Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tawaran Gila Istriku

Tawaran Gila Istriku

Pejantan Tangguh

5.0
Komentar
523
Penayangan
12
Bab

Suatu hari, istriku tiba-tiba mengatakan bahwa teman-teman arisannya ingin melakukan tukar guling. Awalnya, aku menolak dengan tegas, karena tawaran itu benar-benar gila! Tapi... istirku berhasil membujukku dan akhirnya terjadi permainan gila itu. Apakah keharmonisan keluarga kami akan membaik setelah terjadi permainan gila itu?

Bab 1 Ajakan Gila Istriku

Aku berdiri di depan kaca kamar mandi yang besar dengan badan telanjang tanpa sehelai apapun, badan masih segar setelah terkena air hangat dan wangi dari sabun mandi batangan yang aku usapkan pada seluruh tubuhku.

Badanku memiliki berotot dan proporsional karena aku rajin berolahraga, otot di lenganku akan sangat mudah mengangkat wanita seukuran istriku untuk aku bawa ke kasur.

Pandanganku lalu turun ke arah selangkanganku, ada benda yang tak tertulang yang bahkan tetap menunjukkan gagahnya walau tidak dalam keadaan tegang. Otot dan guratan jelas menghiasi pusaka kebangganku itu.

Setelah puas memandangi tubuhku, aku segera keluar dari kamar mandi, mengganti piyamaku dan berjalan menghampiri istriku yang telah duduk sambil bersandar di atas tempat tidur dan sedang memainkan handphone miliknya.

"Gimana harimu yang?" tanyaku sambil mengambil buku yang berada di nakas tempat tidur dan membuka batas halaman terakhir yang kubaca.

"Seperti biasa aja kok, mas. Ngurus rumah sama main dengan anak-anak," balasnya dengan lembut.

Aku lalu menatap istriku yang masih sibuk dengan handphonenya.

"Terima kasih ya sayang, udah bikin aku bersyukur memiliki kamu", balasku dengan memberinya ciuman di keningnya.

Aku benar-benar bersyukur memiliki istri sepertinya.

Istriku tidak menjawab kata-kataku, kali ini dia mendekatiku dan berusaha untuk bersandar di dadaku, aku lalu segera menarik istriku ke dalam pelukanku.

Suasana di kamar itu lalu menjadi hening, kami seakan sibuk dengan dunia kami masing-masing.

"Mas,” panggil istriku dengan pelan.

“Hmm…” balasku singkat tanpa menoleh ke arahnya.

“Aku ingin memperbaiki kualitas seks kita yang......" Istriku tidak menyelesaikan kata-katanya. Dari nada suaranya, dia terlihat sangat ragu untuk mengatakannya.

Aku menoleh ke arah istriku, yang kini terlihat jelas sangat bingung dan ragu.

"Tumben bahas seks," ujarku yang kini fokus menatap ke arah istriku. Aku lalu segera menutup buku dan menaruhnya di nakas kembali.

Selama menikah dengan istriku, bisa dikatakan istriku sering malu-malu membahas urusan ranjang, jadi ini membuatku penasaran dia yang tiba-tiba membahasnya.

"Iya Mas, nampaknya kurang banget ya", ujarnya dengan lirih. Ekspresi wajahnya terlihat sedih.

"Iya, banget Yang, Aku juga gak tega dengan kamu tiap selesai pasti nyeri karena kering gitu", ujarku sambil membelai rambutnya.

Selama menikah, kami memang sedikit memiliki masalah di ranjang. Istriku pasti selalu kesakitan ketika bermain denganku karena milikku yang besar.

"Tapi kamu enggak kecewa, bosan atau apa mas?" tanya istriku. Ekspresi wajahnya terlihat khawatir.

"Kecewa sama bosan? Enggak lah, biasa aja sih Yang, Mungkin sekarang kita gak pernah rutin aja untuk main lagi,” ucapku berusaha untuk menenangkannya.

“Kenapa sih tiba-tiba bahas ginian?” tanyaku yang tiba-tiba mulai curiga.

“Gak apa-apa kok, Mas. Hehehe,” balasnya dengan canggung.

Aku menatap istriku, mencoba untuk memberitahukan bahwa dia bisa menceritakan keluhannya padaku. Bukankah itu tugas seorang suami?

"Hmm jadi gini mas, temenku mau ngajakin kumpul buat saling menyelesaikan masalah ranjang gitu, temanku ternyata juga pada punya masalah,” ujar istriku yang akhirnya mulai membuka mulutnya.

Alisku terangkat, sedikit bingung dengan maksud dari istriku.

"Ngobrolin gitu? Ayok aja biar sekalian kenal teman-temanmu,” ucapku yang langsung menerima tawaran itu.

Selama ini aku tahu bahwa istriku sering melakukan arisan bersama dengan teman-temannya, tapi aku belum memiliki kesempatan untuk bertemu dengan mereka karena aku sibuk bekerja.

"Jadi gini Mas, temanku itu memiliki masalah juga di ranjang bersama dengan suaminya,” ujar istriku mulai bercerita. “Mereka lalu bereksperimen untuk merangsang seks mereka sampai akhirnya jadi doyan seks gitu.”

“Rangsangannya gimana?” tanyaku yang masih bingung dengan arah pembicaraan ini.

"Itu… Kencan dengan pasangan temannya, Mas, dan saling memberi solusi serta meningkatkan rangsangan seks mereka, Mas,”

Aku mengangguk mengerti, sepertinya mereka membicarakan masalahnya lalu saling menawarkan solusi.

"Ohh… jadi semacam saling ngobrol gitu ya? Misalnya aku ngobrol dengan temen wanitamu dan sebaliknya gitu?" tanyaku yang mulai mengerti.

Istriku mengangguk.

"Nah iya Mas, konon katanya bisa meningkatkan hubungan ranjang dengan pasangan yang sedikit kendor," balasnya.

"Tapi bukannya masalah kita karena ukuranku yang besar ya? Masa aku mau cerita itu ke teman wanitamu,” ujarku mengutarakan masalah kita berdua. Aku juga sedikit malu jika harus menceritakan hal itu ke teman istriku.

Bagaimana jika mereka tidak percaya dan ingin melihatnya? Kan gawat!

"Hmm… masalah kita memang itu sih, Mas,” ujar istriku dengan pelan. “Tapi… sebenarnya bukan hanya ngobrol aja sih,” lanjutnya yang kembali terdengar ragu.

"Lah? Terus?” tanyaku dengan bingung.

"Kencan, kencan itu mas, tukeran gitu…" jawabnya dengan sedikit takut.

Mataku membesar ketika mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh istriku. Aku memandangnya dengan mulut yang sedikit terbuka, karena tidak menyangka bahwa istriku akan mengatakan hal seperti itu!

"HAH GILA KAMU YANG??!!!! OGAH!!!” bentakku yang tiba-tiba emosi.

Istriku sedikit tersentak ketika mendengarku yang menaikkan nada suaraku. Aku lalu menarik napasku, mencoba untuk menenangkan diriku.

“Kamu telah dirasuki apa sama temenmu, sih, yang? Kok caranya gitu? Jangan melewati batas kamu!" ujarku yang masih emosi.

"Ah jangan aneh-aneh kamu yang, ya…" ujarku dengan nada lembut ketika melihat istriku yang ketakutan.

Istriku hanya mengangguk dan aku memeluknya untuk memberi rasa nyaman dan tidak lagi takut karena kemarahanku.

"Ayo tidur aja yuk," ajakku pada istriku.

Aku lalu segera bersiap untuk tidur dan menarik selimutku, tapi rasa kesalku masih ada, membuatku mau tidak mau membelakangi istriku.

"Mas.....", sapa istriku dengan lirih, "Aku minta maaf, aku hanya berusaha untuk....." ujar Istriku yang kini memelukku dari belakang, sepertinya dia menyadari bahwa aku masih kesal.

Aku menghela napasku, lalu akhirnya mengubah posisiku ke arah istriku lagi.

"Iya sayang, aku paham, tapi ya gak harus sampai kencan gitu kan," terangku dengan lembut.

"Iya mas, aku paham", balasnya dengan pelan.

Aku kembali menghela napasku, sebenarnya apa yang dilakukan oleh istriku dan teman-temannya? Orang seperti apa yang dia temui sampai istriku itu ingin mengajakku untuk melakukan sesuatu seperti ini?

Atau mungkin… aku hanya salah paham?

"Jadi maksudmu aku kencan dengan tanda kutip dengan temenmu dan suami temenmu kencan dengan kamu?" tanyaku mencoba untuk mengkonfirmasi bahwa aku tidak salah tangkap maksud istriku.

"Iya. tapi kalau Mas gak mau gapapa," ujarnya.

Aku benar-benar syok mendengar hal itu.

"Siapa sih sayang, yang kuat mengetahui istrinya ditiduri oleh pria lain?" tanyaku sambil menatap matanya dalam-dalam, mencoba untuk menunjukkan bahwa aku tidak akan pernah rela melakukan hal itu.

"Iya mas, aku ngerti, tapi Mas juga kan akan tidur dengan wanita lain,” ujar istriku yang sepertinya masih belum ingin melepaskan topik pembicaraan ini.

"Kan maksudnya gini mas. Ibarat sebuah rumah, orang yang biasa tinggal di rumah yang besar, pasti sesekali ingin main ke rumah yang kecil. Manti setelah itu, dia akan lebih bersyukur dengan rumah yang besar,” lanjutnya.

Aku benar-benar merasa geli mendengar perumpamaan istriku.

"Haha rumah yang besar ini maksudmu pusakaku yah yang?” tanyaku sambil tertawa kecil. Kenapa istriku terlihat menggemaskan?

"Hehehe, kok tahu mas? Nah gitu dong ketawa, kan tambah ganteng,” ujar istriku sambil tersenyum.

Dia lalu mengambil handphonenya dan menunjukkan layar handphonenya ke arahku.

"Ini lho temenku mas,” ujar istriku menunjukkan teman-temannya yang mungkin akan berpartisipasi dalam tawaran gila yang baru saja dikatakan oleh istriku itu.

"Lho kok banyak sekali temanmu, ada 6 termasuk kamu," ujarku ketika melihat foto grup mereka. Istriku lalu menggeser kanan dan kiri untuk menunjukkan foto-foto sendiri teman-temannya.

"Termasuk yang berkerudung itu?" tanyaku dengan terkejut ketika melihat teman istriku yang memakai kerudung..

"Iya, ada 3 yang berhijab dan yang 3 nggak", jawabnya terlihat bersemangat.

Aku sekali lagi menatap ke arah layar handphone istriku itu yang sedang menunjukkan foto teman-temannya. Kalau boleh jujur, teman-temannya itu terlihat cukup seksi dan menggoda, aku bahkan tidak menyangka bahwa wanita seperti mereka mau melakukan sesuatu seperti ini.

Namun… Aku benar-benar tidak yakin.

"Aku ngantuk yang, tidur aja yuk," ajakku pada istriku sebelum pikiranku mulai kemana-mana.

"Yaudah yuk. Aku hanya ingin minta pendapat mas saja kok. Kalau mas gak mau, yaudah aku juga gak mau,” ujar istriku dengan lembut sambil memelukku.

Aku benar-benar hanya diam saja. Sejujurnya, aku sedikit tergoda, tapi aku dilema dan tak tau harus bagaimana. Jika aku menyetujui artinya aku juga harus siap menerima istriku akan digauli oleh suami para wanita ini. Aku juga harus siap membayangkan istriku mendapatkan kepuasaan keenakan karena pusaka mereka.

Sejujurnya, siapa yang mempunyai ide bermain seperti ini?

Aku memang pernah mendengar ada komunitas tukar guling, tapi aku sama sekali tidak menyangka bahwa aku akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan hal seperti itu.

Apakah istriku benar-benar tertarik untuk melakukan hal itu? Sepertinya begitu, dia sampai merayuku walau aku tadi sempat marah.

Aku tak menyangka istriku yang begitu lembut, halus dan anggun memiliki fantasi yang sangat liar dan berani melakukan diluar batas seperti ini. padahal dulu masih perawan, jelas gak banyak melakukan aneh-aneh, apakah fantasi nakalnya timbul setelah menikah denganku?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Pejantan Tangguh

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku