Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
RAHASIA PERPUSTAKAAN KOTA

RAHASIA PERPUSTAKAAN KOTA

Tetesan Fajar

5.0
Komentar
Penayangan
5
Bab

Seorang pustakawan menemukan buku tua yang penuh dengan petunjuk menuju harta karun kuno. Namun, ketika orang-orang di sekitarnya mulai meninggal dengan cara yang misterius, dia menyadari bahwa buku itu mungkin lebih dari sekadar peta harta karun-mungkin ada kekuatan jahat yang ingin tetap tersembunyi.

Bab 1 Penemuan yang Tak Terduga

Malam itu, perpustakaan kota yang biasanya ramai oleh pengunjung, mulai sunyi. Hanya suara langkah Aria, pustakawan muda, yang terdengar di antara lorong-lorong rak buku yang menjulang tinggi. Cahaya redup lampu gantung menerangi setiap sudut, menciptakan bayangan-bayangan panjang yang bergerak pelan seiring gerakannya.

Aria baru saja selesai mengatur buku-buku di bagian fiksi ketika pandangannya tertuju pada sebuah sudut yang jarang ia kunjungi. Itu adalah bagian belakang perpustakaan, tempat buku-buku tua yang jarang dibaca disimpan. Rak di sana berdebu, menunjukkan bahwa sudah lama tak ada yang menyentuhnya.

Dengan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul, Aria memutuskan untuk memeriksa rak tersebut. Saat ia menggeser beberapa buku, tangannya meraba sesuatu yang berbeda. Tersembunyi di balik tumpukan buku-buku besar, ia menemukan sebuah buku tua dengan sampul kulit yang usang. Buku itu jauh lebih kecil dibandingkan yang lain, dengan simbol aneh berukir di bagian depannya. Simbol itu tampak seperti kombinasi dari huruf-huruf kuno dan garis-garis melengkung yang membentuk pola misterius.

Aria mengernyitkan dahi. Ia yakin belum pernah melihat buku ini sebelumnya, dan rasa ingin tahunya semakin meningkat ketika ia menyadari bahwa buku itu tidak tercatat di katalog perpustakaan, sesuatu yang sangat tidak biasa. Sebagai pustakawan yang teliti, Aria selalu memastikan bahwa setiap buku, baik yang lama maupun baru, tercatat dengan rapi. Namun, buku ini seolah-olah muncul begitu saja, tanpa jejak atau asal-usul yang jelas.

Dengan hati-hati, ia membuka buku tersebut. Halaman-halamannya sudah menguning dan rapuh, tetapi tulisan di dalamnya masih terbaca. Aksara yang tertulis tampak asing, bukan bahasa yang pernah ia pelajari. Namun, ada sesuatu tentang tulisan itu yang memikatnya, seolah-olah memanggilnya untuk membaca lebih dalam.

Saat ia membalik halaman pertama, sebuah perasaan aneh menyelimutinya. Udara di sekitarnya mendadak terasa dingin, dan suara-suara dari luar perpustakaan, seperti suara kendaraan dan langkah kaki orang, perlahan-lahan menghilang. Aria merasakan seolah-olah waktu berhenti, dan hanya ada dia dan buku tua itu di tengah keheningan yang mencekam.

"Ini bukan buku biasa," bisik Aria kepada dirinya sendiri.

Seiring ia membalik halaman demi halaman, tiba-tiba sebuah suara gemuruh terdengar dari dalam perpustakaan. Rak-rak buku bergetar pelan, seolah-olah merespons keberadaan buku tersebut. Aria tertegun, namun tangannya tak henti membalik halaman, semakin dalam terjerat oleh misteri yang ada di dalamnya.

Tanpa disadari, sebuah cahaya samar mulai bersinar dari simbol aneh di sampul buku. Cahaya itu perlahan-lahan menyelimuti seluruh ruangan, menciptakan bayangan misterius yang menari-nari di dinding perpustakaan. Aria merasakan detak jantungnya semakin cepat, sementara rasa takut dan penasaran berbaur menjadi satu.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" pikirnya.

Ketika Aria hendak menutup buku itu, sebuah suara lirih terdengar, seolah-olah datang dari dalam halaman-halaman yang terbuka. Suara itu berbisik dalam bahasa yang tak ia mengerti, namun entah bagaimana, Aria merasa ia paham apa yang disampaikan.

"Rahasia ini... bukan untuk semua orang," kata suara itu.

Aria terdiam. Ia menatap buku di tangannya, merasakan beban yang seakan-akan lebih dari sekadar berat fisik. Di saat itu, ia menyadari bahwa buku ini menyimpan rahasia yang lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan, sebuah rahasia yang mungkin telah tersembunyi selama berabad-abad, menunggu seseorang yang cukup berani untuk menemukannya.

Dan tanpa disadari, Aria telah menjadi bagian dari rahasia itu.

Apa yang akan ia temukan di dalam buku itu? Dan bagaimana rahasia ini akan mengubah hidupnya? Hanya waktu yang bisa menjawab, namun satu hal yang pasti-penemuan ini adalah awal dari petualangan yang tak pernah ia duga.

Aria duduk di bangku kayu yang terletak di sudut ruangan, matanya terpaku pada buku tua di tangannya. Meskipun perasaan aneh masih menyelimuti dirinya, ada dorongan kuat yang membuatnya ingin terus membaca. Dengan napas yang tertahan, ia kembali membuka halaman-halaman kuning yang dipenuhi dengan aksara-aksara asing.

