/0/8366/coverorgin.jpg?v=7f911a9bc8a5fc1b2c82524542a66ba8&imageMogr2/format/webp)
Aku berbaring di atas ranjang. Sprei yang kusentuh sudah tak rapi lagi, masih menyimpan bekas tubuh Leo yang barusan menindihku. Udara kamar ini dipenuhi bau tubuhnya, hangatnya masih tersisa, tapi tidak ada artinya. Ia datang, seperti biasa, terburu-buru, berat, dan tanpa kata. Hanya mengambil, tidak memberi. Dan aku? Aku sudah tahu betul peranku dalam semua ini.
Bibirnya sempat menyentuh bibirku, cepat, dingin, tanpa rasa. Tangannya menjelajah tubuhku seperti sedang menyelesaikan sesuatu, bukan menikmati. Aku memejamkan mata dan menarik napas dalam, mencoba bertahan. Hatiku kosong, tapi aku tahu harus tetap terlihat hidup. Aku harus membuatnya merasa bahwa ia masih laki-laki yang hebat.
Tanganku naik ke punggungnya, menggeliat sedikit untuk mendukung sandiwara ini.
"Ahh... iya... Leo... pelan sedikit..." desahku lembut, membuat diriku terdengar lemas.
"Uhh... ahhh... di situ... iya..." ucapku lagi, mencoba seolah menikmati, padahal pikiranku entah di mana.
Gerakannya makin cepat, makin kasar, tanpa irama, hanya nafsu yang meledak-ledak. Napasnya menghantam telingaku, berat dan memaksa. Aku tahu itu tanda-tandanya. Dia akan selesai sebentar lagi. Dan benar saja, hanya butuh beberapa hentakan terakhir, tubuhnya menegang, dan semuanya selesai. Begitu saja.
Aku masih menahan napas pura-pura ketika dia sudah menarik tubuhnya dariku. Aku tetap terbaring, tubuhku masih terbuka sebagian, kehangatan itu pun menguap lebih cepat dari yang kuduga. Saat kubuka mata, yang kulihat hanya punggung Leo yang menjauh dalam diam.
"Leo... kamu mau ke mana?" tanyaku pelan. Suaraku hampir tak terdengar, seolah hanya satu hela napas yang putus di udara. Sebagian dari diriku masih berharap dia menoleh, walau hanya sebentar.
Namun dia tetap diam. Ia meraih celananya dari kursi, berdiri, lalu menjawab tanpa menatapku.
"Wanita mandul tidak perlu tahu."
Aku tak bisa berkata apa-apa. Kata-kata itu menghantam dadaku seperti batu yang dilempar keras-keras ke kaca rapuh. Tangan yang tadi kugunakan untuk menggenggam selimut kini jatuh lemas. Semua desahan yang baru saja kulontarkan, semua rintihan yang kupaksakan, mendadak terasa kotor.
Aku menunduk, menggigit bibir bawahku, menahan air mata yang sudah berkumpul di pelupuk mata. Tubuhku masih basah, bukan karena kenikmatan, tapi karena terlalu sering dipaksa percaya bahwa kebohongan ini harus dinikmati.
Aku menarik selimut dan membungkus tubuhku rapat-rapat, hanya ingin menyembunyikan apa pun yang tersisa dariku malam ini. Leo sudah keluar dari kamar tanpa menoleh sedikit pun. Yang tertinggal hanyalah sisa napas yang berat, bukan karena gairah, tapi karena luka yang kembali terbuka.
Tempat tidur ini masih hangat, tapi bagiku rasanya semakin dingin.
Aku menatap langit-langit kamar, membiarkan sepi mengendap di dalam tubuhku. Di balik selimut yang menutupi tubuh telanjangku, suara detik jam terdengar pelan, mengisi ruang yang kosong dalam hatiku. Dalam diam, aku bicara pada diriku sendiri. Ini bukan cinta. Ini hanya sisa.
Namaku Ayu Setianingrum. Usia dua puluh tiga tahun. Aku menikah dengan Leo, pria yang tiga tahun lebih tua dariku. Kami menikah tiga tahun yang lalu. Saat itu, aku yakin cinta cukup untuk menjaga segalanya tetap utuh.
/0/28416/coverorgin.jpg?v=a461bfbf0f8ce2027c34bfca64f87c99&imageMogr2/format/webp)
/0/24873/coverorgin.jpg?v=3bb5d9f52074eb9898689abd6ad7c196&imageMogr2/format/webp)
/0/18486/coverorgin.jpg?v=d3a7b1b89ae6f4bcafc3e33877795f7e&imageMogr2/format/webp)
/0/12827/coverorgin.jpg?v=98e8c94e6c32338a89aa8c2d007b7b10&imageMogr2/format/webp)
/0/17140/coverorgin.jpg?v=9116f11934ba3241336420f79b9c0f06&imageMogr2/format/webp)
/0/6453/coverorgin.jpg?v=810212e2d3721bd6501188d5f7bfafd3&imageMogr2/format/webp)
/0/2248/coverorgin.jpg?v=677044fd727291e12299116c6752a84c&imageMogr2/format/webp)
/0/5554/coverorgin.jpg?v=ad658e7b04e0d7c2caba74d0b30b9683&imageMogr2/format/webp)
/0/14004/coverorgin.jpg?v=8a3915c664acd17c3f4819f3ef533ada&imageMogr2/format/webp)
/0/3998/coverorgin.jpg?v=ba292f821d9ca82bf51acc32eaede741&imageMogr2/format/webp)
/0/19258/coverorgin.jpg?v=2fa662005d446848bdf54df9bbc702a7&imageMogr2/format/webp)
/0/12760/coverorgin.jpg?v=5fbda0a58e6c4dbafe7cc37130c26aea&imageMogr2/format/webp)
/0/13005/coverorgin.jpg?v=9cd78141f83941c03784c9a5bde701b1&imageMogr2/format/webp)
/0/19871/coverorgin.jpg?v=650f278950747ebb8b51638628ad7b20&imageMogr2/format/webp)
/0/13113/coverorgin.jpg?v=603d878cfe27a72adc41261c26c4094b&imageMogr2/format/webp)
/0/28108/coverorgin.jpg?v=20251110165812&imageMogr2/format/webp)