalu.

Bab 1 01 — Bukan Irma, Tapi Aku!

Pekan ini keluarga kami tengah sibuk-sibuknya. Sebab saudari tertuaku, Kak Irma bakalan melangsungkan pernikahan dengan pria super tajir dan menawan. Macam manusia yang keluar dari Webtoon yang sering kubaca. Seorang bos besar, CEO muda atau apalah itu. Aku kurang tahu apa profesi utama beliau. Aku tidak terlalu pengin tahu tentangnya. Cukup tahu saja bahwa dia akan jadi kakak iparku nanti.

Aku dipilih sebagai bridesmaid yang akan mengiringi kak Irma di pelaminannya, tidak lama lagi. Dalam undangan yang disebar, hari Minggu jadi hari di mana acara itu akan dilangsungkan. Bahkan sebagai pengiring pengantin wanita, kami telah merencanakan akan menggunakan gaun putih berpadu dengan warna mint sebagai dress code. Oh, membayangkannya pasti sangat mewah acara pernikahan itu. Dua sepupuku dan satu sahabat kak Irma juga jadi pengiring pengantin wanita yang akan berdampingan denganku esok.

Aku bertanya-tanya, di mana dan bagaimana bisa kakakku bertemu dengan pria semacam itu. Pria yang bakal jadi suaminya nanti. Jika aku ada diposisinya, barangkali aku juga bakal bahagia. Sebab akhirnya bisa menikah dengan manusia sesempurna itu.

Maksudku, kakak sangat beruntung punya calon suami yang romantis, ramah, baik, memperlakukan keluarga kami dengan sopan, menyayangi ayah dan ibu kami. Bahkan dia juga perhatian. Selain nilai plusnya itu, calon kakak ipar juga punya penampilan yang cukup menawan, badannya tinggi, selalu berpakaian rapi dan terlihat bugar sepanjang hari.

Aku bertanya-tanya, apa pekerjaan kakak ipar (sekali lagi itu terlintas di dalam benakku). Kak Irma bilang, beliau bekerja sebagai direktur perusahan besar asal Singapura, makanya beliau selalu tampil rapi dan bersolek, tak pernah lepas dari setelan pakaian formal. Aku mengangguk setuju, jika demikian penjabarannya. Bisa dilihat dari sisi manapun, kakak ipar memang sangat pantas dengan riwayat pekerjaannya. Bersolek dengan setelan jas mahal nan rapi.

Kakak ipar berusia tiga puluh empat tahun. Berbeda lima tahun dengan kak Irma. Sementara aku dan kakakku terpaut berbeda lima tahun pula. Sejak kecil aku dan kak Irma hidup bersama dengan ayah dan ibu. Kami adalah teman sepermainan, sampai dewasa pun begitu. Selalu berbagi rahasia, terutama soal siapa yang kami suka. Haha, kedengarannya setiap rahasia yang kami miliki tidak ada yang namanya bersifat rahasia. Karena ujung-ujungnya pun tetap bakal ketahuan juga.

Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Aku masih memiliki adik lelaki, usianya tujuh belas tahun. Pertengahan tahun depan, dia sudah lulus SMA. Bakal melanjutkan studinya ke Perth, Australia. Rencananya begitu. Keluarga sepakat mengirim Iqbal terbang ke negeri kanguru buat menimba ilmu dan kelak bakal jadi orang hebat. Bah! Ambisi sekali kedengarannya.

Menyoal keluargaku, saat ini aku ingin bercerita dahulu tentang keluargaku. Ayah adalah kepala grup BUMN dan ibu adalah seorang dosen di universitas dalam kota. Sementara kakak adalah presenter, aku adalah sekretaris di perusahaan besar nasional di Jakarta.

Ini adalah tahun keduaku bekerja di perusahaan yang sampai saat ini masih aku datangi. Maksudku, saat ini aku masih bekerja sebagai sekretaris. Ini adalah posisi ternyamanku dalam jenjang karier yang selama ini aku impikan. Untuk urusan percintaan, aku belum kepikiran menjalin hubungan apapun dengan para pria di dunia ini.

Semenjak aku mandiri dan bisa mencari uang sendiri, rasa-rasanya bayangan untuk menikah dan ingin memiliki keluarga selayaknya wanita di luaran sana, ambil contohnya adalah kakakku—barangkali hanya bakal jadi wacana dan angan-angan semata. Masalahnya, aku belum siap untuk itu. Ditambah lagi, apapun yang aku inginkan, aku bisa memenuhinya. Jadi uang bisa mengalihkan pandanganku dari para pria. Sehingga aku tidak akan bergantung pada mereka.

Yah, walau keluarga sudah mengodeku dengan melontarkan pertanyaan “kapan nikah” atau “sudah punya pacar belum?” di dalam pertemuan keluarga, terutama di saat-saat hari raya. Walau pertanyaan itu agak menjengkelkan dan sedikit risih saat didengar, nyatanya aku hanya bisa tersenyum saja. Pura-pura mengiakan pertanyaan bodoh itu yang mengaitkan umur dua puluh empat tahun dan harus diburu-buru menikah takut jadi perempuan tua. Astaga, dikira aku tidak bakal laku, apa?

Heh, padahal aku saat ini dalam puncak karir yang bagus. Mana bisa buru-buru menikah. Lihat kak Irma. Di usianya yang ke-29, dia baru menikah. Walau kurasa kak Irma juga akan mupeng dan pernah melewati masa-masa yang sama dengan apa yang aku rasakan saat ini.

Baiklah, kembali ke topik awal. Tadi beberapa saat lalu, Iqbal—adikku disuruh kak Zacky, calon kakak ipar menemuinya di kamar tamu. Aku mengiakan perintah itu. Sebenarnya aku malas melangkah pergi, karena aku sedang disibukkan mengupas bawang-bawangan. Tetapi barangkali ada sesuatu yang penting untuk disampaikan, maka dari itu aku akhirnya memilih melangkah pergi. Meninggalkan dulu sebentar pekerjaan dapur ala-ala wanita rumahan.

Masuk ke dalam kamar tamu tempat kakak ipar istirahat, menemuinya. Katanya ingin bicara berdua, ini masalah penting. Aku sebenarnya heran, kenapa beliau ingin aku menemuinya, bicara sesuatu yang orang lain tidak boleh tahu. Padahal bisa saja dia menemuiku di tempat lain, tidak pula harus berada di dalam kamar.

“Permisi, kak Zacky mencariku?” Aku berdiri di perpotongan bingkai pintu. Mengetuk daun pintu itu lebih dahulu, sebelum melangkah masuk ke dalam. Orang yang dimaksud, berdiri di depan kaca jendela yang kordennya telah disingkap ke sisi kanan dan kiri jendela. Pria itu balik badan, menatapku lekat. Kemudian menyeringai tersenyum.

Dia mengangguk, lalu aku melangkah masuk makin jauh ke dalam kamar. Meski ini di rumah keluarga kami sendiri, tetapi jika ada beliau, rasanya aku cukup segan untuk saling bertegur sapa. Aku menelan ludah gugup.

“Oh, ya. Tadi kakak suruh Iqbal buat minta kamu datang ke sini.” Pria itu tersenyum lagi, aku pun membalas dengan senyuman canggung. “Ehm, kamu senggang nggak?”

Aku mengangguk pelan, “Ya, kayaknya sih. Kenapa memangnya, Kak?”

“Nggak ada apa-apa, sih. Sebenarnya kakak mau minta bantuan kamu. Jadi kakak mau buat suprise untuk Irma pas acara pernikahan nanti. Kakak perlu bantuan kamu buat memilih dekorasi yang bagus di acara pernikahan. Menurut kamu, ini konsepnya yang bagus yang mana, ya? Kakak mau minta pendapat aja sih.”

“Boleh aku lihat?”

“Tentu saja boleh. Ini, lihat aja.”

Kak Zacky menyodorkan tablet besar di tangannya kepadaku. Aku menyambut benda persegi empat itu. Lantas mengamati layar gambar itu dengan seksama. Awalnya aku heran, gambar apa yang dimaksud? Tak ada pula gambar konsep pernikahan yang ingin ditunjukkannya padaku. Hanya gambar gelap sebuah ruangan. Itu macam CCTV yang dipasang di pojok bangunan, tapi aku kenal ruangan itu. Tidak terlalu asing.

Tempat tersebut adalah tempat kakakku nanti naik ke atas pelaminan. Itu adalah aula pernikahan di tengah gereja. Tepatnya ruang tengah tempat jemaat gereja beribadah yang kursi-kursi partisipan disingkirkan dulu. Tempat yang sudah didekorasi menggunakan konsep pernikahan ala pemandangan di Santorini, Yunani. Sepekan silam konsep ini telah dimatangkan, kak Irma yang memilihnya melalui jasa wedding organizer.

Dahiku mengerut, otak lekas berpikir jauh dari asalnya. Kenapa kak Zacky memintaku melihat gambar di dalam tablet. Sementara jelas bahwa di sana tidak ada apapun, selain penampilan ruangan temaram dengan tirai biru laut menjuntai di seisi bangunan gereja.

“Ini maksudnya apa, kak?” Aku bertanya, menelan ludah kemudian. Hendak meliriknya, pria itu malah menyeringai. Kedua tangannya naik ke atas pundak, lalu dia berdiri di belakangku. Dia membisik, berkata lirih tepat di telingaku.

“Itu adalah tempat pernikahan kita. Aku ingin kamu melihatnya dulu, sebelum kita melangsungkan pernikahan besok.”

Aku bergidik merinding. “Kakak tolong jangan bercanda. Aku ini calon adik iparmu!”

