Tabir Misteri di Sekolah

Tabir Misteri di Sekolah

YASMIN IMAJI

5.0
Komentar
930
Penayangan
37
Bab

Sebuah misteri masih terselubung di SMA Permadani Putih. Kematian seorang siswi yang sudah di perk*sa dan dibunuh secara sadis satu tahun yang lalu masih tetap terkubur rapat sampai sekarang. Aturan ketat sekolah pun berubah menjadi semaunya sendiri. Mereka semua seolah sedang menutup mata dengan kasus yang ditutup secara tiba-tiba. Akankah Gara mampu untuk membuka tabir misteri kematian adiknya sendiri? Akankah terkuak siapa pelaku yang sebenarnya? Baca cerita lengkapnya, dan jangan lupa follow akun penulisnya ya. 😍😍

Bab 1 Sebuah Hukuman

Jarum jam tepat berada di angka 11.00 saat seorang pemuda berusia 17 tahunan itu masih tetap berdiri dalam posisi hormat di bawah tiang bendera merah putih serta dinaungi oleh panas matahari yang terasa kian menyengat.

Sesekali dia mengusap peluh yang menetes di dahi menggunakan tangan kiri, lalu kembali hormat hingga pukul 11.30 nanti. Di sampingnya, tiga remaja berseragam putih abu-abu pun ikut serta melakukan kegiatan yang sama seperti apa yang dilakukannya karena kesalahan yang sama pula.

Dikelilingi oleh gedung berlantai dua bercat abu-abu kusam, serta genting-genting yang telah berubah menghitam, lelaki yang bertubuh cungkring serta berkulit cukup gelap, tiba-tiba menurunkan tangannya. Namun, dia masih terdiam di sana. Kemudian dalam hitungan detik, tubuhnya berbalik.

"Gara! Apa yang kau lakukan? Masih setengah jam lagi, lanjut sikap hormat!" Lelaki bertubuh gempal serta berseragam cokelat muda dilengkapi pantofel hitam, berteriak dari tepi lapangan.

Remaja bernama Gara Imana Dani itu tak langsung menjawab. Dia memperhatikan banyak siswa berlalu-lalang di koridor kelas, dan satu dua dari mereka terlihat berdiri di lantai dua memperhatikan dia dan teman-temannya yang tengah menjalankan hukuman di bawah. Mungkin segerombolan remaja nakal itu bukan lagi suatu pemandangan menarik, sehingga anak-anak di sekolah tak menjadikan mereka pusat perhatian kala dihukum.

"Bapak sibuk banget menghukum kami cuma karena saya telat tiga menit dan kawan-kawan saya ketahuan main kartu di kelas. Tapi bapak lepasin pelaku kekerasan seksual." Gara berteriak.

Refleks, teman-teman yang tadi masih hormat menurunkan tangannya dan menatap terkejut pada Gara. Bahkan beberapa siswa yang tengah berjalan di sekitar pun langsung menoleh, karena baru saja pulang dari kantin atau hendak mengembalikan buku ke perpus. Mereka dengan cepat memelankan langkah karena pekikan Gara yang terdengar seantero lapangan dan sekitarnya.

Bapak Nawawi selaku guru BP, kemudian mendekat ke arah Gara. Kedua matanya melotot dan memukul pelan pundak Gara. "Siapa yang kamu maksud?" tanya Pak Nawawi.

"Nah itu yang saya maksud, Pak. Bapak terlalu sibuk memburu tikus-tikus di sekolah tapi bapak nggak tahu kalau sekolah udah dimasuki anjing liar," jawab Gara dengan suara yang terdengar begitu lantang.

"Sudah, cepat sana kamu masuk ke dalam kelas! Kerjaanmu cuma bikin gaduh saja di sekolah!" cetus Pak Nawawi yang kemudian pergi meninggalkan Gara dan kawan-kawan.

Remaja setinggi 168 sentimeter itu kemudian pergi meninggalkan lapangan, menyeret langkah menuju kelas yang sebentar lagi akan masuk pelajaran ketiga, yaitu pelajaran sejarah Indonesia.

"Gara!" Suara lelaki terdengar berteriak ketika Gara hendak menaiki anak tangga dan menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Mendengar suara seseorang memanggil namanya, Gara pun membalikkan badannya.

"Lo udah gila? Apa lo nggak salah ngomong tadi? Lo nggak takut, Gar?" Javas Nakahta, remaja kelas XII IPA 1 selaku teman Gara, mengingatkan.

"Kalau lo dipanggil guru BP buat diwawancarai karena blow up kasus ini gimana? Tindakan lo ini udah kelewat batas, Gara," lanjut Javas.

Remaja berseragam lusuh itu justru tertawa mendengar Javas berbicara. Dia lantas menepuk bahu Javas. "Kalau hanya dengan memperhatikan batas-batas cuma bisa nutup-nutupi kasus, mending gue nggak pernah memperhatikan batas yang lo maksud itu, Av. Gue tau gue bodoh, Av, tapi kalau lo diam karena kalau blow up takut reputasi lo hancur, ya udah biar gue yang blow up." Gara tertawa lagi, lalu dia melanjutkan langkah menaiki satu per satu anak tangga menuju kelasnya XII IPS 8 di ujung koridor yang berada di ujung lantai dua.

🍁🍁🍁

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh YASMIN IMAJI

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku