10 tahun lalu mobil yang dikendarai oleh Kendra Abimana terjun bebas ke jurang. Meledak hebat hampir melenyapkan nyawanya. Sejak saat itu cintanya terhadap Liana terbakar hangus bahkan nyaris membuat wajahnya tak dikenali lagi. Setelah 10 tahun berlalu Kendra Abimana kembali dengan dendam membara terhadap Liana yang mengkhianati cintanya. Lantas apakah kisah cinta mereka akan berlanjut?
"Orang sepertimu tidak pantas dihormati! Apa yang harus saya hormati. Uangpun kau tidak punya? Apalagi harta? Dasar Pria miskin!"
"Tidak bisakah kau sedikit saja menghormatiku? Aku ini Suamimu!"
Kendra Abimana seorang pria miskin,
yang dicampakkan oleh sang istri. Bahkan, untuk berhubungan badan pun tidak pernah dia lakukan.
Karena Liana kerap kali menolak, tidak mau sedikitpun disentuh oleh Kendra, apalagi harus melayaninya setiap hari, hanya sekedar menyuguhkan kopi pun Liana tidak pernah mau.
Pada malam pesta ulang tahunnya Liana malah membawa pria lain masuk dalam istananya. Pria itu seorang kaya raya bernama Jack Spelhear.
"PERGI!" usir Liana terhadap Kendra. "Jangan pernah memperkenalkan dirimu pada tamuku, apalagi menampakkan batang hidungmu di hadapan semua Orang!"
Kendra hanya bisa pasrah atas perlakuan Liana, bahkan pria berpenampilan lusuh itu tidak berani melawan pada istrinya.
Setelah itu Liana pergi, lebih memilih bergabung dengan Jack kekasihnya, dan berdansa di hadapan Kendra.
Seorang Kendra hanya bisa mengawasi dari kejauhan, sesekali Liana tersenyum menyeringai mencium bibir Jack, sengaja memanasi Kendra si pria miskin yang dibencinya karena tidak memiliki harta sepeserpun.
Hati Kendra meringis, ia meremas dadanya merasakan sakit yang teramat sangat dalam, melihat pengkhianatan sang istri tepat di depan matanya.
Kendra ikut meliuk ketika melihat Liana menari erotis di hadapan pria lain, bahkan Kendra menelan salivanya membayangkan dirinya bisa menyentuh tubuh seksi itu. Apalagi ketika melihat Liana duduk di pangkuan pria lain, dan menggoyangkan pinggulnya di atas milik pria perebut istrinya.
Kendra meremas jemarinya sendiri, menahan sesak di bawah sana, melihat tubuh polos sang istri yang sah secara hukum dan agama di gerayangi tangan nakal pria perebut itu.
Namun, baginya membayangkan tubuh itupun suatu kepuasan baginya. 'Andaikan aku yang berada di sana, aku akan sangat bahagia Liana!' lirihnya membatin dengan tatapan sendu.
Tidak tahan dengan hasrat biologisnya, akhirnya Kendra memilih meninggalkan pesta ulang tahun Liana yang di gelar di halaman Mansion.
Kendra lebih memilih memuaskan dirinya sendiri menggunakan salah satu anggota tubuhnya, seperti pria kesepian lain di dunia ini.
Kendra membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, melepaskan helai demi helai pakaiannya, sambil membayangkan lekuk indah tubuh Liana.
Nafasnya semakin memburu seiring pergerakan tangannya berpacu dengan cepat, sementara otaknya dipenuhi oleh Liana yang menari-nari.
Ceklek!
Suara pintu mengalihkan perhatian Kendra pada saat itu. "Liana! Benarkah itu kau?" Kendra tersenyum menatap kedatangan Liana.
Padahal itu hanya imajinasinya sendiri, yang terlalu mengharapkan Liana. Tanpa berbasa-basi lagi Kendra meraih tangan Liana, menelusuri setiap lekuk tubuh itu, dengan bibirnya.
"ARGHHH!" Kendra mengerang kenikmatan pada saat melakukan penyatuan, baginya baru kali ini dia merasakan kenikmatan setelah sekian lamanya menunggu dengan sabar.
"Sudah sejak lama aku menantikan semua ini Liana, akhirnya kau mau melakukannya denganku! Terima kasih Liana, Sssssh Aaaakh!"
Desahan-desahan hangat meluncur dari mulut Kendra yang ternyata bercinta dengan imajinasinya sendiri.
Kendra terus menggoyang pinggulnya, sesuai ritme permainannya. Gerakan memaju mundurkan miliknya keluar masuk, nafasnya semakin memburu bersamaan dengan erangan kenikmatan.
"Uuuuh Fuck!" racau Kendra melenguh, merasakan rasa yang membuatnya menggelinjang hingga di puncak birahinya Kendra melepaskan semua peluhnya.
"Uuuuh yeah ... uuuuh yeah!" Kendra terengah-engah, membaringkan tubuhnya di atas kasur berukuran besar itu.
BRAK!
Suara pintu membuyarkan semua imajinasi Kendra. Sementara di ambang pintu Liana tengah berdiri menatapnya dengan jijik.
"Bahkan kau sangat menjijikkan Kendra, memalukan!"
Kendra tersadar bahwa dirinya melakukan semua itu hanya sendirian,
Fiuh!
Embusan angin terasa menerjang, menyadarkannya dari fantasi liar, adegan demi adegan yang dilakukannya bersama dengan Liana ternyata hanya fantasinya, yang terlalu menginginkan melakukan penyatuan dengan istrinya.
"Cepat pakai bajumu! Tutupi tubuh menjijikkanmu itu!" seru Liana menatap remeh pada Kendra. Kemudian Liana melemparkan satu lembar kertas tepat di hadapan Kendra.
"Apa ini?" tanya Kendra sambil menutupi bagian sensitifnya dengan seprai.
"Jangan banyak bertanya! Tanda tangani saja!" perintahnya dengan nada menyentak.
"S-surat cerai?" Kendra menatap Liana, bertanya dengan suara gemetar.
"Ya aku ingin bercerai darimu! Aku merasa kau tidak pantas menjadi pasanganku, kau dan aku bagaikan langit dan bumi Kendra. Selamanya tidak akan bisa bersatu!"
Kendra menatap nanar pada surat cerai di tangannya, berat hatinya untuk bercerai dari Liana.
"Cepat tanda tangani dasar miskin!" Liana kembali membentak, bahkan menghina suaminya sendiri.
Dengan tangan gemetar menggenggam bolpoin di tangannya. Kendra terpaksa menandatangani surat perceraian itu. "Baiklah, jika ini maumu aku membebaskanmu! Mulai sekarang kita bukan Suami Istri lagi!" Kendra menandatangani surat itu.
"Begitu dong! Kan enak kalau begini, mulai sekarang aku ataupun kamu terbebas dari ikatan yang tidak penting ini!" Liana meraih surat dari tangan Kendra.
Liana tersenyum penuh kemenangan, hatinya merasa gembira setelah berhasil menceraikan Kendra Abimana si pria miskin yang tidak sengaja dia nikahi untuk menutupi aibnya.
"Cepat kemasi barang-barangmu, dan pergi dari Rumahku! Dasar Pria tidak berguna!" usir Liana terhadap Kendra. "Ayo cepat tunggu apalagi!" Liana mengambil koper dan melemparkannya pada Kendra.
Perlahan Kendra bangkit dari tempat tidur, memunguti helai demi helai pakaiannya yang berserakan di lantai.
Dengan tubuh masih polos tanpa ditutupi sehelai pun kain, Kendra meraih koper dan segera memakai pakaiannya.
Tidak tertahankan lagi, Kendra meluncur air matanya, menetes ke lantai. Sementara tangannya mengepal, baru kali ini Kendra merasakan sakit yang teramat sangat dalam matanya terlihat memerah.
Bahkan, menangis darah pun Liana tidak merasa kasihan pada Kendra. Sejak hari itu Kendra bersumpah akan membalas semua perbuatan Liana.
'Aku bersumpah Liana, suatu saat kau akan aku balas!' batin Kendra murka.
Liana sudah pergi dari kamar itu, setelah mendapatkan surat yang berhasil Kendra tanda tangani.
Kendra segera bergegas keluar kamar dengan koper di tangannya. Tidak sengaja Kendra mendengar suara tawa meremehkannya.
"HEY Kendra, kau ini terlihat seperti pecundang! Kau sangat memalukan, kau payah Kendra!" ledek Jack Spelhear yang menghampiri Kendra.
Sadar Jack bukan tandingannya, Kendra hanya melengos peri begitu saja, dia tidak menghiraukan hinaan Jack yang ditujukan padanya.
"Pria miskin sepertimu tidak pantas mendapatkan Perempuan cantik seperti ini Kendra!" Jack menatap remeh pada Kendra, sambil mencium bibir Liana di hadapan Kendra Abimana.
"Sudah sayang, lebih baik kita nikmati malam ini, dari pada mengurusi Pria miskin ini!" hina Liana terhadap mantan suaminya itu.
Kendra mengepalkan tangannya, melangkah dengan kaki gemetar sementara telinganya terasa panas oleh hinaan-hinaan dari Liana, dan Jack Spelhear. Dunianya terasa runtuh, bahkan harga dirinya diinjak-injak, perasaannya terkoyak-koyak.
Tidak puas sampai di situ, rupanya Liana telah merencanakan sesuatu yang jahat untuk Kendra, Liana dan Jack memiliki rencana untuk melenyapkan Kendra dari muka bumi.
"Tunggu!" Liana menghentikan langkah Kendra Abimana.
Kendra kembali menoleh, lalu bertanya. "Kenapa kau menghentikanku?"
"Tunggu sebentar, kami masih berbaik hati padamu!" ujar Jack Spelhear.
Kemudian Liana mengambil kunci mobil di sakunya, lalu memberikannya pada Kendra. "Aku berikan mobil ini, agar kau bisa pergi ke kota tujuanmu!"
Liana tersenyum menyeringai, sementara matanya saling menatap dengan Jack.
Sejenak Kendra diam, dia masih ragu. Lantas dengan sukarela Liana memberikan sebuah mobil padanya.
"HEY! Kenapa kau diam? Ayo ambil. Masih bagus aku masih bersedia berbaik hati padamu! Ayo cepat ambil!" bentak Liana meminta Kendra mengambil kunci mobil dari tangannya.
Dengan ragu Kendra mengambil kunci dari tangan Liana, pada saat itu Liana menjatuhkan kuncinya ke lantai.
"Oops! Sorry!" Liana tersenyum menyeringai.
"Ambilah!" Jack meminta Kendra untuk memungut kunci mobil di lantai.
Riuh suara tawa dari para tamu yang menyaksikan betapa bodohnya Kendra, mau saja dikerjai oleh Liana dan Jack. Bagi mereka kebodohan Kendra adalah hiburan di tengah berlangsungnya pesta itu.
Kendra berjongkok mengambil kunci mobil dilantai, tiba-tiba saja Liana menggerakkan kakinya menginjak tangan Kendra dengan kaki mengenakan high heels.
"ARGHHH!" raung Kendra merasakan kesakitan ditangannya, kaki high heels menancap ditangan Kendra.
"Kasihan ... sakit ya?" Liana tersenyum puas melihat Kendra tersiksa.
Namun, Kendra tidak melakukan perlawanan apapun. Dalam pikirkannya sekarang hanya ingin cepat pergi dari rumah itu.
Kendra berjalan gontai, dengan tangan berdarah-darah menetes ke lantai, lalu memasuki mobil dan segera pergi.
Sementara para tamu masih menertawakan Kendra, bagi mereka kebodohan Kendra adalah hiburan gratis.
"GOOD BYE KENDRA!" gumam Liana. "Semoga kau bahagia di Neraka!" Liana tersenyum menyeringai menatap kepergian Kendra.
Kendra tidak tahu jika mobil yang dikemudikannya itu, telah di rusak sedemikian rupa oleh anak buah Jack, agar Kendra pergi selamanya.
Lantas bagaimana nasib Kendra selanjutnya?
Bersambung...