Satu persatu teman-temanku mati, keluargaku dan semua orang yang pernah menyakitiku tiada, mereka mati dengan tragis. mereka mati dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Sulit bagi siapapun menemukan pelakunya. Dia cerdik dan sangat jago menyembunyikan jejaknya. Sebuah kisah dengan banyak teka-teki besar bersarang di dalamnya, satu persatu nyawa berjatuhan, termasuk aku sebagai tokoh utamanya.
" Aryan hilang! " teriak Valen saat tiba di perkemahan setelah menyusuri hutan bersama kelompoknya. kebetulan kelompok ku sudah jauh lebih dulu Sampai ke perkemahan.
" Kok bisa?! " kaget kita semua.
" Iya tadi Aryan masih ada di belakang kita tapi setelah itu beberapa lama perjalanan kita gak denger lagi suaranya dan pas kita tengok kebelakang dia udah gak ada " jelas Valen sebagai ketua kelompok.
sungguh aneh bukankah mereka bersama-sama tapi kok bisa mereka Sampai gak sadar teman satu tim nya hilang.
" ya sudah ayo kita susuri lagi siapa tahu dia tersesat " ajak dosen pembimbing kami.
Dengan terpaksa aku ikut, padahal rasanya badan ini seperti remuk karena kelelahan.
Lebih dari dua jam kami mencari keberadaan Aryan. Namun nihil tak satu pun dari kami menemukanya.
" Anak-anak, sepertinya kita harus menghubungi bantuan. tidak mungkin kita mencari Aryan sekarang apa lagi kondisi malam hari yang sangat gelap ini " ujar pak dosen.
Maka pencarian pun di hentikan hingga keesokan harinya. Hingga di waktu dua hari kami mencari keberadaan Aryan di bantu oleh tim pencarian akhirnya kami menemukan keberadaan Aryan. Namun dalam kondisi yang sudah tak bernyawa dan di temukan di dasar jurang yang curam dan dalam.
****
" Bruk " setumpuk buku di simpan kemeja ku.
" Pasti Valen " pikirku .
" Kerjakan semuanya nanti ya, setelah itu kita jalan-jalan" ucap Valen.
" Iya " jawabku.
Perkenalkan namaku adalah Dominnieqha Pramaditha, aku anak dari pemilik perusahaan PRAHMA GRUP ayahku bernama Aditama Pramana.
Aku kini sedang menempuh pendidikan di sebuah universitas, ayahku mewajibkan aku untuk mengambil jurusan bisnis. Padahal aku sama sekali tidak tertarik dengan perusahan.
Berbeda dengan Cahaya adik tiriku dia di ijinkan mengambil jurusan sesuka hatinya. Ya aku tahu ayah melakukan itu agar aku bisa menjadi pewaris perusahaannya nanti, namun aku sama sekali tidak berniat untuk bekerja di bidang itu. Tapi ya mau bagaimana lagi aku tidak berani untuk melawan yang ada nanti aku akan disiksa jika aku berani menolak.
Cahaya adalah adik tiriku, karena ayah selalu di paksa nenek untuk menikah lagi, sebab ibuku mengalami gangguan jiwa setelah kematian adikku yang masih bayi karena tertabrak mobil, saat itu kami sedang jalan-jalan, namun karena aku haus ibu meninggalkan kami berdua di tepi jalan untuk membeli minuman, entah apa yang terjadi hingga kereta bayi adikku berjalan ke arah tengah yang dimana banyak kendaraan berlalu lalang, saat itu aku masih berusia Dua belas tahun dan aku tak mengerti harus melakukan apa.
Setelah kejadian itu ibu menjadi hilang akal dan akhirnya seperti sekarang.
Sedangkan ayah menikah dengan Tante Melinda sudah sekitar Lima tahun lebih, itu pun Karana paksaan dari nenek yang selalu meminta ayah menikahi Tante Melinda yang merupakan anak dari kawan sosialita nenek.
Karena ayah adalah anak yang penurut akhirnya dia menuruti keinginan nenek dan menikahi Tante Melinda, setelah kedatangan tante Melinda dan cahaya lah yang membuatku berubah seperti sekarang.
Mereka selalu menghasut nenek dan ayah hingga ayah menyiksaku dan nenek selalu memarahiku, saat itu ibuku masih ada di rumah itu, aku masih bisa meminta tolong padanya, namun sekarang setelah nenek meninggal ibu di pindahkan ke rumah sakit jiwa karena permintaan Tante Melinda tentunya.
Nenekku meninggal karena kecelakaan, dia terjatuh dari tangga, saat itu Cahaya sedang berada di kamarku, kami berdua tengah bersama lalu nenek memintaku mengambilkan cemilan untuk Cahaya namun setelah aku kembali nenek sudah tergeletak tak berdaya di bawah tangga, ibu yang melihat itu malah menuduhku bahwa aku lah yang membunuh nenek, maka dari itu ayah memasukan ibu ke rumah sakit jiwa. Karana ayah mengira ibu lah yang telah mencelakai nenek dan kemudian menuduhku. Itu pun Karana hasutan Tante Melinda tentunya.
Sepertinya Tante Melinda memang ingin menjadi satu-satunya ratu di rumah kami.
Setelah ibu pergi hidupku semakin tersiksa, ayah selalu menyiksaku Karana Cahaya yang selalu mengadu tentangku, Cahaya adalah orang yang paling manipulatif yang pernah ku kenal.
Cahaya sangat jago membuat dirinya seolah-olah di tindas olehku, dia juga pandai merebut hati ayahku dengan segala prestasi nya yang jelas curang menurutku.
Cahaya sering mengadu pada ayah tentangku, dia sering memfitnah ku bahwa aku membully dan menyakitinya di kampus. Dia juga pandai sekali mencari waktu agar terlihat aku lah yang menyakitinya. Cahaya sangat jago dalam mencari muka di hadapan teman-temannya, hingga aku akhirnya dikucilkan dan tak memiliki teman satu pun.
Orang-orang selalu memandangku dengan sangat sinis dan benci padahal aku tak melakukan hal yang jahat pada Cahaya.
" Kak, aku bawa titipan dari mama " Cahaya datang dengan membawa sekotak bekal ke dalam kelasku, setelah itu dia membuka kotak itu dan kemudian duduk di kursi menghadap kearahku.
" Waaw, ini makanan kesukaan kakak. Nih " Dia menyodorkan makanan itu saat aku hendak mengambilnya tiba-tiba....
Gubrak!...
Habis semua makanan itu tumpah berserakan di lantai. Dengan sengaja Cahaya menepaskan kotak bekal itu sebelum aku mengambilnya.
" Kakak!!, Kok di jatuhin?! " ucapnya pura-pura polos.
" Cih " aku hanya berdecak kesal pasalnya sama sekali aku tak berniat menjatuhkan makanan itu dia yang sengaja menjatuhkan ya agar aku kembali di marahi lagi dan orang-orang menggapku adalah manusia yang paling jahat padanya.
" kakak, mama udah susah-susah lho masak ini buat Kakak " ucapnya.
" Gue gak jatuhin! " Bentakku.
Seketika air mata buaya nya menetes membuat semua orang berempati padanya.
" Min, lu itu kenapa sih?!, Lu tuh gak pernah berubah tau gak?! Kita semua tahu lu gak suka sama Cahaya tapi gak kaya gini dong caranya!! " Nesya bangkit dari tempat duduknya dan kemudian mendekat lalu merangkul Cahaya.
Cahaya, Nama yang bagus dan indah, namun pemilik nama itu tidak sesuai, dia lebih pantas dinamai setan di bandingkan nama yang mencerminkan kebaikan.
" Gue gak jatuhin itu, ngerti gak lu?!, Cahaya sendiri yang sengaja jatuhin sebelum gue pegang itu kotak nasi biar kesannya gue yang jatuhin, paham! " Ucapku membela diri.
" Kakak kok ngomong gitu, cahaya gak lakuin itu, buat apa. Sayang juga makanan yang mama buat capek-capek gak mungkin Cahaya buang gitu aja " elaknya.
Ingin sekali aku menjambak mulutnya yang pandai berdusta itu.
" Min, lu ngomong aja kalo lu gak suka sama Cahaya gak usah kaya gini! " Tiba-tiba Valen ikut menimpali.
Seketika amarahku memuncak, namun aku tak berani melawan.
Aku dan Valen jujur saja menjalani hubungan yang sangat tidak sehat. Kami sering melakukan hubungan yang di larang oleh agama.
Banyak foto-foto fulgar ku dan video-video kami saat melakukan itu sehingga aku tak berani melawannya karena dia selalu mengancam akan mempablikan semua foto dan video itu.
Aku benar-benar tersiksa dengan hubungan ini. Aku ingin berhenti namun Valen selalu saja mengancamku.
Valentino Abimanyu. adalah kekasihku, kami berpacaran sudah lebih dari dua tahun, setiap kali aku meminta putus darinya dia selalu mengancamku dengan bukti hubungan kami yang tidak sehat itu.
Aku marah, tapi aku tak berdaya, aku selalu menggenggam segalanya sendirian. Aku tak memiliki teman sama sekali itu pun Karana ulah Cahaya yang selalu membuat dirinya seolah tertindas olehku. Akhir ya orang-orang membenciku tanpa tahu kebenaranya.
Sedangkan Valen, kami berpacaran secara sembunyi-sembunyi, Valen tidak mau mengakui aku sebagai kekasihnya karena dia adalah pemuda yang sangat terkenal di kampus. Sedangkan aku hanya wanita yang dianggap brutal dan tukang bully jadi dia malu jika mengaku aku adalah kekasihnya.
" Valen! " Bentakku lalu aku menatap matanya.
Cahaya tahu aku berpacaran dengan Valen, Karana Valen sering bermain kerumahku, jadi dia tahu tapi dia sama sekali tidak pernah membocorkan hubungan aku dan Valen. Entah mengapa, mungkin Karana dia tidak mau anak-anak dikampus dekat denganku Karana tahu aku pacarnya Valen.
Aku tak peduli itu.
"Minnie apa lu gak cape nyakitin adik lu sendiri? " Ucap Valen.
" Hahaha " aku tertawa sumbang setelah mendengar apa yang di ucapkan kekasih hatiku ini.
" Kenapa ketawa, apa yang gue ucapkan lucu! " Bentaknya.
" Menyakiti?! Siapa yang menyakiti, orang ini yang gila! Dia membuat seolah-olah gue lah yang ngelakukan semuanya, dia membuat seolah gue yang ganggu dia, paham lu! " Ucapku sambil menunjuk ke wajah Valen.
Valen tampak marah, wajahnya memerah ini yang aku harapkan, biar saja siapa tahu dia memutuskan ku setelah ini.
" Kakak, udah kak " Cahaya mendekat lalu menarik tanganku, Kemudian...
" Lepas! " Bentakku. Bukanya melapaskan dia semakin mempererat tanganya.
Dengan paksa aku berusaha melepaskan pegangan tangan Cahaya, namun secara sengaja dia melepaskan pegangannya itu saat tanganku berusaha melepaskanya dan akhirnya...
" Brak!! " Cahaya terjatuh kebelakang dan menabrak meja.
" Cahaya!! " Kaget semuanya.
Terlihat darah segar mengalir di keningnya.
" Minnie!, Lu sengaja ngedorong Cahaya?! " Bentak Valen.
" Gue gak lakuin itu! " Aku membela diriku.
" Anj*ng, lu bener-benar udah kelewatan Min! " Nesya langsung mendorong tubuhku.
" Apa sih lu Nas!, Gue udah bilang gue gak dorong Cahaya! " Aku melawan Nesya dan membalas kembali dorongannya.
" Apa-apaan kalian ini!, Anak-anak cepat bawa Cahaya ke ruang kesehatan! " Perintah Valen.
" Dan lu!, Awas lu! " Ancamnya.
Semua orang kini meninggalkanku sendirian, ingin rasanya aku menangis sekencangnya, tapi mungkin semua air mataku sudah habis tak tersisa, aku hanya bisa menatap kosong ke arah papan tulis.
Aku tak ada sedikit pun niat untuk menjenguk Cahaya, malas untuk melihatnya pun aku sudah tidak Sudi.
Sore hari tiba, rasanya aku malas untuk pulang kerumah. Pasti Cahaya sudah mengadu kepada ayah. Dan yang pasti dia akan marah padaku dan menyiksaku hari ini juga. Jadi lebih baik aku menghindar saja, walaupun akhirnya aku akan tetap di siksa namun setidaknya aku sore ini memenangkan diriku dan melepaskan semua penderitaan ku.
Aku tidak langsung pulang, namun aku menghentikan sepeda motorku di sebuah jembatan besar.
Aku adalah penyuka motor trail, dan ayah membelikan ku motor itu saat aku baru masuk kuliah, dengan ancaman aku tidak akan kuliah di jurusan bisnis, akhirnya ayah setuju membelikan motor yang aku mau, meskipun ternyata Cahaya juga meminta ayah membelikan mobil mewah untuknya.
Angin di pinggir jembatan ini sangat sejuk sehingga membuat aku merasa nyaman dan tenang, ku rentangkan kedua tanganku menikmati ketenangan ini, jalanan yang sepi dan jarang sekali orang-orang yang lalu lalang membuatku merasa aman.
Aku tumpahkan segala kesedihanku, kekecewaan ku dan segala hal yang membuatku putus asa.
Air mataku terus mengalir seiring hembusan angin.
" Tuhan aku lemah " ucapku, namun tiba-tiba....
Grep...
Seseorang menarik pinggangku menjauh dari pinggir jembatan yang hanya berpagar pendek itu.
" Akh!! " Kagetku. Kami sama-sama terjatuh, sepertinya tubuhku berada di atasnya, dia memelukku dengan sangat erat .
" Mbak!, Jika mbak ada masalah jangan seperti ini!, Jangan Sampai mbak mengorbankan nyawa mbak, sayang mbak! " Ucap pria yang menarik ku menjauh dari tepi jembatan.
" Lepas! " Bentak ku.
" Tidak!, Sebelum mbak janji tidak akan melakukan tindakan bodoh seperti ini lagi! " Ucapnya.
" Apa sih nih orang! " Pikirku.
" Lepaskan saya mas!, " Aku berusaha melepaskan pelukan nya.
" Nggak mbak! Janji dulu mbak gak akan lakuin hal yang seperti tadi baru saya akan lepaskan! " Jawabnya.
" Saya gak mau bunuh diri, mas! " Ucapku lagi.
" Hah?!, Terus barusan?! " Tanyanya dengan suara yang terdengar kaget.
" Saya hanya ingin menenangkan diri itu saja!, Sudah lepaskan saya, gak enak di lihat orang! " pintaku.
Dengan perlahan orang itu melepaskan tanganya dariku. Setelah lepas aku berusah bangkit dan kemudian duduk. Ku lihat orang yang mengira aku akan bunuh diri itu.
Dia terlihat cengengesan tak jelas saat aku menatapnya.
" Dih! " Ucapku.
Dia langsung bangkit dan duduk menghadap ke arahku.
" Mbak seriusan nggak akan bunuh diri? " Tanya nya lagi.
" Ya nggak lah, ngapain juga saya bunuh diri, gak ada kerjaan " jawabku ketus.
" Syukurlah " ucapnya sambil mengelus dadanya.
" Perkenalkan nama saya Aksara " dia menjulurkan tanganya ke arahku.
Bab 1 1
29/08/2023
Bab 2 2
29/08/2023
Bab 3 3
29/08/2023
Bab 4 4
29/08/2023
Bab 5 5
29/08/2023
Bab 6 6
29/08/2023
Bab 7 7
29/08/2023
Bab 8 8
29/08/2023
Bab 9 9
30/08/2023
Bab 10 10
30/08/2023
Bab 11 11
30/08/2023
Bab 12 12
30/08/2023
Bab 13 13
31/08/2023
Bab 14 14
31/08/2023
Bab 15 15
01/09/2023
Bab 16 16
01/09/2023
Bab 17 17
01/09/2023
Bab 18 18
02/09/2023
Bab 19 19
02/09/2023
Bab 20 20
03/09/2023
Bab 21 21
05/09/2023
Bab 22 22
06/09/2023
Bab 23 23
11/09/2023
Bab 24 24
13/09/2023
Bab 25 25
16/09/2023
Bab 26 26
17/09/2023
Bab 27 27
18/09/2023
Bab 28 28
20/09/2023
Bab 29 29
22/09/2023
Bab 30 30
24/09/2023
Bab 31 31
26/09/2023
Bab 32 32
27/09/2023
Bab 33 33
29/09/2023
Bab 34 34
30/09/2023
Bab 35 35
01/10/2023
Bab 36 36
03/10/2023
Bab 37 37
05/10/2023
Bab 38 38
13/10/2023
Bab 39 39
28/10/2023
Bab 40 40
28/10/2023