Alena dan Andrio (Sekuel Dendam Anak Tiri)
tih khas medis disampingnya. Kaki panjang pria itu melangkah cepat menyusuri lorong panjang menuju ruang rawat inap Mawar. Su
ndisinya membaik. Bahkan di antara mereka sudah boleh pulillah kal
ar, Andrio menyapa pasie
ai memeriksa seorang ibu yang terbaring di ranjang
Dok sudah mendingan," jawa
an stetoskop yang menggantung di lehernya sejak tadi. "Ada keluhan, B
ak,
k Ibu sudah boleh pulang." Lalu Andrio beralih menganamnesis pasien lain di
yang dia lewati selama ini. Dia bahkan sempat menentang keinginan orang tuanya untuk menjadi
sampai detik ini belum juga tercapai. Lantaran banyak juga hal yang harus dia selesaikan sebelum me
*
pat pagi ini. Silakan kembal
wan itu pun berbondong-bondong meninggalkan ruangan sambil menenteng tablet dan laptop. Kini hanya
berambut pendek itu yang tengah
ng terdengar tiba-tiba bagi Anjani h
ya balik. Pasalnya dia merasa tidak melakukan hal l
lau nggak ada kamu, saya mungkin udah keteteran. Selama ini juga kamu memberitahu saya apa-apa yan
udah tugas saya, Bu. Saya hany
ini dia memperhatikan gadis muda itu sangat profesional melakukan pekerjaan. Dia bisa merasakan itu
Bu," pamit Anjani yang sudah s
itu, sang sekretaris menatapnya penuh tanya. "Sebenarnya saya mau ajak kamu mak
. "Maaf, Bu, tapi saya banyak kerjaan. Kapa
ngangguk
itu saya p
lak
pun berdiri dan keluar ruanga
unggung wanita itu sampai d
h sangat muda. Namun, dia sudah menjabat sebagai sekretaris di perusahaan besar. Kinerjanya juga
usia 25 tahunan. Dan sebelum itu dia bekerja semrawutan. Dulu, Alena sedih dengan nasibnya yang
perkirakan. Siapa sangka, dirinya yang dulu pernah jadi tukang ci
ena masih tak percaya dengan yang dia miliki sekarang. Semuanya terasa seperti mimpi. Semua ini juga berkat b
a langsung tertuju pada bingkai foto dirinya yang mengenakan serag
dia selalu ingat dengan mendiang ibunya. Karena tiap kali dia mengingat ibunya, dia ingat pula dengan penderitaan ibunya dan seberapa sulit hidupnya dulu. Dan it
*
ebih awal hari ini sebelum suaminya pulang. Agar dapat menyiapkan makanan untuk suaminya itu mengingat akhir-akh
re bahkan malam hari. Sedangkan Andrio mulai jam delapan pagi sampai sore juga bekerja di rumah sakit. Jika suaminya itu mendapat giliran jaga malam--dari sore hingga jam sepuluh malam--maka di jam segini mereka tidak ada waktu sama sek
a terlihat tinggi dan megah karena berlantai tiga. Dinding dan tiang-tiang rumahnya terlihat kokoh karena dibangun dengan material batu. Dengan jendela lebar dan pin
Alena harus turun terlebih dulu untuk membuka pagar. Sebelum akhirnya
langan Andrio seperti sepatu kerja yang terletak di tempat penyimpanan sepatu atau pintu yang terkunci dari dalam. Itu artinya
umahan, wanita itu mulai mengobok-obok isi ku
, Mas Andrio udah pulang, aku belum sempat masak lagi." Dia menutup kulk
teriaknya ketika sua
anda itu dibuka, dia sedikit terkeju
am
nita yang tak lain adalah Rista itu menatapn
ah ruang tamu. Tak heran sebenarnya, karena wanita yang telah dia anggap ibunya itu memang biasa berkunjung ke rum
iringinya. Mereka duduk di sofa p
um,
kalian." Rista meletakkan rantang besi ya
ah repot-
Rista memang sudah tahu, Alena dan Andrio jarang makan m
sebelum Mas Andrio pulang. Eh, Mami udah
k. Makan masakan Mami aja kalian. Ba
sih," ucap Ale
Merasakan sunyinya suasana rumah Alena yang megah. R
r ini sering dikosongin nggak
pannya tertuju pada jemari
h tangga." Meski mampu dan memiliki rumah besar, Alena tak mau menyewa asisten rumah ta
i-lagi ha
io 'kan udah tiga tahun menikah, tapi belum