/0/21824/coverorgin.jpg?v=bf38f2fc2a18bd5b408ddaf505dc4c5f&imageMogr2/format/webp)
Jarum jam tepat berada di angka 11.00 saat seorang pemuda berusia 17 tahunan itu masih tetap berdiri dalam posisi hormat di bawah tiang bendera merah putih serta dinaungi oleh panas matahari yang terasa kian menyengat.
Sesekali dia mengusap peluh yang menetes di dahi menggunakan tangan kiri, lalu kembali hormat hingga pukul 11.30 nanti. Di sampingnya, tiga remaja berseragam putih abu-abu pun ikut serta melakukan kegiatan yang sama seperti apa yang dilakukannya karena kesalahan yang sama pula.
Dikelilingi oleh gedung berlantai dua bercat abu-abu kusam, serta genting-genting yang telah berubah menghitam, lelaki yang bertubuh cungkring serta berkulit cukup gelap, tiba-tiba menurunkan tangannya. Namun, dia masih terdiam di sana. Kemudian dalam hitungan detik, tubuhnya berbalik.
“Gara! Apa yang kau lakukan? Masih setengah jam lagi, lanjut sikap hormat!” Lelaki bertubuh gempal serta berseragam cokelat muda dilengkapi pantofel hitam, berteriak dari tepi lapangan.
Remaja bernama Gara Imana Dani itu tak langsung menjawab. Dia memperhatikan banyak siswa berlalu-lalang di koridor kelas, dan satu dua dari mereka terlihat berdiri di lantai dua memperhatikan dia dan teman-temannya yang tengah menjalankan hukuman di bawah. Mungkin segerombolan remaja nakal itu bukan lagi suatu pemandangan menarik, sehingga anak-anak di sekolah tak menjadikan mereka pusat perhatian kala dihukum.
“Bapak sibuk banget menghukum kami cuma karena saya telat tiga menit dan kawan-kawan saya ketahuan main kartu di kelas. Tapi bapak lepasin pelaku kekerasan seksual.” Gara berteriak.
Refleks, teman-teman yang tadi masih hormat menurunkan tangannya dan menatap terkejut pada Gara. Bahkan beberapa siswa yang tengah berjalan di sekitar pun langsung menoleh, karena baru saja pulang dari kantin atau hendak mengembalikan buku ke perpus. Mereka dengan cepat memelankan langkah karena pekikan Gara yang terdengar seantero lapangan dan sekitarnya.
Bapak Nawawi selaku guru BP, kemudian mendekat ke arah Gara. Kedua matanya melotot dan memukul pelan pundak Gara. “Siapa yang kamu maksud?” tanya Pak Nawawi.
/0/16964/coverorgin.jpg?v=eb6814819fde494123ef246decb8cd40&imageMogr2/format/webp)
/0/19514/coverorgin.jpg?v=8129e08c5be673a953fc32d0071ef17d&imageMogr2/format/webp)
/0/16595/coverorgin.jpg?v=a0048950ffa7f7bd7422162aec0d62b7&imageMogr2/format/webp)
/0/15488/coverorgin.jpg?v=6b65d6e6c727adb06413d5b0aa8a016e&imageMogr2/format/webp)
/0/19709/coverorgin.jpg?v=40145cd571df30ad0ab70bdcc2ad6bfd&imageMogr2/format/webp)
/0/2885/coverorgin.jpg?v=cafedad332189ab41b083664223cdc61&imageMogr2/format/webp)
/0/12395/coverorgin.jpg?v=e0b03d4490be10594b29396cef7fd014&imageMogr2/format/webp)
/0/12461/coverorgin.jpg?v=e89b7f52f9dc96e329a6d4ae69e786e0&imageMogr2/format/webp)
/0/3038/coverorgin.jpg?v=f6843068f7360214f4c2a8c2f0dd0042&imageMogr2/format/webp)
/0/5024/coverorgin.jpg?v=e26c920b2ea5c7f8fd1ffe02ea840d0c&imageMogr2/format/webp)
/0/28415/coverorgin.jpg?v=2cb99dcc5049cf09b586fec522a6249d&imageMogr2/format/webp)
/0/28851/coverorgin.jpg?v=b05270e6ed77606396aac70a51e2be25&imageMogr2/format/webp)
/0/2732/coverorgin.jpg?v=d93b416e2b814e3c302231dfb0dcdb37&imageMogr2/format/webp)
/0/2882/coverorgin.jpg?v=c5168fb598c325be28414762385afce8&imageMogr2/format/webp)
/0/2164/coverorgin.jpg?v=4609f02bc0d1db4396142e2ddfdff2cd&imageMogr2/format/webp)
/0/6504/coverorgin.jpg?v=6b26a02825b31a42353a2e9fe89b2bbf&imageMogr2/format/webp)
/0/3557/coverorgin.jpg?v=a7b0ee68594e276ca163d282ddad4edc&imageMogr2/format/webp)
/0/8424/coverorgin.jpg?v=cd5cd8adce3a1af1e7f6c82974100e25&imageMogr2/format/webp)
/0/4719/coverorgin.jpg?v=fc25b76c1d502f9d28df8a3d710735a0&imageMogr2/format/webp)