Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Anak Kembar Rahasia Milyader

Anak Kembar Rahasia Milyader

Taehyunie05

5.0
Komentar
6.4K
Penayangan
25
Bab

Male Lead Red Flag Character! Ivy Anderson, wanita beranak dua yang harus mendapatkan kesialan serta takdir buruk setelah bertemu dengan Ben Clayton, CEO Clayton Group yang paling berpengaruh di New York hanya karena kesalahan kecil. Ben yang terobsesi pada Ivy menghalalkan segala cara untuk mendekati Ivy, dimulai dari menaklukan si kembar Terra dan Terry maupun menggunakan cara kotor untuk mendapatkan Ivy. Apa motif Ben yang sebenarnya?  Mampukah Ivy melepaskan diri dari Ben yang terobsesi padanya? "Bertekuk lututlah padaku jika kau ingin kedua anak kesayanganmu selamat dari cengkraman ku, Miss Ivy," "Tapi mereka adalah-" "Satu saja perintah dariku dilanggar, maka bersiaplah kemungkinan buruk yang menimpa mereka berdua. Bagaimana jika kita mulai dari si little devil, Terry Anderson?"

Bab 1 Mimpi Buruk

"Ben, kau harus segera menikah. Mommy menginginkan cucu darimu," ujar seorang wanita paruh baya yang kini berkacak pinggang tepat di hadapan seorang pria bernama Ben.

Pria yang dipanggil Ben itu memutar mata malas disertai dengan dengusan kesal. Ia mengalihkan tatapannya dari ponsel yang saat ini sedang ia pegang.

"Mom, aku masih berumur 29 tahun! Jangan terus menekanku untuk menikah!" Teriak Ben menimpali perkataan ibunya dengan urat leher yang menonjol.

"Lagipula, jika Mommy mau memaksa untuk menikah, maka suruhlah Steve karena ia adalah kakakku," balas Ben lagi sambil memalingkan tatapannya ke arah lain.

Ini adalah bahasan yang sangat ingin ia hindari. Pernikahan. Hanya satu kata itu saja berhasil membuat Ben yang notebene adalah seorang pria penyuka kebebasan menjadi kesal.

Pria itu tak menginginkan ikatan yang akan membelenggunya. Ben tidak suka di atur oleh orang lain. Karena menurut Ben, pernikahan berarti sama saja dengan menyerahkan setengah kebebasan yang ia miliki pada istrinya nanti.

Sang ibu menghela napas kesal melihat tingkah laku anaknya yang sering membuatnya naik darah. Wanita paruh baya itu mengepalkan tangan dan segera mengambil tas jinjing dengan merek ternama dari atas meja, lalu melemparkannya pada Ben tanpa belas kasih.

"Mommy!" Teriak Ben kaget sekaligus kesakitan karena lemparan wanita itu mengenai tubuhnya. Sang ibu melotot hingga matanya hampir keluar, membuat nyali Ben untuk melawan ibunya menciut saat itu juga.

"Mommy menyuruhmu menikah karena Mommy khawatir pada pergaulanmu, Ben. Mommy hanya tak mau kau pergi ke klub malam dan membawa wanita jalang ke rumah ini,"

"Kalau begitu aku akan memanggil para pelacur itu ke apartemenku saja,"

"Bukan itu maksudku,"

Wanita itu memijat kepalanya karena merasa pusing dengan tingkah laku anak bungsunya yang semakin menjadi jadi. Ia merasa gagal menjadi ibu karena Ben menjadi anak yang pembangkang dan sangat sulit untuk diatur. Mungkin salahnya juga karena selalu memanjakan anak itu.

"Ben, ibu melakukan hal ini demi kebaikanmu. Jika kau memiliki istri, setidaknya kau tak akan berteriak marah saat para pelacur itu tak bisa memuaskanmu,"

Omongan ibunya terdengar frontal dan sangat vulgar, membuat Ben yang mendengarnya langsung malu. Wajah Ben memerah sempurna sampai ke telinga dengan tangan mengepal. Pria dewasa yang hampir mencapai umur tiga puluh tahun itu tak menyangka jika ibunya akan tahu akan rahasia kecilnya yang satu ini.

"Ibu, aku tidak-"

"Ibu akan mencarikan calon istri untukmu. Suka tidak suka, kau harus menerimanya Ben. Ibu tidak mau lagi mendengar alasanmu,"

Ben mengerang kesal mendengar keputusan ibunya. Dengan amarah yang membludak, Ben segera berdiri dan meninggalkan ruang tamu menuju ke garasi mobil. Ia harus menenangkan pikirannya yang saat ini tengah kacau balau.

"Ben! Jangan pergi!"

Ben tak mendengar perkataan ibunya. Ia segera mengendarai mobil Lamborghini mewah yang baru saja ia beli seminggu yang lalu menuju ke sebuah bar ternama di kota New York. Mobil mewah itu melesat membelah jalanan dengan apik, membuat decakan iri bagi para pengendara lain yang melewatinya.

Tak membutuhkan waktu yang lama, cukup 10 menit saja mobil Lamborghini milik Ben kini telah tiba di sebuah bar ternama di kota New York. Setelah memarkirkan mobilnya ditempat parkiran khusus, Ben pun segera melangkahkan kakinya menuju ke dalam bar itu.

Saat baru saja masuk, Ben langsung disambut oleh teman lamanya, Archer yang merupakan pemilik bar mewah paling bergensi di kota New York. Ben mengenal Archer sejak sekolah menengah atas karena merasa memiliki hobi yang sama, yakni mengoleksi para perempuan cantik untuk di "mainkan".

"Wow dude. Aku tak menyangka kau akan datang lagi ke barku," ujar Archer dengan senyuman ramah. Ia segera mengalungkan tangannya di pundak milik Ben dan segera menyeret pemuda itu menuju kemeha bartender.

"Apa yang ingin kau minum?"

"Vodka satu botol,"

Archer melotot saat mendengar pesanan dari kawan lamanya. Ia segera menolehkan kepalanya dan menatap Ben dengan tatapan tak percaya.

"Satu botol? Kau mau membunuh dirimu sendiri?"

"Tidak perlu banyak bertanya dan berikan pesananku. Aku ingin meringankan kepalaku yang terasa berat ini,"

Archer menghela napas kasar lalu segera meminta bartender untuk menyiapkan pesanan milik Ben. Pria berambut cepak dengan kebangsaan Kanada itu berjanji akan menghentikan Ben apabila pria itu sudah mabuk berat.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu untuk menyambut tamu lainnya. Kau diamlah disini dan minumlah dengan tenang. Jika butuh sesuatu, panggil aku,"

Archer menepuk bahu milik Ben dan segera pergi dari tempat duduknya setelah mengatakan hal itu. Ben yang tak peduli mengendikkan bahu, lalu segera meminum minumannya seperti tengah meneguk air putih.

Saat sudah meneguk setengah botol dari minuman alkohol itu, kepala Ben terasa berat dan matanya berkunang kunang. Pria itu merasa tubuhnya sangat ringan. Wajahnya memerah dengan bau Vodka yang begitu menyengat dari mulutnya.

Karena merasa pusing luar biasa, Ben pun meninggalkan bar milik Archer setelah membayar Vodka yang belum habis. Pria itu berjalan menuju parkiran dengan langkah sempoyongan. Sedikit saja ditepuk, sepertinya Ben akan jatuh.

Saat berada di dalam mobil, mata cokelat miliknya tanpa sengaja menangkap seorang gadis cantik yang melintas di depannya. Gadis itu mengenakan sweater putih dengan celana jeans yang membentuk lekuk tubuhnya yang begitu indah. Wajah boneka itu membuat Ben merasakan sesuatu yang ingin meledak dalam dirinya.

Tanpa ragu, Ben segera menghampiri gadis itu, lalu menyeretnya ke gang sepi yang sangat jarang dilalui oleh orang lain. Gadis itu memberontak dan berteriak, namun Ben tampaknya tak peduli.

"Diamlah, jalang sialan. Lebih baik kau mendesahkan namaku saja daripada memberontak seperti ini," ujar Ben dengan nada kesal karena gadis di hadapannya terus menerus melakukan perlawanan.

"Tidak! Aku akan melawanmu untuk menjaga kehormatanku, Tuan. Lebih baik lepaskan aku!" Ujar gadis itu berteriak.

Ben yang merasa pusing dengan ocehan itu segera membungkam mulut gadis yang tak ia kenal itu dengan sebelah tangan, lalu merobek paksa baju yang dikenakan oleh gadis itu dengan tangan lainnya. Gadis itu menangis dalam dekapan Ben.

"Jangan menangis, sayang. Karena aku akan membuatmu melupakan segalanya malam ini," Ben berkata dengan nada seduktif untuk menenangkan gadis itu. Namun sayang, bukannya tenang, air mata gadis itu malah semakin deras.

Dan peristiwa mengerikan di malam itu pun dimulai. Ben memperkosa gadis itu tanpa rasa kasihan, mengabaikan teriakan dan umpatan yang dilayangkan oleh gadis itu padanya.

Yang ada dalam kepala Ben saat ini hanyalah memuaskan napsunya saja. Pria itu bahkan tak menggunakan pengaman untuk kegiatan gilanya ini.

Setelah selesai, Ben pun pingsan karena kelelahan sekaligus efek dari alkohol yang ia minum. Pria itu langsung terbaring di gang kecil di sana.

Gadis yang diperkosa oleh Ben memeluk tubuhnya sendiri sambil menangis. Dengan tubuh gemetar dan rasa sakit yang menjalar pada bagian bawahnya, ia mengambil pakaian milik Ben dan menggunakan benda itu pada tubuhnya. Gadis itu pun berjalan dengan terpincang meninggalkan Ben sendirian di gang mengerikan itu.

Pada pukul 3 pagi, Ben pun terbangun dari pingsannya. Pria itu memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Rasa pusing yang mendera kepalanya terasa semakin menjadi jadi. Dengan sisa kesadaran yang ada, ia pun segera memanggil Archer itu membawa dirinya ke apartemen.

Archer pun datang tak lama kemudian. Pria berambut cepak itu terlonjak kaget saat melihat Ben yang tampak begitu berantakan, dengan bau sperma yang menguar dari tubuh pria itu. Selain itu, Archer juga menemukan tetesan darah dan juga sweater putih milik wanita di tanah.

"Sialan! Kau sudah melakukan apa sampai seperti ini, Ben? Apa kau memperkosa seseorang?"

"Jangan banyak bicara dan bawa aku ke apartemenku. Kepalaku sakit," bentak Ben sambil memegang kepalanya yang terasa berat.

Archer mendengkus kesal lalu segera membopong sahabatnya itu menuju ke garasi, dan mengantarkan pria itu pulang ke apartemen miliknya, melupakan kegiatan panas dan gadis cantik itu begitu saja.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku