Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Membalas Pengkhianatan Mantanku

Membalas Pengkhianatan Mantanku

Moonlight

5.0
Komentar
222
Penayangan
5
Bab

Cinta yang begitu tulus dibalas dengan pengkhianatan dan penghinaan. Clarissa seorang perempuan yang telah merasakan kepahitan itu memilih untuk mengakhiri hidupnya karena semuanya telah berakhir sia-sia. Namun siapa sangka? Keputusan itu menghadirkan seorang laki-laki yang mengajarkannya, bagaimana dicintai secara tulusnya. Dia, Lucas seorang laki-laki yang bisa membuatnya merasakan, apa itu cinta.

Bab 1 Kejutan Tidak Terduga

Clarissa berjalan dengan penuh semangat begitu dia mendengar kabar bahwa kekasihnya telah kembali dari luar kota. Clarissa bahkan tidak mempedulikan penampilannya yang terlihat berantakan, wajahnya yang terlihat kusam dan rambut yang tidak beraturan.

"Hari yang aku tunggu akhirnya telah tiba. Aku akan memberikan sebuah kejutan yang pasti disukai oleh Ciko," ucap Clarissa sembari terus berjalan.

Sesampainya Clarissa di depan unit apartemen milik kekasihnya. Clarissa langsung masuk begitu saja ke dalam apartemen karena sudah 4 tahun lamanya hubungan Clarissa dan sang kekasih terjalin. Maka dari itu, Clarissa sudah terbiasa keluar masuk apartemen milik kekasihnya tersebut.

Namun Clarissa mengernyitkan dahinya heran melihat ada beberapa pakaian yang tergelatak. Clarissa pun mengambil pakaian yang ada di dekatnya.

"Mengapa ada pakaian perempuan berserakan di sini?" tanya Clarissa keheranan.

Karena tidak mau berpikiran negatif. Clarissa tidak lagi berpikir dan segera meletakkan kembali pakaian perempuan itu di lantai begitu saja.

Lalu Clarissa berjalan mendekat ke arah pintu kamar berharap menemukan kekasihnya di sana, tetapi saat Clarissa akan membuka pintu. Clarissa mendengar suara mesra dari balik kamar.

Clarissa mulai memikirkan hal aneh di kepalanya bahkan Clarissa dengan cepat melihat ke arah belakang karena hal aneh itu pasti berkaitan dengan beberapa pakaian berserakan yang tadi dia lihat sebelumnya.

"Pasti pemikiran aku sedang bermasalah. Ya, itu sudah pasti," gumam Clarissa meyakinkan dirinya sendiri.

Namun suara mesra yang sebelumnya Clarissa dengar, saat ini semakin terdengar kencang membuat detak jantung Clarissa semakin berdebar sebab keyakinan Clarissa mulai goyah.

Dengan tangan yang bergetar Clarissa membuka pintu kamar karena walaupun Clarissa terus meyakinkan dirinya bahwa kekasihnya tidak akan melakukan hal aneh, Clarissa tetap harus memastikannya.

Perlahan Clarissa mendorong pintu tersebut sampai pintu kamar itu terbuka. Namun sayang, keyakinan Clarissa tentang kekasihnya yang tidak akan berbuat aneh seketika meluruh, begitu melihat kekasihnya berada di atas tempat tidur dengan perempuan yang saat ini ada di bawahnya, tetapi tidak hanya itu, Clarissa melihat kedua orang itu tidak memakai sehelai pakaian sedikitpun.

"Ciko tidak mungkin melakukan ini kepadaku. Aku pasti salah melihat ini," gumam Clarissa sembari mengucek kedua matanya berharap penglihatannya sedang bermasalah.

Namun makin Clarissa mengucek kedua matanya. Pemandangan itu tidak kunjung menghilang. Justru pemandangan itu kian terlihat jelas yang mana membuat Clarissa jadi terpaku tidak berdaya.

"Tidak mungkin Ciko melakukan hal ini. Ciko pasti bercanda," gumam Clarissa meyakinkan dirinya.

Namun saat Clarissa sedang terpaku meyakinkan dirinya sendiri. Ciko yang telah terganggu aktifitas panasnya oleh Clarissa segera beranjak dari posisinya. Ciko lalu menarik selimut dan memakainya ke tubuh selingkuhannya. Tidak lupa Ciko juga mengecup bibir selingkuhannya dengan mesra.

"Tunggu sebentar. Aku akan menyelesaikan ini semua," ucap Ciko sebelum akhirnya bangun dan segera memakai celananya yang memang berada di samping tempat tidur.

Clarissa yang tidak pernah melihat pemandangan tubuh seseorang sontak memalingkan wajahnya. Namun Ciko yang melihat itu hanya bisa mendengus sebal dan berjalan mendekat ke arah Clarissa.

"Untuk apa kamu datang ke apartemenku?" tanya Ciko.

Clarissa yang mendengar pertanyaan tersebut segera melihat ke arah Ciko dengan tatapan tidak percaya. "Seharusnya kamu jelaskan maksud dari semua ini! Bukannya justru kamu bertanya seolah kamu tidak melakukan kesalahan!" seru Clarissa.

Ciko menaikkan alisnya. "Kesalahan? Kesalahan apa yang telah aku lakukan?"

Clarissa benar-benar dibuat tidak habis pikir dengan Ciko. Clarissa dengan cepat mengambil tangan kekasihnya dan menggenggamnya dengan erat berharap Ciko bisa menjelaskan apa yang telah Clarissa lihat.

Ciko awalnya sedikit terpaku karena Clarissa yang tidak pernah mau menyentuhnya lebih dulu, kini justru menggenggamnya dengan erat, tetapi tidak lama, karena Ciko segera menghempaskan tangan Clarissa dengan keras.

Clarissa sontak sedikit terhuyung ke belakang. Namun beruntungnya, dia masih bisa menjaga keseimbangan. Dengan hati yang sakit, Clarissa kembali menatap ke arah Ciko dengan tatapan yang terluka.

"Kenapa kamu tidur bersamanya?" tanya Clarissa.

"Dia kekasihku," balas Ciko dengan cepat.

Clarissa melebarkan kedua matanya. "Aku lah kekasih kamu Ciko. Bukan dia!" ucap Clarissa sembari menunjuk ke arah perempuan yang sedari tadi memperhatikan dirinya sembari tersenyum kecil.

"Jangan menunjuk Cika seperti itu Clarissa! Dia juga temanmu!" teriak Ciko dengan suara keras.

Clarissa yang baru pertama kali diteriaki oleh Ciko awalnya terpaku, tetapi tidak lama, Clarissa melihat tajam ke arah Cika yang notabennya adalah teman dekat dirinya. Lalu Clarissa tertawa dengan suara yang sangat kencang.

Karena Clarissa benar-benar merasa bodoh karena Clarisaa tidak menyangka bahwa kekasih dan teman dekatnya bisa bermain di belakangnya seperti saat ini, bahkan bermain dengan level yang luar biasa.

Tiba-tiba Clarissa teringat bahwa ternyata, firasat yang selama ini dia rasakan nyatanya benar. Beberapa bulan ke belakang, Clarissa memang selalu merasa ada yang aneh dengan tingkah Ciko dan Cika. Tetapi Clarissa berusaha menepis firasat tersebut.

Clarissa yang memikirkan itu semua makin mengencangkan tawanya. Sampai tiba-tiba entah apa yang merasuki Ciko, Ciko tiba-tiba menampar bagian pipi Clarissa dengan sangat keras.

Plakk.

Tawa keras Clarissa sontak terhenti begitu dia merasa tamparan yang terasa sangat menyakitkan, bahkan Clarissa merasa darah mulai keluar dari sela bibirnya. Dengan perlahan Clarissa melihat ke arah Ciko sembari tersenyum kecil.

Ciko yang merasa tingkah Clarissa semakin aneh setelah dia menamparnya segera menarik Clarissa dengan keras pun dengan cepat berseru, "Jangan tertawa lalu tersenyum kepadaku seperti orang gila!"

Clarissa hanya diam sembari tetap tersenyum kecil karena hanya itulah yang bisa dia lakukan agar hatinya tidak semakin sakit. Clarissa merasa dengan dia tetap tersenyum, Clarissa akan baik-baik saja.

Namun nyatanya karena Clarissa terus tersenyum membuat Ciko semakin kesal karena yang dia harapkan adalah Clarisaa akan menangis dan memohon kepadanya seperti yang biasa Clarissa lakukan ketika dia melakukan kesalahan.

Lalu Ciko tersenyum kecil begitu memikirkan hal yang akan membuat Clarissa kembali memohon agar Ciko tidak melakukan kesalahan lagi kepadanya. Ciko segera menghempaskan tubuh Clarissa.

"Aku mau kita putus," ucap Ciko.

Clarissa melunturkan senyumannya dan menatap Ciko. "Kenapa kamu mau kita putus?"

Bukannya Ciko yang menjawab pertanyaan Clarissa. Cika lah yang justru menjawab dengan tawa kecil mengejek, "Sudah jelas Ciko ingin memutuskan hubungan kalian. Kamu itu kusam, badan kamu tidak terawat, dan tingkah kamu tidak elegan. Ya intinya kamu itu jelek."

Clarissa reflek menatap ke arah Ciko dengan tatapan meminta penjelasan. "Apakah benar?"

Ciko tentu saja menganggukkan kepalanya karena selain Clarissa tidak mau melakukan skinship selain berpegangan tangan. Ciko juga merasa Clarissa semakin terlihat jelek. Padahal saat di masa SMA, di mana mereka berdua mulai berpacaran. Clarissa adalah perempuan tercantik di sekolah mereka. Bahkan Ciko digadang-gadang sebagai laki-laki paling beruntung karena bisa mendapatkan Clarissa yang memang sangat sulit untuk ditaklukkan.

Clarissa yang melihat anggukan tersebut jadi menghela nafasnya karena memang perkataan Cika benar adanya.

"Apakah kamu tahu? Wajahku kusam dan badanku yang tidak terawat ini karena aku yang terlalu sibuk mengurus kamu," ucap Clarissa.

Ciko menaikkan alisnya. "Aku tidak pernah meminta agar kamu mengurusi aku sampai kamu tidak merawat diri kamu sendiri."

Clarissa terdiam karena Ciko memang tidak memintanya mengurusinya, tetapi Ciko selalu bersikap manja dan meminta ini dan itu yang mana membuat Clarissa tidak bisa memiliki waktu untuk dirinya sendiri.

Cika terkekeh geli melihat ekspresi Clarissa. "Perempuan bodoh. Lelaki itu akan pergi ketika kamu tidak lagi terlihat menarik."

Clarissa tidak memikirkan itu semua. Clarissa saat ini tidak tahu harus menyalahkan kekasihnya yang telah berselingkuh atau menyalahkan dirinya, karena tidak merawat dirinya sendiri yang mana membuat kekasihnya tergoda oleh perempuan lain.

Clarisa lalu melihat ke arah kotak kecil yang sedari tadi ada di tangannya dan mengadahkan kepalanya ke atas berharap dia tidak menangis di hadapan Ciko yang saat ini telah kembali berada di atas tempat tidur, tepatnya di samping Cika.

"Rupanya bukan aku yang memberikannya kejutan, tetapi akulah yang diberi kejutan olehnya," gumam Clarissa.

Saat Cika akan mencium Ciko. Ciko lebih dulu menghentikan Cika sebelum akhirnya melihat ke arah Clarissa dengan tatapan tajam. Lalu dia bertanya, "Untuk apa kamu masih ada di sini? Kamu ingin melihat aku bermesraan dengan kekasihku lebih jauh lagi?"

Clarissa yang mendengar itu segera mendongakan kepalanya ke atas dan tanpa menunggu waktu yang lama, Clarissa segera berjalan keluar dari unit apartemen Ciko yang kini telah resmi menjadi mantan kekasih seorang Clarissa.

Tanpa Clarissa tahu, Ciko sedang melihat kearahnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan dan Cika yang sedang tersenyum mengejek saat melihat ekspresi wajah Clarissa sebab dia tahu Clarissa sedang menahan segala rasa sakit yang dia rasakan dan bersikap bahwa dia baik-baik saja di depan mereka.

Clarissa terus berjalan menuju halte bus dengan air mata yang mengalir deras sebab Clarissa merasa semua cinta tulus, pengorbanan, bahkan hidupnya telah berakhir sia-sia.

"Apakah aku harus mengakhiri hidupku yang sial ini?" tanya Clarissa saat melihat banyaknya mobil yang berlalu-lalang di jalanan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku