/0/26469/coverorgin.jpg?v=fc1ceb5883144d608f870aadd772a8c4&imageMogr2/format/webp)
Jam weker yang berada di atas nakas berdering di angka lima, menit ke empat lima, membangunkan sosok yang masih meringkuk di dalam selimut putih polosnya. Mata sayunya perlahan terbuka, menoleh, tangannya terulur mematikan jam yang sedari tadi terus berdering itu.
Tanpa berlama-lama, ia bangkit dan melangkah menuju kamar mandi. Tak butuh waktu lama-ia telah siap dengan celana jeans panjang dan kaos putih polos. Sentuhan ringan foundation dan lip gloss di wajahnya menambah aura kecantikan yang wanita itu miliki.
Dengan langkah lebar ia menuju dapur, menggoreng nasi goreng telur ceplok sebagai sarapan pagi sebelum ia berangkat menuju kampus.
"Kay?"
Suara itu membuatnya menoleh. Senyum lebarnya merekah saat melihat siapa sosok yang berlari kecil menghampirinya.
"Maaf telat, apa kamu sudah lama menunggu?" tanya wanita yang kini berdiri di depannya.
Kayshila menggeleng. Dengan senyum di wajahnya, ia menjawab, "Tidak, aku juga baru sampai. Yuk." Mereka bergandengan tangan memasuki bangunan putih di depan mereka, lalu berpisah menuju gedung fakultas masing-masing.
Kayshila Putri salah satu mahasiswi yang berhasil memperoleh beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikannya di Uncle Sam. Mengambil jurusan sastra inggris. Mahasiswi tekun yang sebentar lagi akan menyelesaikan pendidikannya.
"Literature is a group of works of art made up of words. Most are written, but some are passed on by word of mouth."
Kayshila mencatat bait demi bait yang diucapkan oleh dosen di depan papan tulis sana. Tiga mata kuliah akhirnya selesai, Kayshila membereskan segala peralatan tulisnya masuk ke dalam tas raselnya kemudian bergegas menuju ruangan sang sahabat.
"Permisi, apa Kylie ada di dalam?" tanyanya pada pria yang kebetulan berpapasan dengannya di pintu masuk FOB itu.
"Dia baru saja keluar," sahut pria itu, kemudian melanjutkan langkahnya.
Kayshila mengernyitkan kening. Tumben Kylie tidak menunggunya? Dia merogoh hp dalam saku jaketnya, menelpon nomor sahabatnya. Tidak aktif. Kemana Kylie pergi? Tidak biasanya sahabatnya itu pergi tanpa memberitahunya.
Sudahlah. Kayshila mengangkat bahu tak acuh, tak mau mempermasalahkan. Mungkin Kylie ada urusan mendadak hingga lupa memberitahunya.
Kayshila lantas melanjutkan derap langkahnya menuju kantin. Memesan segelas latte dan beberapa cemilan.
"Hey, girl. Sendiri aja?"
Kayshila mendongak, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya begitu melihat siapa yang menyapanya.
Melihat Kayshila tak memberi tanggapan, pria itu pun menarik kursi di depannya. "Where's Kylie? Biasanya kalian selalu bersama."
"Kenapa tiba-tiba mencarinya? Apa kau ingin mengganggunya lagi?" ketusnya tanpa mengalihkan pandangan dari keyboard laptop di depannya.
"Don't get me wrong. Aku hanya ingin meminta maaf atas kejadian kemarin."
"Benarkah?" tanyanya dengan seulas senyum sarkastik. "Terus tunggu apa lagi? Kenapa kau tidak datang dan meminta maaf langsung ke rumahnya?"
Pria bernama Alex itu terkekeh geli. "Oh, c'mon, Kay. I don't want to die in vain."
"Apa maksudmu?" Kayshila menatap pria itu tajam, keningnya mengerut.
Alex menghembuskan napas kasar, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, dan memandang lekat wanita yang duduk terhalang meja di depannya.
"Aku hanya ingin memperingatimu, berhati-hatilah berteman dengannya."
lagi-lagi omongan kosong itu. Kayshila memutar bola mata malas. Entah sudah berapa orang yang memperingatinya dengan hal yang serupa.
"Sebaiknya, kau pergi kalau hanya ingin menyebarkan rumor yang tidak berguna, Lex."
"Ini demi kebaikanmu, Kay."
Kayshila menghela napas jengah. Tak membalas ucapan dari pria tersebut.
/0/22883/coverorgin.jpg?v=32c03b4779981e5047ddfc18ddd53b30&imageMogr2/format/webp)