“Oh, siapa bilang aku bercanda? Aku nggak bercanda sama sekali, Indah. Aku bicara serius. Itu tempat pernikahan kita besok. Kamu lihat ini, lampu laser yang bergerak di ruang gereja, itu adalah lampu laser pelatuk senapan laras panjang. Dan kamu lihat celah ini, nah, itu adalah para soldier yang akan menjaga ketat acara pernikahan kita nanti. Aku menugaskan mereka buat berjaga di sekitar sana.”

Kak Zacky menggulir layar tablet, menggesernya ke arah beberapa orang berpakaian seragam lengkap macam abdi negara seperti Kopasus. Pakai pelindung badan, rompi anti peluru, helm, wajah ditutup masker khusus pegawai negara serta senjata api yang dimaksudnya tadi. Pakaian mereka serba hitam. Aku terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru aku dengar barusan. Pria itu melanjutkan ucapannya lagi.

“Besok, yang akan menikah denganku bukanlah Irma, tapi kamu. Jadi aku hanya memberitahu bahwa kamu harus tampil cantik ketika sampai di gereja. Kalau sampai kamu tidak mengindahkan apa yang aku katakan sekarang, kamu lihat bagian ini. Nah, di situ ayah dan ibumu berdiri, maka duar ...., peluru senapan anak buahku akan menembus tengkorak kepala mereka. Boom, mati.”

“K—kak ....”

“Ssst ..., jangan kaget. Aku sedang tidak bercanda. Aku beritahu kamu satu hal, sebenarnya aku datang dalam keluarga ini, pura-pura baik dan pura-pura bersikap macam menantu idaman keluarga sebenarnya bukan tertuju untuk Irma, tetapi untuk kamu. Karena sejak awal yang ingin aku nikahi bukanlah dia, tetapi kamu.”

“Satu hal lagi, ini hanya rahasia kita berdua saja. Kamu harus tahu, bahwa kamu tidak akan bisa menolak sebagai istriku. Karena aku adalah kepala Mafia. Sekali kamu berurusan dengan orang-orang mafia, maka tamat sudah riwayat hidup kamu. Saat ini kamu hanya diberikan satu pilihan, menuruti perintahku atau kedua orang tua bangka itu mati.”

Badanku gemetar dan gugup seusai pria di belakangku bicara amat dekat di telinga. Rasanya aku sudah tidak mampu berdiri lagi saat itu, terutama membayangkan bahwa aku benar-benar akan tewas. Aku baru tahu bahwa dia adalah seorang mafia. Sementara itu dia mengancam dengan memperalat ayah dan ibu.

Aku menelan liur tak sedap. Bagai Dejavu, semua yang kurasa saat itu terasa seperti mimpi. Orang yang baru saja aku kagumi karena kesempurnaannya ternyata adalah orang yang terdengar cukup kejam. Aku ingin membantah bahwa kak Zacky sedang bercanda, membuat ancaman itu sebagai bentuk kejutan di hari pernikahan nanti. Namun melihat keseriusannya dalam bicara, kukira ini bukanlah lagi sebagai ancaman semata, tetapi lebih dari itu.

“Bagaimana? Sudah bisa mengambil keputusan yang tepat?” Dia berkata lagi.

Aku masih melamun, pikiranku sedang melayang antara takut dan tidak percaya. Bingung tidak bisa menjawab. Situasi ini seperti pernah kulalui, tapi ini jauh lebih menakutkan daripada apa yang aku duga.

“K—kak, ini pasti bercanda, kan?” Aku bertanya lagi, lebih ke-memastikan. Sebab aku masih takut dan tremor mendengar pengakuannya tadi. Apalagi dia juga menyorot orang-orang buat mengetatkan acara pernikahan besok. Masalahnya, dia mengancam nyawa. Itu yang membuatku terasa seperti tidak lagi menapak lantai.

“Aku tidak pernah bercanda sebelumnya. Bahkan dalam hidupku kata bercanda telah lenyap saat aku berusia sepuluh tahun. Aku menyampaikan ini supaya saat Irma naik ke atas altar, ketika pendeta meminta kami mengucapkan janji pernikahan, maka saat itu juga aku menggagalkannya. Lalu aku akan memanggilmu naik ke atas, bahwa aku akan menikahi kamu, bukan Irma. Kalau kamu ikut skenario yang aku rancang, maka semua keluarga kamu akan selamat. Tetapi kalau kamu menolak menikah dan menggantikan Irma, maka bersiaplah kalau kalian harus kehilangan nyawa.”

Kak Zacky membisik lagi di telingaku.

“Dengar, inilah tujuanku masuk ke dalam keluarga ini. Aku menginginkan kamu, bukan Irma. Jadi bersiap ikuti instruksiku besok. Ingat juga, aku tegaskan kalau kamu tidak akan bisa pergi. Karena orang-orangku selalu setia mengawasi kamu. Sekarang, keluarlah dari kamar ini. Pikirkan dengan matang apa yang harus kamu lakukan besok. Karena apa yang kamu putuskan akan menentukan masa depan keluarga ini.”

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh JOSEPHWANG99

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku