“Buka bajumu, sekarang!” perintahnya dengan memandangi wajah Maya yang sulit diartikan.
“A-apa? Bu-buka baju?” Makin tak karuan dan bingung Maya dibuatnya.
“Kamu nggak tuli kan? Aku bilang buka baju!” hardiknya.
Pria tadi nggak sabar dan merobek baju yang digunakannya.
Srekk srekk! Spontan dan cukup membuat pria tadi terkejut. Dua gunung kembar dan besar mendadak menyumbul keluar. Bentuknya padat, kencang, mulus dan putih. Itulah yang pertama kali dia lihat dan tanpa sadar dia menelan salivanya.
“Aakkhh! Dasar pria mesum. Kurang ajar. Aakkhh!”
Maya nggak kalah kaget, menjambak rambut pria tadi dengan kasar dan tanpa Maya sadar tangannya malah menuntun wajah pria tadi membenam semakin dalam di kedua gunung kembarnya.
Maya menekannya lebih dalam karena kaget. Pria tadi pun nggak kalah kaget. Dia seperti mendapatkan durian runtuh dadakan. Sempat menikmati sesaat.
Namun, dia segera menepis kesalahpahaman. Pria tadi mencengkaram balik kedua tangan Maya. Menghentikan gerakan berbahayanya.
“Diam. Jangan terus menggodaku. Aku ini masih pria normal!” ucapnya.
Sontak menbuat Maya kelimpungan, kaget dan melepaskan jambakan tangannya.
Dia gugup. Takut dan benar-benar tak bergerak. Apalagi wajah pria tadi masih membenam di gunung kembarnya.
Kemudian pria tadi menarik wajahnya. Ada rasa panas dan sesuatu dari balik celananya yang menyempit gara-gara diamuk mendadak gunung kembar Maya.
“Ma-maafkan saya, Pak. Tapi, saya nggak jual diri!” ceplos Maya. Menutupi gunung kembarnya dengan menyilangkan kedua tangan.
“Aku kan sudah bilang, buka bajumu!” ucapnya. Nada bicaranya sekarang naik satu oktaf. Gemas dan kesal karena dia merasa sedang diburu oleh waktu.
Pria tadi memjaman sesaat matanya. Menarik nafasnya dalam-dalam. Mencoba mengkondisikan rasa sesak dibawah sana.
“Berikan padaku!” Ucapnya lagi menengadahkan tangan ke depan kursi supir dan terlihat si supir memberikannya satu paper bag.
“Buka bajumu lalu ganti. Pakai ini!”
benar-benar membuat Maya terkejut. Kemudian paper bag tadi dilemparkan begitu saja pada Maya. Hingga membuatnya terhuyung lebih dalam dikursi.
Maya melongok dan mengeluarkan isi. Satu buah gaun putih nan cantik. Seperti mirip gaun pengantin bergaya modern.
“Wah bajunya cantik banget, ini pasti mahal.” Maya masih sibuk dengan pikirannnya, “Cepat pakai, acara sudah akan dimulai dan berikan kartu identitasmu!” pria itu masih memberikan perintah dengan kecut.
Maya menurut dan reflek tangannya memberikan tas pada pria tadi dan di oper lagi ke kursi supir. Lalu, tangan orang tadi menekan tombol penutup agar Maya bebas ganti baju. Pria itu lakukan karena melihat Maya celingak celinguk terus ke depan saat mendengar perintahnya.
“Cepat ganti bajumu atau aku yang akan menggantikannya!”
Kembali dia memberikan perintah dengan sikap arogan. Matanya tak bisa berbohong, tertuju pada dua bongkahan padat milik Maya.
“Tidak usah, aku bisa ganti sendiri!”
Maya kesal setengah mati, entah darimana datangnya pria ini. Terpaksa Maya membuang kaos yang sudah sobek ke wajah pria tadi saking kesalnya. Detik kemudian semua gerakan dimata pria tadi terlihat sensual. Saat Maya memasukkan gaun model sabrina yang langsung mengekspos dua gunungnya dengan pas terbentuk.
Pria tadi terus menelan salivanya. Mungkin jika dihadapannya ini wanita penghangat ranjang yang sering dia bayar dan waktunya tidak sedang mepet, pria tadi sudah memakan wanita itu sampai habis.
“To-tolong!” Maya membalikan punggung putihnya. Pria tadi masih saja menelan salivanya membayangkan tubuh setengah polos Maya yang dilahap habis habisan olehnya.
Namun, dengan cepat dia menutup resletingnya. Kemudian, mau tak mau Maya menggerakkan lagi tubuhnya, membuka celana panjang yang dia pakai. Gerakan meliak liuk Maya membuat kembali celana pria tadi sesak.
“Hah, aku bisa gila kalau begini terus. Setelah acara ini selesai. Aku harus segera mencari penyaluran. Kalau tidak kepalaku bisa sakit sampai besok pagi.”
Begitulah kata hati pria tadi. Dia terus membuang nafas dan menarik nafasnya agar sesuatu yang sesak tadi kembali tenang dan kembali ke bentuk semula.
Setelah Maya menganti bajunya, dia mengambil lagi baju yang disobek dan celananya kedalam paper bag.
“Ingat baik-baik, namaku, Reno Baskoro.” Maya manggut-manggut saat pria tadi memperkenalkan diri.
/0/18446/coverorgin.jpg?v=27b73657c0d70b191e06621a77e319a7&imageMogr2/format/webp)
/0/9358/coverorgin.jpg?v=28d336118bc83a1659dea43871a2e5af&imageMogr2/format/webp)
/0/12508/coverorgin.jpg?v=0b62fa134f25a5ff8c6f34782f050eb1&imageMogr2/format/webp)
/0/4700/coverorgin.jpg?v=8e204fb0ca9f9e6f9f9e11ff6d15da84&imageMogr2/format/webp)
/0/18368/coverorgin.jpg?v=df47c9fe93d00c55f5aae619ea9a65fc&imageMogr2/format/webp)
/0/12932/coverorgin.jpg?v=17c807e7abc8895df0b4981cbadf98db&imageMogr2/format/webp)
/0/2470/coverorgin.jpg?v=f60419e9f54eeb9c9c253fb2146be12d&imageMogr2/format/webp)
/0/17428/coverorgin.jpg?v=2cc6f1713c4b54b04a5081d42c17c767&imageMogr2/format/webp)
/0/14958/coverorgin.jpg?v=466a5deca8a84c338f9259bf630eb6b9&imageMogr2/format/webp)
/0/16282/coverorgin.jpg?v=ade96b2f1ab33a720bf3a2d58598601c&imageMogr2/format/webp)
/0/22491/coverorgin.jpg?v=b226bf8c8c8eb75f83759b3311dca1bb&imageMogr2/format/webp)
/0/21447/coverorgin.jpg?v=2bae48a320ec295bdd25136279d814da&imageMogr2/format/webp)
/0/18821/coverorgin.jpg?v=9802dce90e46c9f104fb9b58491e42f9&imageMogr2/format/webp)
/0/5410/coverorgin.jpg?v=e0a84c1c0288ea2bdd0af3672e534f54&imageMogr2/format/webp)
/0/4769/coverorgin.jpg?v=9fccc50e758603cff30640f79b5a6911&imageMogr2/format/webp)
/0/6451/coverorgin.jpg?v=4c0de242ad63e4f4adc8e2d8bfab62d9&imageMogr2/format/webp)
/0/21617/coverorgin.jpg?v=d83e73ead6cd0559dde32b5af84cbd83&imageMogr2/format/webp)
/0/19237/coverorgin.jpg?v=66eef1e7927f71ea4d96c3ef901e2d3d&imageMogr2/format/webp)
/0/15068/coverorgin.jpg?v=fbd51862a8cec951ec91fa8185276564&imageMogr2/format/webp)
/0/20417/coverorgin.jpg?v=18aef677d92ac82f7f462cf43795790e&imageMogr2/format/webp)