Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cerita Horor Dan Misteri

Cerita Horor Dan Misteri

Neilsen_Tzy

5.0
Komentar
1.3K
Penayangan
10
Bab

Cerita horor dan misteri yang selalu terjadi di dalam kehidupan kita. Warning!!! Jangan membaca cerita ini dengan sendirian, karena aura seramnya yang sangat mencekam, jikalai Anda membaca dengan sendirian harap kunci pintu dengan rapat. Hihihihihihi.

Bab 1 Kontrakan

Secara tiba tiba, dinding di ruang tengah bertingkat dua ini bergeter sehingga semua yang ada di dalamnya ikut merasakannya, dan secara tiba-tiba pula bau kemenyan dan bunga kamboja kini mulai terasa menyengat membuat bulu kuduk kami pun merinding.

Memang jika dilihat dari luar, rumah yang memiliki 2 lantai ini dengan pekarangan yang luas, taman yang tertata rapi, dilengkapi pula dengan fasilitas kolam renang yang terletak di samping rumah ini, sehingga tampak begitu megah dan merupakan sebuah rumah idaman bagi siapapun yang melihatnya.

Namun dibalik kemegahan itu tersimpan misteri, rumah ini memang indah dan keindahan itu pun menutupi kekurangan rumah ini. Begitu pula dengan kami berlima, dijaman serba susah begini apalagi di Jakarta sebuah kota metropolitan yang semuanya serba mahal, dan tiba-tiba ditawari sebuah kontrakan yang mewah tapi murah membuat kami tanpa bepikir panjang lagi langsung setuju untuk menandatangani kontrak dengan pemilik rumah, apalagi kami hanya mahasiswa yang berasal dari daerah yang masih bergantung pada orang tua, otomatis kami mencari sesuatu yang murah namun layak. Untuk mundur pun dari semuanya ini rasanya itu pun tak mungkin, karena uang kontrakan itu rasanya sayag untuk disia-siakan.

Awalnya, aku tidak setuju atas usulan Mirna untuk memanggil dukun kerumah ini, namun teman-teman yang lain menyetujuinya tanpa menyadari akan akibat dari perbuatan mereka, jadi apa boleh buat aku pun menyetujuinya.

Embah dukun itu duduk bersilah menghadap ke salah satu sudut ruangan, sekali-kali terdengar semburan dari mulutnya menyemprotkan air ke sudut ruangan itu. Keempat temanku tampak begitu serius mengikuti perintah dukun tersebut terlihat dari raut wajah mereka kelihatan begitu tegang.

Mbah dukun itupun tiada henti-hentinya membaca mantra, entah apa yang di bacanya aku pun tidak tahu karena memang aku tidak berniat untuk mendekat padanya. Aku hanya melihatnya dari jauh, di tangga menuju lantai dua sebab aku tidak tahan dengan bau kemenyan itu, rasa-rasanya aku ingin muntah.

Namun tidak berapa lama ritual itu pun selesai, mbah dukun itu pulang dengan peluh yang bercucuran di wajahnya dan keempat temanku pun tersenyum puas.

"Kita akan hidup dengan tenang tanpa gangguan itu lagi," kata Lia.

Aku pun hanya bisa tersenyum pasrah mendengarnya sambil berlalu ke dapur untuk mengambil makanan karena dari tadi sebenarnya aku lapar namun mbah dukun itu melarang ku jauh-jauh dari tempat itu, takut kalau-kalau terjadi apa-apa padaku, katanya.

Kini kami semua duduk di meja makan siap untuk makan setelah beberapa menit selesai shalat magrib. Sementara jam masih menunjukkan pukul 19:15, tapi entah dari mana datangnya tiba tiba terdengar lolongan anjing , kami merasakan kembali kecaman itu dan semuanya terdiam membisu.

Tiba-tiba adzan terdengar tandanya shalat Isya pun akan segera dilaksanakan, dan secara tiba-tiba pula lolongan anjing itupun menghilang, membuat kami merasa lega. Malam ini tidak terjadi apa-apa dan itu membuat temanku berfikir bahwa dukun itu telah berhasil mengusir para penghuni rumah ini.

Namun, malam berikutnya mereka kembali membuat kami semua ketakutan dan parahnya lagi mereka kini memampakkan wujud mereka padahal selama ini mereka hanya mengganggu kami tanpa wujud, dan malam itu adalah puncaknya.