Di halaman berikutnya, Aria menemukan sebuah peta kuno yang digambar dengan tangan. Garis-garisnya halus, namun terkesan janggal karena peta tersebut tidak menggambarkan kota atau tempat yang dikenalnya. Tidak ada tanda-tanda penamaan yang bisa ia identifikasi, hanya simbol-simbol yang tampak seolah-olah menunjukkan rute atau jalur rahasia.

Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada sebuah titik merah di tengah peta tersebut, dikelilingi oleh simbol yang sama dengan yang ada di sampul buku. Sebuah tulisan kecil tertera di bawahnya, namun lagi-lagi, itu dalam bahasa yang tidak ia kenali.

Meskipun demikian, entah mengapa, Aria merasa seolah-olah dia tahu apa arti dari simbol dan peta tersebut. Ada dorongan kuat dalam dirinya yang mengatakan bahwa titik merah itu bukanlah sembarang tempat-itu adalah kunci dari rahasia besar yang tersembunyi di dalam buku ini.

Aria teringat pada cerita-cerita lama yang pernah ia dengar dari rekan-rekan kerjanya tentang perpustakaan ini. Sebagian orang percaya bahwa perpustakaan kota ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan pengetahuan, tetapi juga sebagai gerbang menuju sesuatu yang lebih dalam dan lebih gelap. Beberapa bahkan menyebutkan tentang ruangan-ruangan rahasia yang tak pernah ditemukan.

Pikirannya semakin liar ketika ia membayangkan kemungkinan bahwa peta ini mungkin adalah petunjuk menuju salah satu ruangan tersebut.

"Apakah ini benar-benar nyata?" bisik Aria pada dirinya sendiri.

Namun, sebelum ia bisa merenungkan lebih jauh, pintu perpustakaan berderit, mengejutkan Aria. Ia cepat-cepat menutup buku itu dan menoleh ke arah suara. Di sana, berdiri seorang pria tua dengan janggut panjang berwarna abu-abu, mengenakan mantel gelap. Mata pria itu tajam, seolah-olah mampu menembus pikiran Aria. Dia tampak tak asing, namun Aria tidak dapat mengingat di mana ia pernah melihatnya.

"Maaf, perpustakaan sudah tutup," kata Aria dengan suara gemetar.

Pria tua itu tersenyum tipis, namun senyum itu tidak memberikan kehangatan. "Aku tahu," katanya pelan, dengan suara serak yang mengirimkan getaran ke seluruh tubuh Aria. "Tapi aku tidak datang untuk meminjam buku. Aku datang untuk mencari sesuatu yang telah lama hilang."

Aria merasakan tubuhnya menegang. "Apa yang Anda cari?"

Pria itu melangkah lebih dekat, matanya kini tertuju pada buku yang ada di tangan Aria. "Sesuatu yang mungkin ada dalam buku itu," katanya. "Sesuatu yang seharusnya tidak pernah ditemukan."

Aria mundur selangkah. Ia merasakan ketegangan di udara semakin meningkat. Ada sesuatu yang tidak beres dengan pria ini, sesuatu yang membuatnya merasa terancam.

"Maaf, buku ini milik perpustakaan. Saya tidak bisa menyerahkannya kepada Anda," kata Aria dengan suara bergetar.

Pria itu tersenyum lagi, kali ini lebih lebar. "Kau tidak mengerti, nak. Buku itu... bukan milik perpustakaan. Itu milik mereka yang tahu cara menggunakannya."

Sebelum Aria bisa merespons, pria itu mengulurkan tangannya, mencoba meraih buku tersebut. Namun, seketika itu juga, cahaya dari simbol di sampul buku kembali bersinar terang, kali ini lebih kuat daripada sebelumnya. Aria terkejut ketika melihat tangan pria itu mundur dengan cepat, seolah-olah terbakar oleh cahaya tersebut.

Mata pria tua itu melebar, ketakutan tergambar jelas di wajahnya. "Kau sudah membukanya," bisiknya dengan nada penuh rasa gentar. "Kini, kau telah terikat dengan rahasianya. Tidak ada jalan kembali."

Dengan kata-kata itu, pria tua itu berbalik dan pergi dengan tergesa-gesa, meninggalkan Aria yang masih terkejut dan bingung.

Setelah pria itu menghilang di balik pintu perpustakaan, Aria memandang buku di tangannya dengan perasaan campur aduk. Apa sebenarnya yang ia temukan? Dan mengapa pria itu begitu takut pada buku ini?

Satu hal yang ia tahu, hidupnya tidak akan pernah sama lagi setelah malam ini. Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi benaknya, dan Aria tahu bahwa ia harus mencari jawabannya, bahkan jika itu berarti menggali lebih dalam ke dalam misteri yang mungkin lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.

Ia memutuskan untuk melanjutkan membaca, meskipun rasa takut mulai merayapi hatinya. Di dalam dirinya, ada rasa tanggung jawab untuk mengetahui apa yang tersembunyi di balik halaman-halaman buku ini, meskipun itu berarti memasuki dunia yang tak pernah ia duga.

Dengan napas yang tertahan, Aria membuka halaman berikutnya, bersiap menghadapi apa pun yang mungkin menunggunya di dalam.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Tetesan Fajar

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku