Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Manis Tuan Jicko

Istri Manis Tuan Jicko

JOSEPHWANG99

5.0
Komentar
4.1K
Penayangan
90
Bab

Jicko dipaksa ibunya menikah. Alasan klasiknya karena dia menginginkan cucu. Namun Jicko menolak hal itu. Sebagai gantinya, Jicko akan memberikan ibunya seorang cucu, tetapi tanpa status pernikahan seperti yang diinginkan ibunya. Jalan satu-satunya untuk bisa memiliki anak tanpa harus menikah adalah menawarkan kesepakatan dengan Ameera. Jicko kira itu adalah pilihan tepat. Semua akan saling menguntungkan. Ternyata perjalan kisahnya jauh lebih rumit daripada yang dibayangkan.

Bab 1 01 - Diminta Cepat Menikah

Anda berdiri gugup di depan meja kerja sang bos besar, wajahnya sesekali memerhatikan wajah tegang di depannya itu. Pagi ini Anda hendak melaporkan satu hal penting dari Nyonya yang harus segera disampaikan kepada Jicko-bosnya yang merupakan kepala perusahaan Linux Inc.

"Pak, pesan dari Nyonya!" Anda menyodorkan telepon genggamnya ke atas meja.

Jicko menatap melotot, tak senang dengan berita yang datang pagi itu. Masalahnya, pesan yang disampaikan oleh Anda si orang penting dalam pekerjaannya itu sama seperti pesan-pesan yang kemarin. Tak ada bedanya.

"Apalagi kali ini?" tanya Jicko. Nada bicaranya sedikit agak ketus. Seperti biasa, Anda takkan kesal kalau dijawab dengan nada bicara seperti itu. Sebab Jicko memang terbiasa bicara agak dingin dan sedikit kasar.

"Nyonya minta Bapak datang ke acara makan malam di hotel four season bersama Bu Ameera."

"Cuma itu?" Jicko bertanya lagi. Sang lawan bicara mengangguk.

"Semuanya sudah disiapkan oleh Nyonya. Bapak cuma tinggal datang saja." Anda menambahkan ucapannya. Sekali Anda menelan ludah tak sedap. Jauh sebelum membicarakan masalah ini, degup jantung sang sekretaris sudah bergetar tergugu resah sejak tadi.

Jicko mengalihkan pandangannya, meninggalkan sejenak pekerjaan menumpuk di atas meja. Mata pria itu menatap Anda, punggungnya bersandar di sandaran kursi kerja. Satu tangannya merenggangkan dasi hitam yang melilit di leher. Pagi itu pukul sepuluh. Cuaca amat cerah. Awan tersingkap. Langit biru berpendar elok di cakrawala kota.

"Katakan pada Mama aku tak akan datang ke sana. Perusahaan sedang sibuk. Jadi tidak ada waktu untuk meladeni pertemuan makan malam yang tidak penting!" Jicko menegaskan. Sekali lagi dia memberitahu Anda untuk melaporkan alasannya itu. Alasan yang serupa yang pernah dikatakannya ketika menolak makan siang bersama anak gadis teman arisan ibunya.

Siapa itu namanya. Jicko lupa. Pekan lalu kalau tidak salah rencana itu dibuat Maria, ibunya. Beliau menyiapkan rencana makan siang bersama gadis anak dari teman arisannya. Dia cantik, kata Anda. Sekretaris nomor duanya ini pernah melihat sekali. Dia tampil di teve. Jadi kontestan Miss Indonesia. Dia lulusan cumlaude di universitas terbaik di Australia.

Peduli amat dengan semua itu. Jicko tidak mau berurusan dengan masalah percintaan. Baginya hal itu hanya membuat kepala pusing saja. Dia juga tidak punya waktu untuk bagian tersebut. Tak ada yang menarik.

"Baik, Pak. Akan segera aku laporkan kepada Nyonya." Anda mengangguk, sedikit badannya membungkuk, sebelum akhirnya meninggalkan ruangan kerja sang bos besar. Anak eksekutif, petinggi perusahaan.

Pintu ruangan besar Jicko tertutup kembali, kini hanya menyisakan dia sendiri. Seperti biasa, Jicko suka pada keheningan tanpa adanya gangguan dari orang lain. Menyoal apa yang disampaikan oleh Anda barusan, ini bukanlah yang pertama baginya. Tetapi sudah kesekian kalinya.

