Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Alena dan Andrio (Sekuel Dendam Anak Tiri)

Alena dan Andrio (Sekuel Dendam Anak Tiri)

Aprillia_D

5.0
Komentar
82
Penayangan
65
Bab

Alena pikir hidupnya akan selalu bahagia bersama Andrio, tapi ternyata semua tak semudah yang dibayangkan. Banyak lika-liku mewarnai jalan pernikahan mereka. Namun, apa pun yang terjadi Andrio tetaplah milik Alena. Alena dan Andrio tetap bersama. (Ikuti kisah romantis Alena dan Andrio yang bakal bikin baper dan haru di sepanjang cerita)

Bab 1 Alena dan Andrio 1

"Bagaimana keadaan pasien rawat inap hari ini, Sus? Apa sudah ada perkembangan?" Andrio bertanya pada perempuan berpakaian putih khas medis disampingnya. Kaki panjang pria itu melangkah cepat menyusuri lorong panjang menuju ruang rawat inap Mawar. Suster-suster berpakaian putih terlihat berlalu lalang di sampingnya. Sesekali dia tersenyum sopan pada suster yang menegurnya.

"Alhamdulillah, semua pasien yang Dokter Surya tangani kondisinya membaik. Bahkan di antara mereka sudah boleh pulang hari ini," jelas perawat ber-nametag Ria Purwati itu.

"Alhamdulillah kalau gitu."

Sesampainya di ruang Mawar, Andrio menyapa pasien-pasiennya dengan ramah.

"Halo, Ibu. Gimana keadaannya hari ini?" Andrio mulai memeriksa seorang ibu yang terbaring di ranjang pertama. Ibu itu menderita penyakit bronkitis akut.

"Halo, Dok. Alhamdulillah Dok sudah mendingan," jawab ibu itu sambil tersenyum.

Andrio mengangguk-angguk sambil memeriksa denyut jantung ibu itu dengan stetoskop yang menggantung di lehernya sejak tadi. "Ada keluhan, Bu?" tanyanya lagi saat dirasa denyut jantung ibu itu berdetak normal.

"Nggak, Dok."

"Kalau begitu berarti Ibu sudah benar-benar sembuh, ya. Alhamdulillah, besok Ibu sudah boleh pulang." Lalu Andrio beralih menganamnesis pasien lain di ruangan itu, sesekali berbicara dengan suster yang mengiringnya sejak tadi.

Andrio kadang masih tak menyangka akhirnya dia bisa sukses menjadi dokter setelah banyak drama yang dia lewati selama ini. Dia bahkan sempat menentang keinginan orang tuanya untuk menjadi dokter. Ya, Andrio tahu ini semua juga tak lepas dari do'a dan harapan orang tuanya selama ini.

Sudah hampir empat tahun Andrio bekerja sebagai dokter umum. Ada banyak hal yang dia inginkan. Namun sampai detik ini belum juga tercapai. Lantaran banyak juga hal yang harus dia selesaikan sebelum mencapai keinginan-keinginan itu. Salah satu keinginan Andrio adalah menjadi dokter spesialis jantung.

***

"Baik kalau begitu sekian rapat pagi ini. Silakan kembali ke ruangan masing-masing."

Alena menutup meeting hari itu dan mempersilakan karyawan-karyawannya keluar lebih dulu. Para karyawan itu pun berbondong-bondong meninggalkan ruangan sambil menenteng tablet dan laptop. Kini hanya menyisakan direktur utama PT GoodFood Sejahtera tbk itu bersama seorang sekretarisnya, Putri Anjani.

Alena tersenyum menatap perempuan berambut pendek itu yang tengah memasukkan laptopnya ke dalam tas.

"Makasih, ya, Anjani," ucap Alena yang terdengar tiba-tiba bagi Anjani hingga perempuan itu menatapnya heran.

"Terima kasih buat apa, Bu?" Sang sekretaris bertanya balik. Pasalnya dia merasa tidak melakukan hal lebih hingga membuat bosnya itu mengucapkan demikian.

