/0/14858/coverorgin.jpg?v=a6668d914bf0e0e8b652a837463e32ce&imageMogr2/format/webp)
Alyssa Hartanto berdiri di depan jendela apartemen kecilnya, memandangi langit malam Jakarta yang dipenuhi cahaya lampu kota. Di balik gemerlapnya kota metropolitan ini, hatinya terasa hampa dan penuh amarah. Ingatannya kembali pada hari-hari kelam itu, saat bisnis keluarganya dihancurkan tanpa belas kasihan oleh tangan dingin Damian Valente.
Seperti potongan film yang diputar ulang, Alyssa bisa melihat wajah ibunya yang pucat saat perusahaan mereka terpaksa dijual dengan harga murah. Stres yang berlebihan membuat ibunya jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Ayahnya, yang selama ini menjadi pilar kekuatan keluarga, tak sanggup menanggung beban berat tersebut. Kecelakaan yang menewaskan ayahnya diduga sebagai tindakan bunuh diri, meninggalkan Alyssa sendirian dalam keputusasaan.
Alyssa mengepalkan tangan, merasakan kemarahan yang mendidih dalam dirinya. Damian Valente, pria yang dianggap sebagai dewa oleh dunia bisnis, adalah orang yang bertanggung jawab atas kehancuran keluarganya. Dia dikenal sebagai pengusaha kejam yang tak ragu-ragu menghancurkan perusahaan kecil demi ambisinya yang tak pernah puas.
“Tunggu saja, Damian. Aku akan membuatmu merasakan sakit yang sama,” gumam Alyssa dengan tekad yang kuat.
Hari-harinya selama beberapa bulan terakhir dihabiskan untuk mencari cara mendekati Damian. Alyssa tahu bahwa pria itu sering mengunjungi klub malam eksklusif di pusat kota. Dengan menyamar sebagai pelayan di tempat tersebut, dia berharap bisa menemukan celah untuk mendekati dan merusak hidup pria itu.
Alyssa mengganti pakaiannya dengan seragam pelayan klub malam, memastikan penampilannya sempurna agar tidak menarik kecurigaan. Dia menatap dirinya di cermin, mencoba menguatkan hati sebelum melangkah keluar.
Malam itu, klub malam “Elysium” tampak lebih ramai dari biasanya. Musik berdentam keras, lampu-lampu berwarna-warni menari di udara, dan aroma alkohol menguar di sekeliling ruangan. Alyssa menyelinap di antara kerumunan, membawa nampan berisi minuman ke meja-meja pelanggan.
Di sudut ruangan VIP, Damian Valente duduk dengan santai, dikelilingi oleh beberapa pengawal pribadinya. Wajah tampannya terlihat tenang, namun mata birunya memancarkan ketajaman yang menakutkan. Alyssa mengamati setiap gerakannya dengan hati-hati, mencoba mencari tahu kebiasaannya.
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Tia, salah satu rekan kerjanya, saat melihat Alyssa melamun.
Alyssa tersenyum tipis. “Ya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah.”
/0/19320/coverorgin.jpg?v=f7760b193126c15b01909383c73fff86&imageMogr2/format/webp)
/0/6637/coverorgin.jpg?v=a530a5398bc61eb694f5ea42202f4e80&imageMogr2/format/webp)
/0/19896/coverorgin.jpg?v=abd24e3d8363c0a1e19cd8ba7d81b444&imageMogr2/format/webp)
/0/2865/coverorgin.jpg?v=148b7c0297ea539ab197a845457d933d&imageMogr2/format/webp)
/0/6595/coverorgin.jpg?v=36080175ef3c9e6d890c9db59d2148c9&imageMogr2/format/webp)
/0/9842/coverorgin.jpg?v=9a6e554bcaa7a45079ce24a6f2a592d4&imageMogr2/format/webp)
/0/6227/coverorgin.jpg?v=6257df0cd226ea93f64be54d97ea15cf&imageMogr2/format/webp)
/0/28826/coverorgin.jpg?v=54d3bed8b0d974e66d33269b2ce96b33&imageMogr2/format/webp)
/0/15965/coverorgin.jpg?v=f4451d1adfe2f2e7d0ad277131048267&imageMogr2/format/webp)
/0/18186/coverorgin.jpg?v=360f5de92eb3b0a606d9f59567c48154&imageMogr2/format/webp)
/0/29596/coverorgin.jpg?v=9bec6c62baa21cbaf0bd7b6852e019ba&imageMogr2/format/webp)
/0/16958/coverorgin.jpg?v=97ed2f639923e0c792d22df0e3e325a1&imageMogr2/format/webp)
/0/15143/coverorgin.jpg?v=6567172c27abf2003cd8b26ffcf31850&imageMogr2/format/webp)
/0/15322/coverorgin.jpg?v=bfc33bac2d9b27d675ab58eef0b2831c&imageMogr2/format/webp)
/0/2473/coverorgin.jpg?v=861cafe57838f7e9c5dcb8ac272dab64&imageMogr2/format/webp)
/0/26704/coverorgin.jpg?v=6282facaf155367cc655f1b6d29a4b03&imageMogr2/format/webp)
/0/16152/coverorgin.jpg?v=3b8d9d0560ed479c600608ec0e0aa1cf&imageMogr2/format/webp)
/0/2839/coverorgin.jpg?v=a5453b0ae8ffb01a33039d54ea0e2ad2&imageMogr2/format/webp)