Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Bab.1
Memang benar kalau Central Intelligence Agency (CIA) milik Amerika merupakan agen rahasia nomer satu terbaik di dunia namun FSB adalah agen intelijen Rusia nomer dua terbaik di dunia . pengamanan di Federasi Rusia dan merupakan penerus dari agen intelijen KGB milik Uni Soviet dulu. Badan intelijen ini dibentuk pada 1995 dan fungsinya adalah mencari informasi, melawan terorisme, serta memperkuat pertahanan dan keamanan negara. Badan intelijen ini setidaknya memiliki 250 ribu personel termasuk agen yang melakukan penyamaran, pegawai rahasia, dan mata-mata luar negeri.
Siapa yang tidak tahu kalau Intelijen asing yang lebih dikenal sebagai Akademi SVR. Semua orang pasti tahu kalau akademi SVR sebelumnya dikenal sebagai Institut Spanduk Merah Yuri Andropov dan Institut Spanduk Merah adalah salah satu akademi spionase utama di Rusia , yang sebelumnya di Uni Soviet . Sekolah tersebut terletak di dekat Moskow , dengan fasilitas utama di utara Chelebityevo dan fasilitas sekunder di Yurlovo. Jangan di tanya bagaimana para intelejen Russia lulusan akademi spionase. Semua pasti berdecak kagum. Seorang pemuda tampan Russia dengan badan tegap , tinggi atletis , kakinya melangkah keluar gedung. Senyum yang menghiasi bibirnya makin memperkuat ketampanan wajahnya.
"Ayah.. aku lulus."
Seru pria tampan itu sembari menghampiri laki tua yang berdiri di halaman gedung megah itu. Bulir air mata bahagia menetes , kebanggaannya sebagai seorang ayah yang melihat putra kesayangannya lulus sebagai salah satu intelijen Russia terbaik. Dengan suara bergetar mengucapkan
" Selamat carlo putraku."
Carlo memeluk ayahnya sembari berkata..
" Mari kita pulang , ayah. Tidak sabar aku ingin menyampaikan berita bahagia ini pada ibu dan Catherine adik perempuan kesayanganku."
"Ya, Carlo. Mari kita pulang sekarang."
Mereka berdua pulang ke rumah dengan mengendarai mobil pick up pengangkut gandum. Di sepanjang perjalanan pulang menuju ke rumah mereka , Carlo yang sedang mengemudi mobil pick up pengangkut gandum, tiba-tiba menoleh ke ayahnya.
"Ayah, tolong rahasiakan pada siapapun kalau aku sekarang intelejen."
Ayahnya mengangguk sembari menoleh ke putranya.
" Ya, pasti ayah rahasiakan, carlo ."
Carlo menghembuskan nafasnya , melemparkan pandangannya ke luar jendela mobil saat melewati area pemakaman.
" Ayah, sudah lama aku tidak ke makam nyonya Samuel Rodriquez."
" tidak ada salahnya kalau sekarang kita mampir sebentar ke makam nyonya Samuel."
Ujar ayahnya , tangannya terulur menunjuk ke arah tepi jalan dekat area pemakaman.
" Parkir mobil di depan sana agar kita tidak jalan jauh ke makam nyonya Samuel."
" Baik, ayah."
Carlo melihat ke kaca spion, tidak ada kendaraan maka Carlo tidak perlu memutar arah . Cukup langsung mobilnya berpindah ke bahu jalan sebelah kanan lalu menepikan mobilnya di depan area pemakaman. Setelah mematikan mesin mobil, Carlo dan ayahnya bergegas turun dari mobil. Mereka berdua berjalan beriringan masuk ke dalam area pemakaman. Langkah kaki mereka berdua berhenti tepat di depan makam nyonya Samuel. Carlo mendekati batu nisan . Tangan kanannya mengusap wajahnya, mulutnya berkata..
" Lama aku tidak mendatangi makammu , nyonya Samuel Rodriquez karena kesibukanku tapi tetap aku tidak pernah bisa melupakan kebaikanmu. Kita tidak ada hubungan darah tapi kamu perempuan baik yang sering menolongku di waktu aku masih kecil."
Ayah Carlo tersenyum , suaranya bergetar ..
"Anak laki kecil ingusan yang dulu sering bermain dengan putrimu , sekarang dia sudah dewasa dan menjadi seorang intelijen tampan , nyonya Samuel."
Carlo menoleh pada ayahnya.
"Nyonya Samuel Rodriquez ini sudah lama meninggal tapi entah kenapa sampai sekarang aku masih merasa sedih kehilangan nyonya kaya yang baik hati ini , ayah."
Ayahnya tersenyum, menghela nafas.
" Karena nyonya Samuel Rodriquez adalah seorang perempuan yang suka menolong dan beliau sudah menganggapmu seperti putranya sendiri, Carlo anakku."
Carlo mengangguk sambil menghampiri ayahnya. Gerimis mulai turun. Carlo menatap batu nisan yang di hadapannya sembari berkata..
" Aku dan ayahku harus pulang , nyonya Samuel Rodriquez. Lain waktu pasti aku kemari lagi. "
Ayahnya memeluk bahu Carlo, mereka berdua berjalan keluar area pemakaman menuju mobil yang di parkir. ayah dan anak itu melanjutkan perjalanan pulang , dalam waktu 15 menit mobil berhenti tepat di depan pekarangan rumah sederhana. Seorang wanita cantik separuh baya bergegas keluar rumah menyongsong kedatangan mereka berdua. Carlo keluar dari mobil , langsung berlari sambil berteriak kegirangan.
"Ibu, aku merindukanmu. Bayanganmu selalu saja menari di pelupuk mataku , Bu."