Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mantanku CEO ku

Mantanku CEO ku

Rheny

5.0
Komentar
113
Penayangan
9
Bab

Asyila Ramania harus melepaskan hubungan dengan Davindra Mahendra karena Nyonya Elma tidak setuju dengan Asyila hanya seorang gadis miskin. Bahkan memberinya uang agar menjauhi Davindra. Beberapa tahun kemudian mereka di pertemukan kembali tetapi Davindra begitu membenci Asyila dan ia pun sengaja membuat Asyila kerepotan dengan tingkahnya.

Bab 1 Bertemu mantan

"Aku tidak butuh wanita munafik sepertimu."ucapnya dengan tegas.

Davindra Mahendra adalah seorang pria yang sangat tampan banyak di sukai kaum hawa, begitu juga dengan Asyila Ramania atau lebih di kenal Sisil. Hari ini Asyila bekerja di perusahaan ternama yang banyak di kagum semua orang bagaimana tidak, perusahaan ini terkenal dengan lembur yang di bayar dengan fantastis sehingga banyak orang yang ingin bersaing untuk masuk ke perusahaan ini.

Hari ini Asyila bekerja dengan semangat karena hari ini adalah gajian pertama jagain ya, ia pun sudah membuat catatan kecil apa saja yang akan di belinya nanti. Dengan penuh semangat ia pun bekerja keras.

"Eh guys, ada gosip terbaru nih mau tahu gak?" ujar Amel menatap kedua temannya.

"Gosip apaan sih heboh banget, tadi pas lewat." ujar Anita penasaran.

Sedangkan Asyila begitu tidak peduli, ia lebih mementingkan pekerjaan dari mendengarkan gosip murahan itu. Kedua teman Asyila menatapnya, Asyila merasa risih lalu ia menoleh dengan malas.

"Gosip apa?" tanyanya enteng.

"CEO lama bakalan di ganti sama anaknya yang ganteng super duper itu." ucap Amel antusias.

Wajah Anita berbinar jika CEO akan di gantikan sudah bertahun-tahun ia menunggunya dan kini tiba saatnya. Sedangkan wajah Asyila biasa saja, ia malas menanggapinya tetapi kedua temannya begitu heboh sendiri.

Pak Deni pun menuju ruang kerja Asyila dan Timnya, ia meminta agar siang nanti untuk bersiap-siap menyambut CEO baru.

"Asyila, nanti siang kau dan Timmu atur semuanya karena CEO baru akan datang." ucap Pak Deni, lalu melangkah pergi kembali ke ruangannya.

"Siap, Pak." sahut Asyila.

Mereka pun melanjutkan kembali pekerjaannya hingga selesai dan jam makan siang pun Asyila dan kedua temannya pun segera makan siang bersama.

Selesai makan siang Asyila pun segera kembali ke kantornya bersama dengan tim kerjanya mereka pun bersiap- siap. Asyila pun sudah selesai dengan tugasnya tetapi Tim Celia begitu tidak suka dengan Asyila karena menurut mereka Asyila adalah seorang anak baru yang beruntung bisa naik jabatan karena ia hanya seorang anak magang saja.

Asyila pintar dalam pekerjaan maka CEO yang lama pun menaikan jabatannya dan masuk ke dalam Tim Amel. Melihat hal itu pun Celia tersenyum sinis, melihat Tim Asyila sudah mengerjakan tugasnya.

"Cel, nyebelin banget ya anak magang tuh, ia bisa naik jabatan pasti ngerayu CEO lama. Apa lagi sekarang di gantiin sama anaknya, pasti tambah tebar pesona deh." ucap Indah yang tidak suka dengan Asyila.

"Tenang aja, nanti bakalan di kasih pelajaran tuh anak magang." ucap Celia dengan tatapan tajam menatap Asyila.

Sementara semuanya sudah di cek ulang lalu Asyila dan Timnya kembali ke ruangannya. Mereka pun duduk kembali karena rasanya melelahkan sekali.

Satu jam berlalu kini Pak Deni menyuruh para karyawan untuk kumpul di lobby karena CEO baru akan segera datang, Tim Asyila pun yang bertanggung jawab atas kedatangan CEO baru.

Semua karyawan pun berjejer dengan rapi di kiri dan kanan serta di depan sudah ada pita yang akan di gunting oleh CEO baru bersama Tim Asyila. Tak lama mobil mewah pun datang, semua karyawan pun saling menelan ludahnya karena yang mereka dengar jika CEO ini lebih galak daripada CEO yang lama.

Mobil berhenti lalu sangat supir keluar lebih dulu, dan salah satu dari mereka pun keluar serta memandang penyambutan yang begitu sederhana. Tim Asyila tidak berani menatap mereka semua menundukkan kepalanya.

Lalu satu lagi pun ikut keluar dari dalam mobil CEO yaitu asisten CEO, lalu Pak Deni pun menyambut kedatangan mereka berdua.

"Selamat datang Tuan, dan selamat bergabung."ucap Pak Deni.

Dia tidak menjawab ataupun menyapa hanya menatap datar ke arah Pak Deni, lalu kedua pria tampan itu segera melangkahkan kakinya. Setelah sampai di depan pita Asyila yang tidak tahu siapa CEo itu segera membawa nampan yang berisi gunting agar pita itu di gunting oleh sang CEO.

"Silahkan Tuan." ucap Asyila sopan.

CEO itu malah diam saja, sepertinya tidak begitu asing baginya cukup lama ia terdiam, seolah sedang memikirkan sesuatu semntara Asyila sudah gugup sedari tadi karena sang CEO belum juga mengambil gunting itu.

"Angkat kepalamu." titahnya datar.

Asyila yang mendengar suara pun sepertinya ia menegenalinya, dengan ragu ia pun mengangkat kepalanya secara perlahan-lahan.

Hingga tatapan mata mereka bertemu meskipun sang CEO memakai kacamata hitamnya, dengan cepat ia membuka kacamata hitamnya dan menatap dingin ke arah Asyila. Sedangkan karyawan lain begitu terpesona melihat ketampanannya.

Tidak ingin membuang waktu Asyila pun segera memberikan gunting itu kepada CEO baru, dengan wajah datar ia segera mengambil gunting dan memotongnya. Suara tepuk tangan pun meriah.

Selsai dengan itu kini Pak Deni mengantarkan CEO itu ke ruang kerjanya dan karyawan lain kembali melanjutkan pekerjaannya.

Asyila sedari tadi ia diam membisu, bagaimana tidak melamun ingatan di masa lalunya kembali terbuka setelah bertemu dengannya tadi. Asyila memejamkan matanya serta menarik napasnya dalam.

Entah harus bagaimana sekarang menghadapinya, apa ia harus Risegn dari pekerjaan ini. Tetapi ia tidak tega melihat ibunya yang sakit saat ini, karena asyiknya melamun Asyila mengabaikan panggilan dari Pak Deni dan juga temannya.

"Sisil, kenapa ngelamun." ujar Amel yang memukul pelan lengan Asyila.

"Eh, kenapa Mel?" Asyila pun menoleh dan tersenyum canggung."Maaf Pak, ada apa?"

"Ke ruangan CEO sekarang."ucapnya lalu melangkah pergi.

Amel pun menyenggol lengan Asyila agar cepat ke ruangan CEO baru itu, dengan langkah malas ia pun ke ruangannya. Menarik napas dalam sebelum tangannya mengetuk pintu, sepersekian detik kemudian Asyila pun mengangkat tangannya dan mulai mengetuk.

Dari dalam terdengar suara orang mengetuk pintu lalu ia pun menyuruh Asyila untuk masuk ke dalam, Asyila membuka pintu dengan menelan salivanya dan yang di hadapannya kini benar-benar nyata bukan sebuah mimpi.

Sebisa mungkin ia akan berusaha untuk di tidak mengenalnya agar tidak terjadi salah paham, ia pun menyuruh asistennya untuk keluar dari ruangannya dan membuat suasana menjadi canggung saja.

"Kau keluar dulu, kerjakan apa yang aku minta."ucapnya datar.

"Baiklah, jangan terlalu gegabah."sahutnya memperingati.

Dia hanya menganggukkan kepalanya saja dan sang asisten itu segera keluar dari ruangan, bahkan sama sekali tidak menyapa Asyila yang berdiri di hadapan keduanya.

Asyila pun berusaha untuk tenang agar tidak terpancing suasana masa lalu, menarik napas dalam lalu memberanikan diri untuk bertanya. Asyila berharap ia tidak menyulitkannya di saat bekerja.

"Maaf Tuan, Tuan memanggil saya apa ada pekerjaan untuk saya?." Asyila menundukkan kepalanya, ia tidak berani menatap wajahnya.

"Kemana saja kau selama ini hm? Apa selingkuhanmu itu sudah bosan denganmu. Sehingga kau bekerja di perusahaan ini."bukannya menjawab ia malah menghinanya.

Asyila tahu ini kesalahannya tetapi ada alasannya kenapa ia meninggalkannya dan mungkin itu akan membuatnya merasakan kembali saat yang sudah lama tidak terbuka, dan sekarang terbuka kembali.

"Maaf Tuan, jika tidak ada pekerjaan saya akan kembali ke ruangan saya." ucap Asyila sopan lalu membalikkan badanya.

"Tunggu, lebih baik kau segera ke HRD karena aku tidak butuh wanita munafik sepertimu." ucapnya dengan tegas.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rheny

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku