Amira, perempuan 26 tahun mengetahui perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya yang bernama Bagas. Dia bermaksud merencanakan untuk membalaskan dendam pada suaminya yang telah tega berkhianat. Amira tak menyangka kesetiaannya malah dibalas perselingkuhan, padahal apapun keinginan duaminya selalu dia turuti tanpa terkecuali. Mampukah Amira bertahan, Pembalasan apa yang akan dilakukan oleh Amira pada Bagas? Follow IG : @alvinaapriyantie
POV BAGAS
[Sayang, jangan lupa kita akan bertemu hari ini, soalnya aku rindu dan sudah pesan hotel yang paling bagus untuk kita berdua agar kita bisa menikmatinya dengan sangat romantis?] Pesan tersebut aku kirim kepada wanita yang selama ini selalu mengisi hari-hariku yang sepi. Dzakira. Entah kenapa ketika menyebut namanya hatiku berbunga, apalagi ketika memandang lekuk tubuhnya yang indah membuatku selalu ingin menyentuh tubuhnya. Berbeda dengan Amira--istriku, entah kenapa aku merasa jijik jika bertatap muka dengannya, apalagi menyentuhnya. Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir menyentuh Amira.
Setiap merasa kesepian, aku selalu meminta Dzakira, tentunya aku harus merogoh kocek yang lumayan agar mendapatkan kepuasan darinya. Tentunya Amira tidak mengetahui bahwa aku sudah menduakannya. Lagipula, ini salahnya yang tak mampu melayaniku.
Bayangan terlukis di pikiran, hingga tak terduga, pesan yang barusaja kukurim ke nomernya berhasil terbaca olehnya.
[Siap, Sayang. Sekarang juga aku akan bersiap-siap untuk menemuimu, karena aku juga sangat merindukanmu.] Balasnya, bibirku langsung tersenyum ketika membaca pesan darinya.
[Aku akan menjemputmu di tempat biasa agar Amira tidak mengetahui bahwa aku akan pergi bersamamu. Lagipula bosan di rumah, setiap hari hanya melihat istriku yang lumpuh yang sama sekali tidak bisa melayaniku.] Pesan kembali kukirim. Kondisi Amira memang saat ini tengah lumpuh karena kecelakaan yang sebelumnya pernah ia alami. Oleh sebab itu, Amira tidak mampu melayaniku.
[Sudah tahu istrimu lumpuh, tapi masih saja bertahan, lebih baik segera kamu ceraikan dia. Aku ingin menjadi istrimu satu-satunya.] Balas Dzakira. Aku menghela nafas membaca balasan pesan darinya. Sejak awal menikah, aku memang ingin secepatnya bercerai dari Amira, namun ia adalah sumber ATM berjalanku. Bagaimana mungkin aku menceraikannya?
[Aku akan menceraikan istriku, tapi nanti tunggu waktu yang tepat supaya hartanya jatuh ke tanganku dan setelah itu kita menikah dan hidup bahagia.] Janjiku pada Dzakira.
Setelah mengirim pesan kepada Dzakira, aku langsung pergi meninggalkan rumah dengan mengendarai kendaraan roda empat. Untung saja sesaat aku pergi, Amira tengah tertidur pulas jadi aku bisa pergi tanpa sepengetahuannya.
Dari kejauhan, terlihat seorang wanita cantik berdiri sembari memainkan ponsel yang dia pegang. Dengan perlahan, aku memarkirkan mobil dihadapannya, lalu keluar dan menyapa wanita yang tak lain adalah Dzakira. Kami berpelukan erat dan saling melempar senyum. Setelah itu, kami berdua langsung masuk ke dalam mobil dan menuju hotel. Orang-orang yang berlalu lalang di sekitar melihat kami dan menganggap bahwa kami adalah sepasang kekasih, kami pun sama sekali tidak memperdulikan mereka.
Saat ini, aku merasa beruntung memiliki kekasih seperti Dzakira. Dia sangat cantik, memiliki rambut panjang berwarna cokelat. Tubuhnya yang langsing, serta kulitnya yang putih membuat siapapun pastinya akan terpana dengan kecantikan Dzakira dan tentunya aku merasa bahagia, apalagi Dzakira selalu memberikan kepuasan batin yang sama sekali tak bisa aku dapatkan dari Amira-istriku.
Amira seakan-akan tidak menyadari bahwa aku menginginkan kepuasan, ia seperti wanita bodoh. Padahal sesungguhnya, aku adalah laki-laki yang butuh belaian seorang perempuan, oleh sebab itu aku memutuskan menjalin hubungan gelap dengan Dzakira selama ini tanpa Amira sadari.
Sebenarnya sejak dari dulu aku sangat ingin sekali menceraikan Amira, akan tetapi dia mempunyai harta yang tak ternilai jumlahnya. Bagaimana tidak, Amira anak dari seorang pengusaha sukses yang usahanya telah terkenal ke manca negera. Itu sebabnya aku bertahan.
Selang beberapa saat, akhirnya kami sudah sampai di depan hotel, seperti biasa kami menuju resepsionis untuk melunasi sisa pembayaran yang tadi malam belum dilunasi dan akan menyewa selama satu minggu.
''Permisi Mbak, saya mau melunasi pembayaran tadi malam untuk kamar VIP nomer 191,'' ucapku pada resepsionis wanita.
''Sebelumnya kami memohon maaf Pak, kami memutuskan untuk tidak menerima tamu, sebab semua kamar sudah terisi penuh dan saya akan mengembalikan uang yang sebelumnya sudah dibayar,'' ujar resepsionis, aku yang mendengar sangat terkejut.
''Bukankah kemarin bilang banyak kamar yang kosong, tapi kenapa pagi ini sudah terisi penuh?'' ucapku heran.
''Mohon maaf Pak, ini adalah kelalain saya yang tidak mengecek terlebih dahulu data tamu.''
Aku menghela nafas mendengar penjelasan resepsionis. Entah kenapa, aku merasa heran dengan pelayanan di hotel ini. Kemudian aku menatap wajah Dzakira yang terlihat kesal.
''Lebih baik kita cari hotel yang lain saja ya, Sayang?'' ucapku mengajak untuk mencari hotel yang lain.
''Tidak mau! Pokoknya aku mau hotel ini, aku tidak mau hotel di tempat lain,'' rengek Dzakira. Perasaanku amat kecewa mendengar ucapannya yang tak mau mengalah.
''Kalau begitu, saya akan membayar mahal satu kamar hanya untuk satu hari, apakah bisa?'' ucapku meminta sembari mengulurkan kartu debit ATM berwarna hitam. Terlihat, resepsionis yang ada di hadapanku nampak berfikir.
''Baiklah, kalau untuk satu hari, tidak masalah kami akan membantu. Silahkan melakukan pembayaran sebesar empat puluh juta rupiah, ini tolong di isi PIN-nya,'' ujarnya sambil menyerahkan mesin ATM kecil. Aku pun langsung menekan pin ATM enam digit untuk menyelesaikan pembayaran. Ketika mendengar nominal harga kamar, aku sangat terkejut, namun, demi bisa merasakan kembali tubuh Dzakira aku pasti akan merelakan uang sebanyak itu, toh ini uang Amira, bukan uangku.
''Mohon maaf Pak, PIN salah,'' jelasnya, keningku mengerut mendengar penjelasannya. Tanpa fikir panjang, aku segera menekan kembali enam digit. Akan tetapi masih saja salah, aku heran sebab kejadian salah pin bukan yang pertama kalinya.
''Sayang, atmku sedang dalam masalah, untuk kali ini, kamu yang bayar ya, nanti aku akan ganti secepatnya,'' pintaku pada Dzakira memohon. Seketika raut wajahnya memerah menahan penuh amarah.
''Apa?''
_______
Bab 1 NAFSU
04/01/2024
Bab 2 Siapa yang mengirim pesan
04/01/2024
Bab 3 Ternyata
04/01/2024
Bab 4 Penyesalan
04/01/2024
Bab 5 Syarat permintaan Bagas
04/01/2024
Bab 6 Kejutan
04/01/2024
Bab 7 Sebuah foto bukti
04/01/2024
Bab 8 Sandiwara
04/01/2024
Bab 9 Sumpah Demi Allah
04/01/2024
Bab 10 Sakit!
04/01/2024
Bab 11 Sahabat segalanya
14/01/2024
Bab 12 Punya selingkuh orang arab
14/01/2024
Bab 13 Karma tabur tuai
14/01/2024
Bab 14 Hati batu
16/01/2024
Bab 15 Dua garis tespeck
16/01/2024
Bab 16 Berniat aborsi
16/01/2024
Bab 17 Siapa laki-laki itu
16/01/2024
Bab 18 Berniat melarikan diri
16/01/2024
Bab 19 Tangisan dzakira
16/01/2024
Bab 20 Ternyata Bayu
16/01/2024
Bab 21 Amarah dan tangisan Bagas
17/01/2024
Bab 22 Tangisan
25/01/2024
Bab 23 Kelahiran buah hati
25/01/2024
Buku lain oleh Alvina Apriyanti
Selebihnya