Malam itu seperti biasa, kami pun tidur di kamar masing masing. Sekitar pukul 12:00 malam tiba tiba terdengar suara jeritan seorang wanita di lantai bawah tepatnya di kamar mandi. Aku fikir itu salah satu dari keempat temanku, maka akupun langsung keluar dari kamar dan berlari ke bawah, dan keempat temanku sudah berkumpul di dekat tangga, dan suara itu masih saja terus menjerit lalu kami pun saling pandang.

Aku berfikir, kalau bukan diantara keempat temanku lalu itu suara siapa ? Dengan hati-hati pun kami berjalan menuju kamar mandi, tapi tak seorang pun dari kami yang membuka pintu kamar mandi tersebut sampai akhirnya pintu itu terbuka dengan sendirinya, dan di dalam kamar mandi, seorang wanita berambut pirang tanpa busana bersandar pada tembok dengan pisau tertancap di dadanya dan tembus ke jantung dengan mata melotot, sementara dari hidung dan matanya mengalir darah segar, sambil tersenyum menyeringai kepada kami berlima.

Tanpa fikir panjang lagi, kami semua menjerit. Bahkan Anis sampai pingsan, dan kami membawanya agak menjauh dari tempat itu. Tapi saat kami melihat kearah kamar mandi, tidak terjadi apa-apa di sana. Air yang semula merah darah kini menjadi bening kembali.

Dan, entah kenapa tiba-tiba lampu di rumah itu mati membuat kami semua ketakutan. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba bermunculan kepala-kepala yang begitu banyak menyerang kami, semuanya memperlihatkan taring, tiba tiba mereka se akan akan kami adalah makanan lezat.

Tiba-tiba Mirna dan Susi ikut pingsan, aku dan Lia berusaha keluar dari kepala-kepala tersebut. Saat mereka akan menyerang kami, kepala-kepala tersebut berbalik arah menyerang Anis, Mirna dan Susi yang pingsan. Di depan mata ketiga teman kami dibunuh, tanpa kami bisa berbuat apa-apa.

Tanpa menunggu lagi aku dan Lia berlari meninggalkan tempat itu, namun kami dicegat oleh makhluk yang sangat menyeramkan , tingginya melebihi tinggi manusia pada umumnya dan di sudut bibirnya tersembul sebuah taring yang runcing.

Aku masih berusaha lari saat makhluk tersebut menangkap Lia, namun langkahku terasa berat sekali sehingga makhluk tersebut berhasil menangkapku setelah Lia ia bunuh. Aku sudah tak tahu apa yang terjadi saat makhluk tersebut menancapkan taringnya ke leherku. Saat itupun aku tidak merasakan apa-apa lagi. Tiba-tiba aku terbangun.

Ternyata aku hanya mimpi.

Kulihat di sekelilingku semuanya tampak serba putih dan di sampingku kulihat mama tidur disisi ranjang, mungkin karna ia kelelahan menjagaku, merasakan aku bergerak mama pun terbangun.

"Syukurlah, kamu udah sadar sayang," kata mama.

"Apa yang terjadi ma, kenapa aku ada di rumah sakit ?" tanyaku pada mama.

"Entahlah, mama sendiri tidak tahu sayang, tapi Lia menelfon mama dari Bandung dan bilang kalau mereka temukan kamu pingsan di dapur saat kalian melihat-lihat tempat kontrakan," jawab mama.

"Tempat kontrakan !" aku berfikir.

"Oh ya ma, sudah berapa lama aku pingsan ?" tanyaku.

"2 hari, emangnya kenapa sayang ?" jawab mama.

"Terus dimana Lia dan yang lainnya sekarang, dan apakah perjanjian kontrak tersebut sudah ditandatangani ?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaan mama.

"Ya, perjanjiannya sudah ditandatangani dan mereka sudah menempati rumah kontrakan kalian sejak kemarin, besok kamu juga akan mulai tinggal di sana jika dokter sudah mengijinkan kamu pulang," kata mama.

Tiba-tiba aku merasakan sakit pada leherku, dan saat kuraba ada dua lubang di sana seperti bekas gigitan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Neilsen_Tzy

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku