BILIK LAIN DI RUMAH SUAMIKU

BILIK LAIN DI RUMAH SUAMIKU

Wafa Farha

3.7
Komentar
3.4K
Penayangan
20
Bab

Aku memanggilnya Mas Yusuf, lelaki itu mencurigakan sejak kakiku menjejak di rumahnya. Ada satu kamar yang selalu terkunci, dan anehnya pria itu suka mengendap-endap di malam hari masuk ke ruangan tersebut membawa makanan dan minuman. Apa yang disembunyikan Mas Yusuf di sana?

Bab 1 SETELAH AKAD NIKAH

Akad nikahku dan Mas Yusuf digelar di rumah kami. Pernikahan yang terjadi tanpa pacaran. Bahkan hanya taaruf sebulan, aku langsung setuju untuk menikah dengannya.

Mataku menyipit, menajamkan penglihatan kala tampak luka seperti bekas cakaran di tangan suamiku. Bekas yang merah kecoklatan itu sebagian tertutup lengan tuxedo yang dikenakannya.

"Dik Hanna," panggil Mas Yusuf yang membuatku terhenyak.

"Ah, ya." Segera kucium punggung tangan lelaki tampanku itu. Saat melihat senyumnya yang menawan segala pertanyaan mengenai bekas cakaran itu menghilang dari pikiran.

Usai acara yang dilangsungkan, Mas Yusuf pamit pada keluarga, akan memboyongku ke rumahnya.

Sepanjang jalan aku tersipu setiap kali melihat ke arah Mas Yusuf dan ternyata pria itu juga menatap ke arahku. Mungkinkah debar jantung yang kurasa Mas Yusuf juga merasakannya?

Sampai di sebuah rumah besar, mobil yang mengantar kami berbelok. Rumah ini tampak sepi. Di depan pintu pria itu mengeluarkan kunci. Apa iya di rumah sebesar ini Mas Yusuf tidak menyewa pembantu? Atau orang bantu-bantu. Hem. Entahlah, barang kali karena sudah malam, para pekerja sudah pulang.

"Em. Maaf, kunci rumah Mas masih manual. Belum sempat mengurus ini, belakangan memang sibuk sekali," ucap pria itu sambil sibuk memasukkan anak kunci.

"Hem. Santai saja, Mas. Aku biasa hidup susah," kelakarku. Pria itu tertawa renyah.

Ya, aku sudah mandiri sejak SMP. Sejak masuk Pesantren segala hal kuurus sendiri, aku bahkan yang mengurus keperluan sebagian santri setelah menjadi senior dan dipercaya ustazah untuk ikut andil di Pesantren.

"Masuklah." Mas Yusuf tersenyum. Wajahnya makin bersinar saat kuamati lengkungan di bibir itu untuk kali pertama.

Ini juga pertama kali aku menjejakkan kaki di rumah pria yang baru menghalalkanku.

Satu-persatu ruangan di lantai satu diperlihatkan padaku hingga kami naik ke lantai dua. Pria itu memperlihatkan kamar kami yang besar. Namun, sebelum masuk mataku tak sengaja menangkap bayangan pintu di ujung lorong. Gelap. Tak ada jendela atau penerangan di sana.

"Itu ... juga kamar?" tanyaku ragu.

Seketika Mas Yusuf menoleh melihat ruang yang kutunjuk.

"Ehm. Itu hanya gudang," jawabnya tampak gelagapan.

Gudang? Kenapa letaknya di lantai dua? Tak masuk akal. Dan yang membuatku heran ada apa dengan ekspresi itu? Apa dia menyimpan seorang gundik di sana? Apa dia menyimpan monster?

"Sudah, masuklah. Ini malam pertama kita jadi ...."

Aku yang sebelumnya sempat curiga, sontak tersenyum melihat ekspresi malu-malu di wajahnya. Kami canggung. Karena sedari awal perkenalan, ta'aruf sebulan tanpa pertemuan dan interaksi intens, akad segera digelar.

Kami pun masuk. Hatiku semakin berdebar karena ini kali pertama memasuki kamar seorang pria dan melakukan hal yang memang hanya boleh dilakukan pria dan wanita yang telah halal.

"Kita sholat taubat dulu, ya?"

"Hem, sholat taubat?" Mataku melebar.

"Hem, bisa jadi banyak sekali dosa yang sudah kita perbuat sebelum pernikahan ini."

"Ah, ya." Aku menuruti kemauan Mas Yusuf. Tak salah keluargaku menyetujuinya sebagai imamku. Dia pria sholeh dan teliti terhadap amaliyahnya.

Mas Yusuf mengajak sholat dan mendoakanku.

Lelaki itu memuji kecantikanku. Mas Yusuf bertindak seolah sangat menginginkanku sebagai seorang wanita, akan tetapi pria itu memutuskan di tengah-tengah. Saat di mana aku sangat menginginkan menjadi wanita seutuhnya lantaran bisa melayani suaminya.

"Maaf, Dik. Mas letih. Kita kerjakan lain kali saja, ya," ucapnya sambil memijit tengkuk.

Aku yang kecewa mengangguk lemah. Tentu saja tak mungkin sebagai seorang wanita aku menyerangnya duluan. Itu memalukan. Kami pun akhirnya tertidur. Dengan perasaanku yang penuh kedongkolan tentunya.

____________

Tengah malam aku terbangun seperti biasa. Untuk buang air dan membasahi kerongkongan karena haus. Entah, apa sebabnya aku tak bisa jauh-jauh dari air putih. Barangkali hanya karena aktifitas yang kujadikan rutinitas, hingga tak sadar jadi kebiasaan dan merasa aneh jika tidak melakukannya.

Itu juga yang membuatku bisa terbangun beberapa kali saat malam, guna mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dalam bentuk air seni.

Kuraih botol yang kusiapkan di nakas. Setelah minum, aku baru sadar Mas Yusuf tak ada di sampingku.

Ke mana dia? Kamar mandi? Tak mungkin. Karena pintu kamar mandi terbuka dan tak ada suara apa pun dari sana.

Kupegangi perut karena tak tahan lagi menahan pipis. Padahal ada keinginan mencari Mas Yusuf, tapi biarlah kubuang dulu hal yang sangat mengganggu ini.

Begitu keluar dari kamar mandi, Mas Yusuf masih belum kembali ke ranjangnya. Penasaran aku pun memutuskan untuk keluar. Barangkali dia sedang kelaparan dan tengah berada di dapur. Atau sedang menonton bola? Apa dia seorang bola maniak? Ah entah. Lebih baik aku langsung memeriksa sendiri.

Namun, baru membuka pintu langkahku terhenti kala melihat sesosok bayangan masuk ke dalam ruangan di ujung koridor yang gelap.

Dari kejauhan aku bisa melihat dia tengah membawa nampan dengan gelas dan piring di atasnya.

Mataku semakin menyipit. Menajamkan pandangan untuk memindai keberadaan sosok itu. Apa itu Mas Yusuf suamiku? Jika iya, apa yang dilakukan tengah malam begini di dalam ruangan yang katanya adalah gudang? Apa ini ada kaitannya dengan penolakannya tadi? Jangan-jangan dia penganut ilmi hitam dan aku adalah tumbal pengantinnya?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Wafa Farha

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku