Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku

Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku

Qoihami

5.0
Komentar
3.1K
Penayangan
19
Bab

Rani tidak menyangka akan dimanfaatkan oleh Ela, sapaan akrabnya untuk Angela--sahabatnya. Angela merebut dan menggunakan identitas Rani untuk menikah dengan Azlan Bagaskara--calon suami Rani. Rani yang kecewa berat juga dipaksa masuk ke kediaman Bagaskara sebagai pelayan. Setiap hari ia disiksa dengan melihat kemesraan pasangan suami istri yang tidak sah itu. Akankah Rani diam saja ataukah dia akan membalas pengkhianatan sahabat dan mantan kekasihnya itu? Simak kisahnya di sini

Bab 1 Pernikahan Palsu

Seorang gadis cantik menatap nanar ke arah televisi di depannya. Acara di salah satu stasiun televisi swasta itu sedang menyiarkan pernikahan Azlan Bagaskara dan pengantin perempuannya bernama Deswita Maharani. Kening gadis itu terlipat dalam. Bagaimana mungkin namanya disebut dengan lantang oleh sang pembawa acara, tapi tubuhnya berada di ruangan ini. Gadis itu sama sekali tidak mengerti dengan situasinya saat ini.

Bahkan namanya terpampang jelas di layar televisi. Membuat sang pemilik nama merasa bingung juga marah. Nama dan identitasnya digunakan orang lain untuk menikah dengan azlan.

Adegan selanjutnya membuat kedua bola matanya melotot. Seorang pengantin perempuan berjalan dengan anggun memasuki altar dan janji suci pernikahan itu benar-benar terucap sempurna. Sayangnya, pengantin wanita tidak membuka penutup wajah. Dia hanya melambaikan tangan usai prosesi sakral itu.

Gadis cantik bernama Deswita Maharani itu mencubit lengannya sendiri. Ia meringis kesakitan. Tandanya ia belum mati. Lalu kenapa ia bisa berada di tempat ini. Sejenak ingatannya mulai kembali.

Rani, gadis cantik dan polos itu terperanjat saat bangun dari tidurnya beberapa menit yang lalu. Pandangannya menatap setiap sudut ruangan yang asing, ranjang yang asing juga bau parfum asing yang tercium di hidungnya. Seperti aroma seorang pria. Namun, Rani tidak terlalu fokus memikirkan itu karena tiba-tiba dia mendengar suara samar-samar. Ternyata suara itu berasal dari televisi yang terpasang di dinding ruangan.

Rani tidak langsung menyadari apa yang terjadi. Namun, acara televisi itu menayangkan acara pernikahan Azlan Bagaskara, calon suaminya. Ya, seharusnya hari ini adalah hari bahagia untuknya dan Azlan. Mereka sudah bersama selama lima tahun dan hari ini adalah hari pernikahan mereka. Namun siapa sangka, Rani terdampar di tempat ini. Terkunci di dalam kamar asing dengan segala kebingungan yang mulai berdatangan menghantam jiwanya.

Aku berada di mana? Batin Rani bertanya-tanya. Air matanya menetes ketika mengingat adegan sang kekasih hati mengucap janji suci, menikahi namanya tetapi bukan dirinya. Hanya nama, sementara tubuh yang berada di pesta pernikahan itu adalah orang lain. Rani tentu saja merasa kecewa juga sakit hati. Ternyata cintanya berbalas pengkhianatan sebesar ini. Bagaimana dia bisa menghadapi dunia, jika dia akan menjadi asing dengan identitas dirinya sendiri? Rani tentu saja sangat merasa dirugikan atas kejadian ini.

Suara pintu yang terbuka membuat Rani tersadar dari lamunan. Ia segera mengalihkan pandangan. Entah mengapa gadis itu seakan sudah rela dengan gagalnya impian menikah dengan Azlan. Dia lebih penasaran kenapa tubuhnya berada di sini. Padahal jelas-jelas tadi malam dia tidur di apartemen miliknya.

"Bagaimana dengan pertunjukannya? Apa kamu menangis ?"

Suara bariton itu langsung mempertanyakan tentang tayangan yang baru saja ditontonnya.

Rani mendengus kesal ketika mendapati Ron Ibrahim. Sahabat dekat Azlan dan juga dirinya masuk dengan santai tanpa rasa bersalah. Kali ini gadis itu menatap tajam pada Ron. Pikirannya penuh dengan prasangka buruk.

"Apa yang kamu lakukan Ron ? Ini adalah hari pernikahanku. Kenapa kamu tega menyekap aku di tempat ini ?" Suara Rani terdengar bergetar. Rasa sakit yang sedari tadi dia abaikan kini perlahan menyesaki hatinya. Mengirim sinyal pada netra untuk meloloskan butiran bening itu meluncur bebas di kedua belah pipi cantiknya.

Ron mendudukkan dirinya di sisi ranjang. Pria itu tidak terganggu dengan pertanyaan Rani.

"Aku pikir kamu akan meraung-raung dan mengumpat kasar. Nyatanya kamu masih bisa bertanya dengan tenang kepadaku," ejek Ron. Pria itu masuk dengan tenang, matanya tak lepas memindai Rani. "Aku hanya disuruh untuk menjagamu," sambungnya.

Rani terdiam. Otaknya berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Selama ini hubungannya dengan Azlan baik-baik saja. Bahkan orang tua Azlan sangat antusias menyambut pernikahan mereka. Lalu, kenapa kini Azlan menikah dengan orang lain? Sungguh dia tidak habis pikir dengan kejadian hari ini. Apakah kedua orang tua Azlan mendapat tekanan dari orang lain? Ataukah memang dia diculik oleh Ron, sehingga Azlan mencari pengantin pengganti. Namun, kenapa identitasnya sebagai pengantin perempuan tetap digunakan oleh si pengantin perempuan itu? Banyak sekali pertanyaan berkecamuk di kepalanya.

"Kamu tentu sangat bingung dengan kejadian hari ini bukan? Aku juga sama, aku sangat bingung dengan kejadian hari ini. Aku disuruh Azlan untuk menjagamu."

"Jangan bercanda, Ron!"

"Ini, bacalah surat kontrak ini. Maka kamu akan mengerti."

Lagi-lagi Rani terkejut. Dia butuh penjelasan, bukan surat kontrak. Dia masih bekerja dan punya penghasilan yang lumayan cukup untuk hidupnya. Ia tidak butuh surat kontrak.

Rani menyusut air matanya dengan kasar meskipun tetap saja butiran kristal itu berduyun-duyun datang dan membasahi pipi.

"Aku tidak sedang mengajukan proyek kerjasama dengan siapapun dan perusahaan manapun. Jangan bercanda Ron, aku butuh jawaban tentang pernikahanku ini," ucap Rani ketus. Gadis itu berharap ini adalah prank untuknya.

"Itu dari keluarga Bagaskara," jawab Ron. Pria itu bangkit dari duduknya. Raut wajahnya serius.

Rani menyambar map yang dipegang oleh Ron secepat kilat. dan membaca poin demi poin yang tertera di kertas dalam map tersebut. Raut wajahnya berubah dalam sekejap. Tangannya terkepal erat.

"Apa-apaan ini ? Brengsek!" Umpat Rani. Dirinya sungguh tidak menyangka akan terjebak dalam situasi rumit dan merugikannya itu. Ternyata Rani hanyalah pengantin bayangan. Bukan dia yang sebenarnya dinikahkan dengan Azlan. Dan dia harus menyetujui pengaturan keluarga Bagaskara atau akan diasingkan ke luar negeri.

"Jadi lima tahun kebersamaan kami adalah manipulasi?" tanya Rani pada dirinya sendiri. Perlahan ingatannya kembali mengulang saat pertama kali perkenalannya dengan Azlan. Ternyata dia baru menyadari berapa banyak alasan yang dipakai Azlan untuk tidak menemuinya bahkan ketika di akhir Minggu. Rani mengira itu disebabkan oleh kesibukan Azlan di perusahaan milik keluarganya. Ternyata dia bodoh. Azlan jelas menemui kekasih yang sesungguhnya.

"Benar, dan kamu dalam kendali Bagaskara sekarang," sahut Ron datar. Pria itu tidak ingin terlalu lama membohongi gadis baik di depannya itu.

"Ceritakan padaku!"

"Aku tidak berhak, sebaiknya kamu mencari tahu nanti setelah bertemu dengan Azlan. Bukankah orang-orang mengenalmu sebagai istri Azlan? Jadi sangat wajar jika di muka umum kalian bersama bukan?"

Rani mengepalkan tangannya. Semua masih membingungkan bagi otaknya yang pas-pasan. Bagaimana Azlan begitu pandai memainkan dua peran yang berbeda. Menjalin hubungan dengannya dan merencanakan pernikahan bersama. Selama ini Rani pikir semua tentang dirinya, tetapi tubuh gadis lain yang bersama pria itu. Apa arti dari lima tahun yang terjalin.

Rani mengakui dirinya bukan dari keluarga kaya. Bahkan, saat pertama kali dirinya dikenalkan dengan keluarga Bagaskara dia tidak yakin akan direstui. Namun, sikap Adi Bagaskara dan Selin Bagaskara-istrinya sangat ramah. Hingga tepat lima tahun setelahnya yakni hari ini, semua kebohongan keluarga itu terkuak.

"Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal, Ron? Mungkin aku bisa menerima dan menghindar atau memilih mundur." Rani menekuk wajah, menyadari posisinya saat ini.

"Aku tidak berhak."

"Sebagai seorang teman, seharusnya kamu memberitahu yang sebenarnya. Pantas saja wanita itu tidak membuka kain penutup mukanya. Dia bukan Deswita Maharani, dia adalah istri bayangan. Dia tidak akan dikenal oleh publik. Sebenarnya dialah yang palsu bukan aku."

Ron mendesah. "Maafkan aku, tidak seharusnya aku menutupi semua ini darimu. Namun, aku yang seorang bawahan ini bisa apa? Kamu tahu aku hanya asistennya Azlan," ucap Ron lirih. Ron mengakui dirinya tidak punya cukup keberanian untuk mengatakan kebenarannya pada Rani, sahabat sekaligus kekasih sahabatnya itu.

Rani menghela nafas, rasa sesak kembali datang menjalari hatinya yang tiba-tiba membeku. Sudah tidak ada lagi senyum ceria dan kehangatan yang terlihat dari wajah polos perempuan dua puluh tiga tahun itu. Yang tersisa hanya kebencian dan kemarahan. Ia akan membalas perlakuan keluarga kaya itu. Bagaimanapun caranya.

Rani menutup wajahnya, kali ini gelombang rasa sakit itu datang lebih besar menghantamnya. Gadis manis itu tergugu, menepuk-nepuk dadanya sendiri yang sesak. Dirinya merasa begitu bodoh menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk seseorang yang tidak pernah mencintainya.

Ron membiarkan Rani menangis sepuasnya. Dia ikut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Rani. Sejenak ruangan itu hanya diisi tangisan Rani. Hingga sebuah pertanyaan sulit keluar dari bibir perempuan itu.

"Siapa perempuan itu, Ron ?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Qoihami

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku