/0/15547/coverorgin.jpg?v=c919da9d1068f2a65413c2b878183c94&imageMogr2/format/webp)
Aku sedang hamil empat bulan, seorang fotografer yang bersemangat menyambut masa depan kami, menghadiri sebuah acara syukuran bayi yang mewah.
Lalu aku melihatnya, suamiku Baskara, bersama wanita lain, dan seorang bayi yang baru lahir diperkenalkan sebagai "putranya".
Duniaku hancur lebur saat gelombang pengkhianatan menerpaku, diperparah oleh ucapan Baskara yang meremehkan dan menyebutku "terlalu emosional".
Selingkuhannya, Serena, menghinaku, mengungkapkan bahwa Baskara telah menceritakan komplikasi kehamilanku padanya, lalu menamparku, menyebabkan kram perut yang mengerikan.
Baskara membelanya, mempermalukanku di depan umum, menuntutku untuk meninggalkan pesta "mereka", sementara sebuah akun gosip sosialita sudah memajang foto mereka sebagai "keluarga idaman".
Dia sangat yakin aku akan kembali, menerima kehidupan gandanya, mengatakan pada teman-temannya bahwa aku "dramatis" tapi akan "selalu kembali".
Kelancangan itu, kekejaman yang terencana dari tipu muslihatnya, dan kebencian Serena yang sedingin es, menyulut amarah beku yang nyaris tak kukenali dalam diriku.
Bagaimana bisa aku begitu buta, begitu percaya pada pria yang telah memanipulasi mentalku selama berbulan-bulan sambil membangun keluarga kedua?
Tapi di atas karpet tebal kantor pengacara itu, saat dia memunggungiku, sebuah tekad baru yang tak terpatahkan mengeras dalam diriku.
Mereka pikir aku hancur, bisa dibuang, mudah dimanipulasi – seorang istri "pengertian" yang akan menerima perpisahan palsu.
Mereka tidak tahu bahwa penerimaanku yang tenang bukanlah penyerahan diri; itu adalah strategi, sebuah janji dalam hati untuk menghancurkan semua yang dia sayangi.
Aku tidak akan bisa diatur; aku tidak akan mau mengerti; aku akan mengakhiri ini, dan memastikan sandiwara keluarga sempurna mereka hancur menjadi debu.
Bab 1
Rasa dingin yang mencekam di perutku adalah perasaan yang akrab, yang sudah terlalu sering kuabaikan.
Tapi tidak hari ini.
Tidak setelah apa yang kulihat.
Tanganku gemetar saat menelepon Eliza, ibuku.
Telepon baru berdering dua kali sebelum dia menjawab, suaranya tenang, sangat kontras dengan kekacauan di dalam diriku.
"Livi? Ada apa? Suaramu terdengar parah sekali."
"Ma," ucapku tercekat, kata itu terasa seperti gumpalan yang menyakitkan di tenggorokanku. "Ini Baskara."
Hening di seberang sana, tapi bukan keheningan yang kosong. Itu adalah keheningan orang yang tahu, yang menunggu.
/0/29680/coverorgin.jpg?v=346a0775ae965b8a2e39f055e0123249&imageMogr2/format/webp)
/0/5547/coverorgin.jpg?v=20250121171529&imageMogr2/format/webp)
/0/3935/coverorgin.jpg?v=f23138bd86c6874af158b7eaa8a3a28c&imageMogr2/format/webp)
/0/19699/coverorgin.jpg?v=f8efd735c8de73983164f8f3577705c4&imageMogr2/format/webp)
/0/23011/coverorgin.jpg?v=20250616185752&imageMogr2/format/webp)
/0/30647/coverorgin.jpg?v=441e047cedadaa8421b477490835d107&imageMogr2/format/webp)
/0/16622/coverorgin.jpg?v=d706fbc1cc72df063140e92d3b3a51ee&imageMogr2/format/webp)
/0/16614/coverorgin.jpg?v=22b065b3fd196a5d0aa4598fce04feab&imageMogr2/format/webp)
/0/26396/coverorgin.jpg?v=20250908111434&imageMogr2/format/webp)
/0/15971/coverorgin.jpg?v=456e22de354bbffcb5d6b9815d631ca6&imageMogr2/format/webp)
/0/3562/coverorgin.jpg?v=e9095ec3c4f369b5eec2467e99ec4c04&imageMogr2/format/webp)
/0/18155/coverorgin.jpg?v=540a44ca10a8e63bbf1481a7507d2528&imageMogr2/format/webp)
/0/2845/coverorgin.jpg?v=f08d4370da2b7041e3a3a09e8d1fff92&imageMogr2/format/webp)
/0/19138/coverorgin.jpg?v=5581d4ff3954c3bd791f2405f7b0e669&imageMogr2/format/webp)
/0/16734/coverorgin.jpg?v=7d983e7e20aebd00fe5b35b3ac5fa309&imageMogr2/format/webp)
/0/16688/coverorgin.jpg?v=20240306140845&imageMogr2/format/webp)
/0/22194/coverorgin.jpg?v=0de1d295d92e06f4157c857343a9b5a1&imageMogr2/format/webp)
/0/2039/coverorgin.jpg?v=3d8cd84ad4908aa3769b5756d0bf67a8&imageMogr2/format/webp)