Riana Anastasya terpaksa putus sekolah setelah kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan dua tahun yang lalu. Kini dia tinggal dengan paman dan bibi,adik dari ibunya, dirumah peninggalan orang tua Riana. Awalnya paman dan bibi Riana sangat baik, mereka selalu memanjakan Riana, hingga uang tabungan peninggalan kedua orang tua Riana habis, barulah mereka menunjukkan wajah sebenarnya. Bahkan sertifikat rumah milik Riana juga sudah mereka gadaikan. Riana yang saat itu baru duduk di kelas 2 SMA, terpaksa harus berhenti karena tidak bisa lagi membayar uang ujian kenaikan kelas. Riana sangat sedih saat paman dan bibinya selalu menyuruh dia untuk bekerja mencari uang, mereka tidak mau tau Riana mau bekerja apa saja yang penting bisa menghasilkan uang. Hingga suatu hari, Dona salah seorang anak tetangganya yang bekerja di kota datang, dan menawarkan pekerjaan pada Riana, dengan senang hati Riana menerima pekerjaan tersebut. Namun siapa sangka, pekerjaan yang ditawarkan Dona, membawa dia pada seorang berandal jalanan yang akhirnya menjadi partner Riana untuk melakukan kejahatan yang lebih besar. Bagaimana kah kisah selanjutnya? Dapatkah Riana hidup bahagia? Siapakah berandal jalanan yang melibatkan dia untuk melakukan kejahatan? Yuk baca cerita lengkapnya.
Ampun bik... Ampun... Aku akan mencari uang yang lebih banyak lagi...
Tolong berhenti, sakit bik"teriak Riana dengan suara yang sangat menyayat hati.
Namun bik Rahmi terus saja memukuli Riana dengan tongkat yang terbuat dari rotan sehingga meninggalkan jejak merah di sekujur tubuhnya.
" Sudah berapa kali bibik bilang, kalau kamu belum membawa uang yang cukup banyak, jangan pernah pulang ke rumah ini, dasar anak pembawa sial"teriak bik Rahmi.
Sementara pamannya yang duduk sambil menghisap rokok, tampak santai seakan tidak terjadi apa-apa disana. Rumah mereka yang cukup jauh dari tetangga membuat Rahmi dan suaminya kerap kali menganiaya Riana.
"Sekarang juga kamu keluar dari rumah ini, bawa uang yang banyak baru kamu boleh masuk" Ujar Bik Rahmi sambil mendorong Riana keluar dari rumah.
Sementara Riana yang menggigil karena kelaparan terlihat tak berdaya, dia bahkan terdorong hingga terjerembab diatas tanah.
Saat itu kebetulan Dona anak tetangga mereka yang baru tiba dari kota melihat kejadian itu.
"Riana kamu kenapa? Bik Riana kenapa didorong, kasihan kan dia" Ujar Dona pada Bik Darmi.
"Dona.. Kamu gak usah ikut campur urusan kami, kamu urus saja urusanmu sendiri" Sahut Bik Rahmi.
Bukannya pergi Dona malah mendekat kearah Bik Rahmi. Entah apa yang mereka bicarakan tiba-tiba Bik Rahmi terlihat tersenyum, demikian pun pamannya.
"Oke.. Kalau begitu kamu bisa membawanya pergi" Ujar Bik Rahmi.
"Riana... Cepat kemasi barang-barang mu, ikutlah dengan Dona kekota, biar kamu bisa bekerja disana" Ujar Bik Rahmi.
Riana yang masih menahan perih dibagian kakinya terlihat heran melihat Bik Rahmi yang memintanya pergi kekota bersama Dona. Dia sangat senang jika bisa keluar dari rumah itu, karena selama ini dia selalu saja disiksa oleh Bik Rahmi.
"Ayo Riana, kamu sebaiknya ikut saya aja, daripada disini kamu selalu menerima perlakuan kasar dari bibik mu" Ucap Dona pada Riana.
Riana akhirnya mengikuti ajakan Dona. Saat ini mereka pulang ke rumah Dona hanya sebentar, Dona biasa pulang ke rumah nya sebulan sekali, tapi tidak pernah lama. Hanya untuk melihat keadaan keluarganya yang ada disana, setelah memberikan uang yang cukup banyak, dia akan kembali lagi kekota.
Saat ini kehidupan keluarga Dona cukup lumayan, dia telah membangun rumah yang layak untuk kedua orang tuanya, bahkan adik-adiknya yang dulu sempat putus sekolah, kini telah melanjutkan kembali sekolahnya.
"Riana ayo masuk" Ajak Dona ketika tiba di rumahnya yang tidak jauh dari rumah Riana.
"Aku tau, kamu pasti belum makan, lihatlah betapa kurusnya badan kamu" Ujar Dona sambil memberikan sepiring nasi beserta lauk pada Riana.
Karena dia memang sudah sangat lapar, Riana pun langsung menyantap makanan itu hingga tak menyisakan sebutir nasi pun di piringnya.
"Ayo tambah lagi, nasi sama lauknya masih banyak kok" Ujar Dona.
"Terimakasih banyak mbak, tapi aku udah kenyang" Ujar Riana sambil memegangi perutnya.
Ibu Dona juga menyodorkan kue yang dibawa Dona dari kota pada Riana.
"Nak Riana dimakan kuenya, Dona tiap datang pasti membelikan kue ini untuk kami, kamu juga harus cobaik, rasanya enak" Ujar ibu Dona.
"Iya bu, terimakasih" Ucap Riana sambil mengambil sepotong kue dari atas piring.
Selesai makan, Dona mengajak Riana masuk kedalam kamarnya.
"Kamu udah ada KTP?" tanya Dona sambil duduk di samping ranjang.
"Belum mbak" Jawabku yang masih berdiri diambang pintu.
"Masuk Ria, duduk sini dulu" Ajak Dona sambil menepuk ranjang disebelahnya.
"Usia kamu berapa sih Ria, kok masih belum punya KTP" tanya Dona lagi sambil melirik kearah Riana.
"Bulan depan aku genap delapan belas mbak" Ujar Riana sambil duduk disamping Dona.
"Kalau begitu, kamu seharusnya udah punya KTP, biar nanti mbak yang uruskan ya" ujar Dona sambil membelai rambut Riana.
Riana merasa seakan Dona sangat menyayangi nya, karena dari tadi dia terus membelai rambut Riana yang panjang dan bergelombang.
"Kamu itu sebenarnya sangat cantik loh Ria, cuma kurang berisi aja, nanti biar mbak Dona yang urus kamu kalau kita udah dikota, sekarang sebaiknya kamu mandi dulu sana, pakai aja baju mbak, kebetulan ada baju mbak yang lama tapi masih bagus kok" Ujar Dona sambil membongkar bajunya yang ada didalam lemari.
"Nah ini cocok buat kamu" Ujar Dona sambil memperlihatkan sebuah dress selutut.
"Ya udah Ria, kamu mandi dulu nanti kalo udah siap ganti baju, kita langsung pergi, kebetulan kerjaan mbak itu gak bisa ditinggal lama-lama" ujar Dona sambil menutup kembali pintu lemari yang dibukanya.
Saat ini ada lima baju yang kebetulan pas dibadan Riana, meskipun baju lama, tapi itu jauh lebih bagus dari pada baju milik Riana yang dia kenakan tadi.
Selesai mandi dan berganti pakaian, Riana lalu keluar dari kamar Dona, bagian kakinya yang masih berbekas karena terkena pukulan Bik Rahmi, terlihat seperti zebra berwarna merah.
"Duh kasihan sekali kamu Riana, itu kakimu masih berbekas, pasti bibik mu yang menyiksa kamu ya" tanya mama Dona yang sedang duduk diatas sofa.
Riana hanya menunduk sedih.
"Makanya buk, aku mau bawa Riana kekota agar dia bisa bekerja dan tidak disiksa lagi oleh bibiknya itu" Ujar Dona sambil bangkit dari duduknya.
"Ria ayo kita berangkat sekarang aja, kita gak usah lama-lama lagi ya disini, biar gak terlalu malam sampe di kota" Ajak Dona sambil pamitan kepada kedua orang tuanya.
"Kami permisi dulu ya pak, buk" Ucap Riana sambil mencium tangan kedua orang tua Dona.
Merekapun lalu naik keatas mobil Dona, Riana sangat senang akhirnya dia bisa bebas dari siksaan paman dan bibinya. Diperjalanan, Riana bahkan tertidur sangat lelap. Dona yang ada disamping nya terlihat menyunggingkan senyum kemenangan.
"Ria.. Ria.. Kasian sekali sih kamu" Gumamnya sambil terus mengendalikan laju kendaraannya.
Sesaat kemudian dia menelpon seseorang. Tak lama kemudian telpon pun tersambung.
"Iya mi, aku punya anak baru nih, sekarang kami lagi diperjalanan pulang, maaf ya mi malam ini aku libur dulu, besok malam aku akan membawa anak baru ini sekalian, oke mi.. by" Ujar Dona mengakhiri panggilan.
Setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang, merekapun tiba dikos kosan Dona yang cukup sederhana. Riana yang sudah bangun kini turun dari mobil dan mengikuti Dona masuk kedalam kamar kosnya.
Jam masih menunjukkan pukul 9 malam, Dona lalu memesan makanan lewat gofood. Selesai makan, Dona mengoleskan salep dikaki Riana, dia berharap bekas sabetan itu bisa hilang, sehingga besok malam dia bisa membawa Riana ke tempat kerjanya.
Keesokan harinya, setelah selesai sarapan, Dona mengajak Riana kesebuah salon. Riana sangat senang, seumur-umur dia belum pernah ke salon.
"Ria, kita sebagai perempuan itu harus rajin-rajin perawatan, biar kita disukai banyak laki-laki" Ujar Dona sambil duduk diatas sofa yang disediakan tempat salon.
"Mbak.. Adiknya mau perawatan apa aja" Tanya pegawai salon.
"Semuanya aja ya, mulai dari ujung kaki sampe ujung rambut, itu di bagusin" Ujar Dona pada pegawai salon, karena dia melihat Riana memang sangat kucel, padahal dia sangat cantik.
"Baik mbak" Ujar pegawai salon, mereka memang sudah sangat mengenal Dona, karena itu adalah salon langganan Dona.
"Oh iya Ria, mbak mau keluar sebentar ya, kamu jalani aja semua perawatan nya, semua udah mbak bayar" Ujar Dona sambil bangkit dari duduknya.
"Iya mbak, terimakasih ya mbak, karena udah baik banget sama aku" Ucap Riana merasa terharu.
Pegawai pun mengajak Riana keruangan yang lain, mereka melakukan perawatan badan terlebih dahulu. Saat badannya di massage, Riana bahkan sampai tertidur sangking nyamannya.
Sementara Dona saat ini sedang bernegosiasi dengan maminya.