Maria selalu memaksa Jicko untuk segera memiliki pacar atau calon istri, paling tidaknya begitu. Karena usia Jicko yang sekarang suda dua puluh sembilan tahun, sudah sepatutnya memiliki istri, membangun rumah tangga dan tentu saja memberikan Maria seorang cucu. Namun apa yang Jicko lakukan selama hidup menjadi orang dewasa saat ini? Tidak ada!

Maria, ibunya itu bisa membuat pernyataan rinci, sumbangsih apa yang telah Jicko berikan kepada sang ibu selama ini. Selama Jicko sudah bisa berpikir rasional dan secara luas. Belum ada! Yang bisa Jicko lakukan adalah memberikan kebahagiaan sementara saja. Seperti menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang tua dengan berani ambil tanggung jawab mengelola bisnis keluarga.

Atau mentok-mentok, Jicko hanya bisa memberikan kebahagiaan berbentuk perhatian kecil. Patuh dan berbakti kepada orang tua. Itu saja. Tak ada yang lain. Untuk memenuhi keinginan Maria supaya anak itu segera menikah, mohon maaf saja, Jicko tidak akan mempertimbangkannya sama sekali. Menikah baginya hanyalah sebuah jebakan semata. Tidak ada spesialnya sama sekali.

Telepon genggam yang Jicko letakan di atas meja berdering. Jicko meraihnya. Sesaat sebelum menjawab panggilan telepon itu dia sempat terdiam. Ibunya menelpon lagi. Rupanya perintah untuk melaporkan keputusan untuk tidak datang dalam acara yang dibuatnya telah disampaikan oleh Anda.

Baiklah, baiklah. Jicko tak bisa mengelak lagi kali ini. Percuma membuat seribu alasan, karena ujung dari acara menghindari desakan sang ibu malah menjadi debat semata. Jicko paham betul akhir dari drama Maria selama ini.

"Halo, Ma. Ada apa?"

"Alasan apalagi yang kamu buat kali ini, Jicko! Kenapa kamu selalu begitu!" Suara Maria meninggi.

Jicko tersenyum getir. Dia merasakan apa yang hendak diluapkan oleh ibunya. Perasaan kecewa.

"Ma, Maaf!"

"Maaf tidak akan bisa mengobati luka hati seorang ibu, Jicko!" Percakapan terjeda sejenak, "Mama nggak minta muluk-muluk sama kamu. Mama cuma minta kamu cepat menikah, itu saja. Usia kamu sudah 29. Kamu sudah lebih dari dewasa. Di saat teman-teman Mama yang anak-anaknya sudah memberikan mereka cucu, Mama sendiri cuma bisa gigit jari. Nyuruh kamu cepat menikah rasanya susah betul. Demi Tuhan, kamu itu maunya apa, Jicko? Semua perempuan yang Mama kenalin ke kamu, semuanya ditolak."

"Mama kasih A, kamu tolak. Mama kasih B, kamu tolak juga. Kamu sebenarnya masih normal, kan? Kamu masih bisa kan jadi harapan Mama buat kasih Mama seorang cucu. Kamu bisa melakukan semuanya itu kan, Jicko? Atau kamu sebenarnya mau melihat Mama mati tanpa melihat kamu menikah dan punya anak dulu. Begitu kan yang kamu mau?"

"Ma!" Jicko memotong percakapan panjang ibunya, "Tolong jangan bicara begitu!"

"Terus Mama harus bicara bagaimana? Apa Mama harus bilang, 'OH ANAKKU, KAMU TAK PERLU TERBURU-BURU MENIKAH. MAMA NGGAK BUTUH CUCU. MAMA CUMA MAU LIHAT KAMU SEHAT SAJA ITU SUDAH CUKUP BUAT MAMA.' Apa itu yang kamu inginkan keluar dari mulut Mama?"

"Memangnya penting sekali kah cucu bagi Mama?" Jicko merespon, tetapi ucapannya mengalihkan topik pembicaraan.

"Usia Mama sudah 54 tahun, Jicko. Usia seperti ini, Mama sudah lebih dari tua. Umur Mama sudah setengah Abad. Bagi Mama punya cucu itu bukan cuma penting, tapi juga bermakna. Mama cuma mau itu. Mama cuma mau lihat kamu menikah. Membangun rumah tangga. Terus masa tua Mama ada bahagianya dengan melihat kamu menggendong anak kamu, Jicko. Tidak banyak permintaan Mama."

"Kalau alasan Mama seperti itu, Mama tinggal bilang mau cucu berapa. Aku akan memberikannya untuk Mama!" Nada bicara Jicko mulai santai. Dia tidak akan marah-marah atau meninggikan suaranya kali ini. Dia ingin tahu, sejauh mana ibunya ini punya kemauan.

"Kamu beneran mau mengabulkan permintaan Mama?"

"Selagi aku mampu!" Jicko mengangguk takzim.

"Mama mau dua cucu." Suara Maria di balik layar gawai terdengar agak riang. Nampaknya Jicko berhasil membuat perempuan itu menurunkan tensi amarahnya yang menggebu-gebu nan membara.

"Cuma segitu?" tanya Jicko. Maria cepat-cepat menyahut.

"Kalau bisa, semampu kamu saja, Nak."

"Aku akan kabulkan permintaan Mama yang satu ini. Tapi tidak dengan menikah!"

"Apa?!"

TUT!

Jicko menutup panggilan telepon secara sepihak. Maka saat itu, percakapan keduanya berakhir dengan Jicko yang memutuskan bahwa dia akan mengabulkan permohonan Maria untuk memiliki cucu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh JOSEPHWANG99

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Istri Manis Tuan Jicko
1

Bab 1 01 - Diminta Cepat Menikah

01/12/2022

2

Bab 2 Gadis itu, Ameera

01/12/2022

3

Bab 3 Low Profile

01/12/2022

4

Bab 4 Permintaan yang Dituruti

01/12/2022

5

Bab 5 Tekanan Batin

01/12/2022

6

Bab 6 Memerhatikan Mama

01/12/2022

7

Bab 7 Baju Pengantin & Cincin

01/12/2022

8

Bab 8 Rapat Konsorsium

01/12/2022

9

Bab 9 Tertawakan Diri Sendiri

01/12/2022

10

Bab 10 Sampul Undangan

01/12/2022

11

Bab 11 Jicko Menguping Pembicaraan

23/02/2023

12

Bab 12 Menjaga Gadis itu

23/02/2023

13

Bab 13 Telinga Ameera Robek

24/02/2023

14

Bab 14 Berdebat dengan Mama, dengan Agnes

24/02/2023

15

Bab 15 Bertanya Kepada Mesin Pencarian

24/02/2023

16

Bab 16 Cekikan Agnes vs Ameera

24/02/2023

17

Bab 17 Agnes Diantar ke Stasiun

24/02/2023

18

Bab 18 Souvenir Pernikahan yang Mewah

24/02/2023

19

Bab 19 D' day

24/02/2023

20

Bab 20 D' day pt. 2

24/02/2023

21

Bab 21 Tidur Seranjang

25/02/2023

22

Bab 22 Jangan Panggil 'Kak'

25/02/2023

23

Bab 23 Undangan Pertemuan Ibu Negara

25/02/2023

24

Bab 24 130 Juta Wanita Beruntung

26/02/2023

25

Bab 25 Rencana Memiliki Anak

26/02/2023

26

Bab 26 Dompet Lusuh

27/02/2023

27

Bab 27 Janji yang Tidak Terpenuhi

27/02/2023

28

Bab 28 Vodka itu Sogokan

28/02/2023

29

Bab 29 Ameera Membohongi Jicko

01/03/2023

30

Bab 30 Mama itu Ibuku

01/03/2023

31

Bab 31 Ameera Dikatakan Hamil

03/03/2023

32

Bab 32 Membenci Jicko Seumur Hidup

03/03/2023

33

Bab 33 Tuan Incognito

04/03/2023

34

Bab 34 Jadilah Pacarku (Adult)

04/03/2023

35

Bab 35 Tanggung Jawab Suami

03/04/2023

36

Bab 36 Perintah Bos Besar

03/04/2023

37

Bab 37 Aku Akan Jatuh Cinta

03/04/2023

38

Bab 38 Pria itu Menggoda

03/04/2023

39

Bab 39 Mulai Menyukai Ameera

03/04/2023

40

Bab 40 Menunggangi Kuda Bersama Presiden

04/04/2023