"Terima kasih selama ini kamu sudah bantu saya menangani perusahaan ini. Kerja kamu luar biasa. Kalau nggak ada kamu, saya mungkin udah keteteran. Selama ini juga kamu memberitahu saya apa-apa yang saya nggak tahu," jelas Alena panjang lebar mengingat bantuan-bantuan sekretarisnya selama ini.

Anjani balas tersenyum. "Itu sudah tugas saya, Bu. Saya hanya berusaha bekerja dengan baik."

Bagi Anjani mungkin itu tak seberapa, tapi Alena sangat terbantu dengan kinerja bawahannya. Selama ini dia memperhatikan gadis muda itu sangat profesional melakukan pekerjaan. Dia bisa merasakan itu. Dan dia salut dengan gadis muda dihadapannya ini. "Iya, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih."

"Sama-sama, Bu. Saya duluan ya, Bu," pamit Anjani yang sudah selesai mengemaskan peralatannya.

"Hmm ...," gumaman Alena menginterupsi gerak Anjani yang hendak berdiri. Melihat itu, sang sekretaris menatapnya penuh tanya. "Sebenarnya saya mau ajak kamu makan di luar, tapi sepertinya kamu buru-buru. Ya udah nggak pa-pa." Alena tersenyum.

Wajah Anjani langsung terlihat tidak nyaman. "Maaf, Bu, tapi saya banyak kerjaan. Kapan-kapan saja, ya, Bu," tolaknya secara halus.

Alena mengangguk. "Iya."

"Kalau begitu saya permisi, Bu."

"Silakan."

Wanita bertubuh semampai itu pun berdiri dan keluar ruangan sambil membawa tas kerjanya.

Alena masih memperhatikan punggung wanita itu sampai dia menghilang di balik pintu.

Entah kenapa dia selalu merasa kagum melihat sekretarisnya itu. Usia Anjani masih 23 tahun, masih sangat muda. Namun, dia sudah menjabat sebagai sekretaris di perusahaan besar. Kinerjanya juga bagus. Meski begitu, dia tetap rendah hati. Dan gadis itu belum memiliki suami atau calon suami.

Alena jadi teringat akan dirinya dulu, sebelum dia menikah. Dirinya baru menjabat sebagai CEO di usia 25 tahunan. Dan sebelum itu dia bekerja semrawutan. Dulu, Alena sedih dengan nasibnya yang tak seberuntung remaja seumurnya. Dia bahkan nyaris menyerah dengan keadaan dan nekat bunuh diri.

Namun, memang benar, rencana Tuhan selalu lebih baik dari yang diperkirakan. Siapa sangka, dirinya yang dulu pernah jadi tukang cilok keliling, juga Cleaning Service, kini menjabat posisi sekarang.

Seandainya dulu dia bunuh diri mungkin dia takkan merasakan nikmat ini. Meski telah bertahun-tahun, kadang Alena masih tak percaya dengan yang dia miliki sekarang. Semuanya terasa seperti mimpi. Semua ini juga berkat bantuan orang-orang paling berjasa dalam hidupnya, Mbah Nani dan mendiang Bu Ratih. Dia tak akan lupakan mereka.

Alena menghela napas dan memutar kursi putarnya sedikit. Tatapannya langsung tertuju pada bingkai foto dirinya yang mengenakan seragam sekolah dan mendiang ibunya, Leyla--yang terletak di atas meja.

Di foto itu terlihat dia sedang merangkul bahu ibunya sambil tersenyum. Dia ingat foto itu di ambil ketika dia lulus SMA. Foto itu sengaja dia pajang di sini agar dia selalu ingat dengan mendiang ibunya. Karena tiap kali dia mengingat ibunya, dia ingat pula dengan penderitaan ibunya dan seberapa sulit hidupnya dulu. Dan itu menjadi penawar kala dia merasa sangat lelah dengan pekerjaannya. Membandingkan drastisnya kehidupannya yang dulu dengan sekarang membuatnya jadi lebih bersyukur.

***

Alena buru-buru pulang ke rumah. Perempuan itu menyetir mobil dengan kecepatan cukup kencang. Dia ingin sampai lebih awal hari ini sebelum suaminya pulang. Agar dapat menyiapkan makanan untuk suaminya itu mengingat akhir-akhir ini suaminya selalu memesan makanan di aplikasi GoFood karena dia selalu pulang telat dan tak sempat memasak.

Di rumah, dia dan suami jarang bertemu dari pagi sampai sore hari begini--kecuali hari libur. Karena masing-masing sibuk dengan pekerjaannya. Pagi-pagi sekali--paling telat jam tujuh lewat--Alena sudah berangkat ke kantor, dan pulang sore bahkan malam hari. Sedangkan Andrio mulai jam delapan pagi sampai sore juga bekerja di rumah sakit. Jika suaminya itu mendapat giliran jaga malam--dari sore hingga jam sepuluh malam--maka di jam segini mereka tidak ada waktu sama sekali untuk bertemu di rumah. Meskipun begitu keduanya selalu berusaha menyempatkan diri agar mereka punya waktu buat bersama. Seperti sore ini, Alena mengusahakan pulang cepat agar bisa memasakkan suami dan memiliki banyak waktu bersama.

Tanpa terasa mobil yang Alena kendarai tiba di depan rumahnya. Rumah Alena dan Andrio berada di komplek perumahan elit, bergaya minimalis modern. Dari depan, rumahnya terlihat tinggi dan megah karena berlantai tiga. Dinding dan tiang-tiang rumahnya terlihat kokoh karena dibangun dengan material batu. Dengan jendela lebar dan pintu yang terbuat dari kaca. Langit-langitnya tinggi. Dengan halaman kecil yang ditumbuhi rumput buatan. Dipagari dengan pagar besi melebihi tinggi kepala orang dewasa.

Rumah mereka tidak memiliki satpam sebagaimana rumah Bagaskara. Hingga Alena harus turun terlebih dulu untuk membuka pagar. Sebelum akhirnya kembali masuk ke mobil dan menjalankan mobilnya hingga ke dalam garasi.

Sesampainya di garasi, Alena mematikan mesin mobilnya dan turun dari sana. Dia bernapas lega kala tak menemukan tanda-tanda kepulangan Andrio seperti sepatu kerja yang terletak di tempat penyimpanan sepatu atau pintu yang terkunci dari dalam. Itu artinya dia berhasil sampai lebih dulu. Alena masuk melalui pintu yang terhubung dengan garasi menggunakan kunci yang dia bawa dalam tas.

Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan, wanita itu mulai mengobok-obok isi kulkas dua pintunya, memilih bahan untuk dimasak.

Namun, tiba-tiba terdengar suara bel menggema. Alena sedikit panik. "Duh, Mas Andrio udah pulang, aku belum sempat masak lagi." Dia menutup kulkas dan buru-buru keluar membukakan tamu yang dia perkirakan suaminya itu.

"Iya, Mas, sebentar!" teriaknya ketika suara bel terdengar lagi.

Namun, ketika pintu utama berbilah ganda itu dibuka, dia sedikit terkejut. Ternyata bukan Andrio yang pulang.

"Mami?"

"Iya, Alena. Ini Mami, kamu pikir siapa?" Wanita yang tak lain adalah Rista itu menatapnya heran karena reaksi Alena di luar dugaan.

Alena tersenyum kaku. "Maaf, Mi. Tadi aku kira Mas Andrio pulang. Silakan masuk, Mi." Alena masuk lebih dulu ke arah ruang tamu. Tak heran sebenarnya, karena wanita yang telah dia anggap ibunya itu memang biasa berkunjung ke rumah menjenguknya. Hanya saja dia terlalu kepikiran dengan suaminya dan tak menyangka Rista mengunjunginya hari ini.

"Andrio belum pulang?" Rista mengiringinya. Mereka duduk di sofa panjang yang ada di ruang tamu itu.

"Belum, Mi."

"Mami ke sini ngantarin makanan, nih, buat kalian." Rista meletakkan rantang besi yang sejak tadi dia jinjing ke atas meja tamu.

"Nggak usah repot-repot, Mi."

"Nggak repot, kok. Kebetulan hari ini Mami masak banyak." Rista memang sudah tahu, Alena dan Andrio jarang makan makanan rumah, mereka lebih sering beli, atau makan di luar.

Alena menyengir. "Tadi aku baru mau masak sebelum Mas Andrio pulang. Eh, Mami udah datang bawain makanan. Makasih, ya, Mi."

"Tuh, 'kan, sekarang nggak usah masak. Makan masakan Mami aja kalian. Banyak ini cukuplah buat kalian berdua."

"Iya, Mi, makasih," ucap Alena sekali lagi.

Rista mengedar pandang di ruang tamu yang luas itu. Merasakan sunyinya suasana rumah Alena yang megah. Rumah itu terlalu besar untuk mereka tinggali berdua.

"Sepi, ya. Sayang rumah sebesar ini sering dikosongin nggak ada penghuninya," gumam Rista.

Alena tak menanggapi. Tatapannya tertuju pada jemarinya yang meremasi dasternya.

"Kalau kalian udah punya anak pasti rumah ini ramai. Mana kamu nggak punya asisten rumah tangga." Meski mampu dan memiliki rumah besar, Alena tak mau menyewa asisten rumah tangga. Karena dia merasa masih mampu jika hanya mengurusi keperluan dirinya dan Andrio.

Alena lagi-lagi hanya diam.

Rista kembali menatap Alena. "Kamu sama Andrio 'kan udah tiga tahun menikah, tapi belum punya momongan juga. Kapan kalian punya anak?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Aprillia_D

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Alena dan Andrio (Sekuel Dendam Anak Tiri)
1

Bab 1 Alena dan Andrio 1

28/04/2024

2

Bab 2 Alena dan Andrio 2

28/04/2024

3

Bab 3 Alena dan Andrio 3

28/04/2024

4

Bab 4 Alena dan Andrio 4

28/04/2024

5

Bab 5 Alena dan Andrio 5

28/04/2024

6

Bab 6 Alena dan Andrio 6

28/04/2024

7

Bab 7 Alena dan Andrio 7

28/04/2024

8

Bab 8 Alena dan Andrio 8

28/04/2024

9

Bab 9 Alena dan Andrio 9

28/04/2024

10

Bab 10 Alena dan Andrio 10

28/04/2024

11

Bab 11 Alena dan Andrio 11

28/04/2024

12

Bab 12 Alena dan Andrio 12

28/04/2024

13

Bab 13 Alena dan Andrio 13

28/04/2024

14

Bab 14 Alena dan Andrio 14

28/04/2024

15

Bab 15 Alena dan Andrio 15

28/04/2024

16

Bab 16 Alena dan Andrio 16

28/04/2024

17

Bab 17 Alena dan Andrio 17

28/04/2024

18

Bab 18 Alena dan Andrio 18

16/05/2024

19

Bab 19 Alena dan Andrio 19

17/05/2024

20

Bab 20 Alena dan Andrio 20

18/05/2024

21

Bab 21 Alena dan Andrio 21

19/05/2024

22

Bab 22 Alena dan Andrio 22

20/05/2024

23

Bab 23 Alena dan Andrio 23

21/05/2024

24

Bab 24 Alena dan Andrio 24

22/05/2024

25

Bab 25 Alena dan Andrio 25

23/05/2024

26

Bab 26 Alena dan Andrio 26

24/05/2024

27

Bab 27 Alena dan Andrio 27

25/05/2024

28

Bab 28 Alena dan Andrio 28

26/05/2024

29

Bab 29 Alena dan Andrio 29

27/05/2024

30

Bab 30 Alena dan Andrio 30

28/05/2024

31

Bab 31 Alena dan Andrio 31

29/05/2024

32

Bab 32 Alena dan Andrio 32

30/05/2024

33

Bab 33 Alena dan Andrio 33

31/05/2024

34

Bab 34 Alena dan Andrio 34

01/06/2024

35

Bab 35 Alena dan Andrio 35

02/06/2024

36

Bab 36 Alena dan Andrio 36

03/06/2024

37

Bab 37 Alena dan Andrio 37

04/06/2024

38

Bab 38 Alena dan Andrio 38

05/06/2024

39

Bab 39 Alena dan Andrio 39

06/06/2024

40

Bab 40 Alena dan Andrio 40

07/06/2024