/0/19910/coverorgin.jpg?v=0b94ad33c6c25cace4d10e28932213a4&imageMogr2/format/webp)
POV BAGAS
[Sayang, jangan lupa kita akan bertemu hari ini, soalnya aku rindu dan sudah pesan hotel yang paling bagus untuk kita berdua agar kita bisa menikmatinya dengan sangat romantis?] Pesan tersebut aku kirim kepada wanita yang selama ini selalu mengisi hari-hariku yang sepi. Dzakira. Entah kenapa ketika menyebut namanya hatiku berbunga, apalagi ketika memandang lekuk tubuhnya yang indah membuatku selalu ingin menyentuh tubuhnya. Berbeda dengan Amira--istriku, entah kenapa aku merasa jijik jika bertatap muka dengannya, apalagi menyentuhnya. Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir menyentuh Amira.
Setiap merasa kesepian, aku selalu meminta Dzakira, tentunya aku harus merogoh kocek yang lumayan agar mendapatkan kepuasan darinya. Tentunya Amira tidak mengetahui bahwa aku sudah menduakannya. Lagipula, ini salahnya yang tak mampu melayaniku.
Bayangan terlukis di pikiran, hingga tak terduga, pesan yang barusaja kukurim ke nomernya berhasil terbaca olehnya.
[Siap, Sayang. Sekarang juga aku akan bersiap-siap untuk menemuimu, karena aku juga sangat merindukanmu.] Balasnya, bibirku langsung tersenyum ketika membaca pesan darinya.
[Aku akan menjemputmu di tempat biasa agar Amira tidak mengetahui bahwa aku akan pergi bersamamu. Lagipula bosan di rumah, setiap hari hanya melihat istriku yang lumpuh yang sama sekali tidak bisa melayaniku.] Pesan kembali kukirim. Kondisi Amira memang saat ini tengah lumpuh karena kecelakaan yang sebelumnya pernah ia alami. Oleh sebab itu, Amira tidak mampu melayaniku.
[Sudah tahu istrimu lumpuh, tapi masih saja bertahan, lebih baik segera kamu ceraikan dia. Aku ingin menjadi istrimu satu-satunya.] Balas Dzakira. Aku menghela nafas membaca balasan pesan darinya. Sejak awal menikah, aku memang ingin secepatnya bercerai dari Amira, namun ia adalah sumber ATM berjalanku. Bagaimana mungkin aku menceraikannya?
[Aku akan menceraikan istriku, tapi nanti tunggu waktu yang tepat supaya hartanya jatuh ke tanganku dan setelah itu kita menikah dan hidup bahagia.] Janjiku pada Dzakira.
Setelah mengirim pesan kepada Dzakira, aku langsung pergi meninggalkan rumah dengan mengendarai kendaraan roda empat. Untung saja sesaat aku pergi, Amira tengah tertidur pulas jadi aku bisa pergi tanpa sepengetahuannya.
Dari kejauhan, terlihat seorang wanita cantik berdiri sembari memainkan ponsel yang dia pegang. Dengan perlahan, aku memarkirkan mobil dihadapannya, lalu keluar dan menyapa wanita yang tak lain adalah Dzakira. Kami berpelukan erat dan saling melempar senyum. Setelah itu, kami berdua langsung masuk ke dalam mobil dan menuju hotel. Orang-orang yang berlalu lalang di sekitar melihat kami dan menganggap bahwa kami adalah sepasang kekasih, kami pun sama sekali tidak memperdulikan mereka.
Saat ini, aku merasa beruntung memiliki kekasih seperti Dzakira. Dia sangat cantik, memiliki rambut panjang berwarna cokelat. Tubuhnya yang langsing, serta kulitnya yang putih membuat siapapun pastinya akan terpana dengan kecantikan Dzakira dan tentunya aku merasa bahagia, apalagi Dzakira selalu memberikan kepuasan batin yang sama sekali tak bisa aku dapatkan dari Amira-istriku.
Amira seakan-akan tidak menyadari bahwa aku menginginkan kepuasan, ia seperti wanita bodoh. Padahal sesungguhnya, aku adalah laki-laki yang butuh belaian seorang perempuan, oleh sebab itu aku memutuskan menjalin hubungan gelap dengan Dzakira selama ini tanpa Amira sadari.
Sebenarnya sejak dari dulu aku sangat ingin sekali menceraikan Amira, akan tetapi dia mempunyai harta yang tak ternilai jumlahnya. Bagaimana tidak, Amira anak dari seorang pengusaha sukses yang usahanya telah terkenal ke manca negera. Itu sebabnya aku bertahan.
Selang beberapa saat, akhirnya kami sudah sampai di depan hotel, seperti biasa kami menuju resepsionis untuk melunasi sisa pembayaran yang tadi malam belum dilunasi dan akan menyewa selama satu minggu.
/0/16212/coverorgin.jpg?v=65d19d6cc8fd19ff0990ac7a6a74b941&imageMogr2/format/webp)
/0/22847/coverorgin.jpg?v=ab41c27c6f894b1bf6eab8aaae88001f&imageMogr2/format/webp)
/0/12754/coverorgin.jpg?v=e6ce11975e25da3381ac05989a07a327&imageMogr2/format/webp)
/0/19053/coverorgin.jpg?v=c89c07f10c79a12901a42e5cc532728f&imageMogr2/format/webp)
/0/23477/coverorgin.jpg?v=16c366866a1eb2f8fb708d159c225dc8&imageMogr2/format/webp)
/0/22378/coverorgin.jpg?v=a48f534805993d32d1d3763df62aec52&imageMogr2/format/webp)
/0/16913/coverorgin.jpg?v=f78a9497cddd1f29b8744868d0fee469&imageMogr2/format/webp)
/0/14219/coverorgin.jpg?v=8878ad0ff1d33473662b6fca0834fa9e&imageMogr2/format/webp)
/0/27822/coverorgin.jpg?v=d0c4aa7d09e40a316dbe77d71f114b37&imageMogr2/format/webp)
/0/29031/coverorgin.jpg?v=00208c5b2509ded226403ee5c6c3c406&imageMogr2/format/webp)
/0/14438/coverorgin.jpg?v=a4f46e397dec914a0ea98344326e2e3e&imageMogr2/format/webp)
/0/23033/coverorgin.jpg?v=d39b0b01ac4a4d64adb29c1dc0986f3c&imageMogr2/format/webp)
/0/5753/coverorgin.jpg?v=fa2c227f29af7072ec86407faa489324&imageMogr2/format/webp)
/0/21236/coverorgin.jpg?v=39d2d12763a5371b77bafcc2fa43782d&imageMogr2/format/webp)
/0/2672/coverorgin.jpg?v=bd94ef8ec323b9ec044bb4afed21313f&imageMogr2/format/webp)
/0/27009/coverorgin.jpg?v=ca131d9dd77d0d922f63529aff22081b&imageMogr2/format/webp)
/0/21572/coverorgin.jpg?v=3a807ab91c98487d10183047ec65e63d&imageMogr2/format/webp)
/0/30896/coverorgin.jpg?v=a5f09cf72c7852bfe4169eef584d31bc&imageMogr2/format/webp)