Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tergoda Duda Hot

Tergoda Duda Hot

Otty A

5.0
Komentar
966
Penayangan
5
Bab

Sandra adalah wanita berusia 29 tahun. Dia sudah menikah dengan Rayhan dan memiliki dua orang anak. Namun suaminya yang tempramental, membuat Sandra sering merasa depresi. "Luka yang tertoreh pada tubuh akan segera sembuh. Namun luka yang ada di dalam hati, bahkan waktu pun belum tentu dapat menyembuhkannya." Hingga suatu ketika, Sandra bertemu dengan Arya. Partner bisnis suaminya. Arya diam diam memberikan perhatian lebih kepada Sandra. Pertemuan pertama mereka sudah membuat Sandra terkesan pada Arya. Apakah Sandra akan jatuh ke dalam pelukan Arya? Apakah rumah tangga Sandra dan Rayhan mampu bertahan dari kemelut orang ketiga?

Bab 1 Ke Rumah Duda

Pagi itu cuaca sangat cerah, Sandra menyisir rambut panjangnya. Mengenakan gaun berwarna putih dan menyemprotkan parfum favoritnya.

"Dandan yang cantik. Kamu harus tampil sempurna hari ini. Aku ingin mengenalkanmu kepada temanku," ucap Rayhan sambil menoleh kearah istrinya.

"Bukankah kita akan pergi ke danau, untuk bersantai bersama anak - anak?" tanya Sandra keheranan.

Rayhan menggelengkan kepala, seraya menjawab, "tidak... kita akan mampir sebentar ke rumah temanku. Setelah dari sana, baru kita bisa pergi ke danau."

"Tapi Mas.... aku malu. Untuk apa aku berkenalan dengan temanmu?" bantah perempuan berparas cantik tersebut.

"Kamu selalu mengajak aku berdebat! Dan membuatku marah! Aku hanya ingin mengenalkanmu saja, kepada temanku! Biar dia tahu, kalau aku memiliki istri yang cantik di rumah! " Rayhan bicara dengan nada meninggi.

"Memamerkan istrimu sendiri?" gerutu Sandra.

"Aku ini istrimu Mas... Tapi kamu memperlakukan aku seperti barang yang dapat dibayar dengan selembar uang." Sandra bicara dalam hatinya.

Sandra menghela nafas panjang. Ia melanjutkan berdandan dan mewarnai bibirnya.

Selesai bersiap, mereka sekeluarga berangkat ke rumah Arya. Sepanjang perjalanan Sandra dan Rayhan tidak saling bicara. Hanya sesekali terdengar suara kedua anak mereka, sedang bersenda gurau.

Di rumah Arya, ia sendiri yang menyiapkan beberapa macam makanan untuk menjamu Rayhan dan keluarganya.

Arya adalah seorang duda, tampan, mapan dan terkenal royal. Umurnya 37 tahun, 3 tahun lebih tua dari Rayhan.

Di rumah, ia hanya tinggal sendirian saja. Jadi semua kegiatan membersihkan rumah, ataupun memasak ia lakukan sendiri.

"Ting! Tong!"

Suara bel pintu berbunyi. Arya bergegas membukakan pintu.

"Hai apa kabar? Ayo silahkan masuk."

"Aku menunggu di mobil saja ya." Sandra enggan turun dari mobil.

Rayhan tak menjawab, ia hanya melotot kepada istrinya. Sandra yang paham, kalau Rayhan tidak sependapat dengannya, hanya mampu mengikutinya dari belakang.

"Ayo mari silahkan duduk. Maaf rumah saya, masih kurang rapi. Maklum duda merana jadi ya beginilah," gurau Arya, disambut gelak tawa bebarengan oleh kedua sahabat itu.

"Ya makanya, ayo segera menikah! Enak ada yang menemani di rumah. Ada yang ngurus rumah juga," ujar Rayhan sambil melirik ke arah istrinya.

"Oh iya, kenalin ini istri aku," kata Rayhan.

"Sandra!"

"Arya!"

Mereka berdua bersalaman. Dan saling memandang cukup lama.

"Mau aku buatkan teh hangat atau apa?" Arya bertanya kepada Sandra.

"Terserah saja Mas," jawab Sandra sembari tersenyum manis.

"Semua wanita itu istimewa dengan kata terserahnya. Karena terserah bisa berarti banyak hal berbeda."

Kata - kata Arya itu membuat Sandra tersipu-sipu.

"Aku akan buatkan teh manis dengan sedikit es ya? Dan untuk anak anak, aku sudah siapkan ice cream coklat." Arya melanjutkan kata katanya.

Sandra hanya mengangguk seraya tersenyum.

Wajah Sandra yang penuh senyuman, membuat Rayhan kesal.

"Kamu kenapa sih? Senyum senyum terus. Kamu salah tingkah ya?"

"Apa sih Mas? Salah tingkah seperti apa? Teman kamu menawarkan aku minum. Apa aku harus cemberut, saat ia bertanya padaku? " Sandra mengelak.

Tak butuh waktu lama, Arya kembali dengan membawa banyak makanan dan minuman.

"Wah banyak sekali yang dibawa kesini?" tanya Rayhan.

"Banyak? Ah nggak lah... ini hanya sedikit. Cemilan untuk anak anak. Dan untuk kita bertiga."

"Saat ada sesuatu yang istimewa menghampiri, jangan abaikan ataupun di sia - siakan. Sebab kesempatan kedua, mungkin saja tidak akan ada lagi. "

Ucap Arya sembari menyodorkan segelas teh mawar kepada Sandra.

"Silahkan..."

"Terimakasih," ucap Sandra.

Jari jemari mereka yang tak sengaja bersentuhan, membuat kedua orang tersebut seperti merasa tersengat listrik. Keduanya menundukkan wajah dengan pipi yang memerah.

"Pa... Lihat itu! Ana menumpahkan es nya. Bajunya kotor! " Kata Levin sambil memegang tangan Sang Ayah.

Rayhan mengambil tissue dan langsung membersihkan baju putrinya yang kotor.

"Arya... Aku pinjam toilet sebentar. Ini, baju Ana kotor," ucap Rayhan.

"Tentu saja. Letak toilet ada di ujung kamar pertama sebelah kanan. Sebentar aku siapkan handuk," jawab Arya penuh perhatian.

"Ma... Levin lapar Ma... Om Arya nggak ada mie goreng atau nasi goreng gitu?" Si kecil berbisik.

"Nanti saja kita makan di luar. Om Arya sibuk. Jangan membuatnya bertambah sibuk," jawab Sandra kepada anak sulungnya.

Arya yang mendengar ini, langsung menawarkan mereka untuk makan siang.

"Sebentar ya Levin. Om Arya sudah siapkan makan siang, untuk kita semua."

Sandra melirik tajam ke arah putra sulungnya, "Levin jangan minta macam - macam lah."

Arya dan Sandra sering mencuri pandang. Saat mereka saling menatap, keduanya tersipu malu. Di mata Arya, Sandra adalah wanita yang sangat cantik.

"Kecantikan tidak hanya bicara tentang penampilan fisik tapi juga tentang hati dan perilaku. Kesederhanaan Arya sungguh mempesona." Arya bicara dalam hati.

"Akhirnya selesai. Tapi tertinggal warna coklat di baju Ana. " Rayhan menggendong Ana berjalan menuju tempat Arya dan Sandra duduk.

"Tidak masalah Mas, besok biar aku cuci menggunakan pemutih," jawab Sandra.

Arya menimpali, "Ah iya benar. Besok cuci baju itu, dengan pemutih pasti nodanya menghilang."

"Kecuali luka di dalam hati, meninggalkan bekas yang entah kapan akan menghilang," gumam Sandra dalam hati.

"Ya sudah.. Ayo kita makan siang bersama."

"Makan siang? Siapa yang memasak?" tanya Rayhan dengan nada mengejek.

"Aku membelinya di warung depan rumah. Rasanya mantap kok."

"Tapi jika dibandingkan dengan masakan rumahmu mungkin rasanya sedikit berbeda." Arya meneruskan kata katanya.

"Ah tentu saja. Istriku pandai memasak. Dia membuat menu yang berbeda setiap harinya. Kami tak pernah makan di luar. Karena itu boros," ucap Rayhan dengan bangganya.

"Jika istrimu sakit? Apakah ia akan tetap memasak untuk kalian?" tanya Arya penasaran.

Rayhan menjawab dengan wajah serius, "ya itu kan sudah kewajibannya. Awas saja jika dia berani membantah. "

"Kewajiban wanita itu mendidik anak anaknya untuk memastikan akhlak dan perilaku setiap anaknya baik dimata dunia dan Sang Pencipta," celetuk Arya.

"Kalau hanya soal makan, beli juga bisa." Arya bicara lagi.

Jawaban Arya membuat Rayhan geram.

"Ya terserah akulah. Sandra itu istriku."

Sandra yang merasa tidak enak hati, mencoba mencairkan suasana yang tampak memanas.

"Sudah - sudah jadi makan atau mau berdebat? Itu lihat lalatnya mulai makan lebih dulu."

Mereka bertiga menuju ke ruang makan diikuti oleh Levin dan Ana

Levin mengambil ayam goreng kesukaannya. Sedangkan Rayhan makan sambil menyuapi putrinya.

"Sini Mas... Biar aku saja yang menyuapi Ana," ucap Sandra.

"Tidak! Kamu makan saja. Biar aku yang menyuapi putriku."

Meskipun tempramental dan suka memukuli istrinya, Rayhan adalah sosok Ayah yang penyayang bagi kedua anaknya. Wajahnya tampan namun garang, ia angkuh dan senang memerintah. Itulah watak Rayhan yang membuat Sandra tidak nyaman menyandang status sebagai 'Nyonya Sandra Rayhan Wijaya'.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Otty A

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Cris Pollalis
5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku