/0/24873/coverorgin.jpg?v=3bb5d9f52074eb9898689abd6ad7c196&imageMogr2/format/webp)
Perpisahan selalu menyakitkan. Namun, terkadang perpisahan dapat menjadi satu-satunya pilihan agar semuanya bisa menjadi lebih baik. Hal itulah yang dialami dan dirasakan oleh Vanessa. Dia akan meninggalkan semua penyebab hari buruknya dan beralih ke kehidupan yang baru di tempat yang baru. Sekolah yang baru, demi impiannya.
Dalam perpisahan itu pun akan ada dua hati dan dua perasaan yang terpisahkan. Cinta yang mungkin memang tak bisa bersama dan hanya akan menjadi kenangan.
Inilah langkah berikutnya yang akan ditempuh oleh Vanessa.
"Makasih Pa, Papa udah mau temenin aku daftar ke sekolah baru."
"Iya Sayang. Kita tinggal tunggu pengumumannya ya... Tapi papa sekarang harus segera ke kantor. Ada klien yang nunggu papa. Ini bisnis penting, Sayang."
"Ya udah, gapapa kok Pa. Aku bisa pulang sendiri kok."
Vanessa pergi ke halte untuk menunggu bus. Tak disangka takdir mengirimkan seseorang untuk bertemu dengannya.
"Ehm... Vanessa? Gak nyangka bisa ketemu di sini."
"Pak... Pak Eksa."
"Iya, kamu gak lupa sama saya kan? Ehm, kamu kenapa di sini sendirian?"
"Saya lagi nunggu bus mau pulang, Pak. Papa tadi duluan ke kantor. Saya... Saya tadi abis daftar ke sekolah baru."
"Kamu gak kangen sama sekolah lama kamu?"
"Ya, saya juga gak tau, Pak. Lagian belum tentu ada yang inget sama saya kan?"
"Kamu salah Va, pasti banyak yang kangen sama kamu di sana kok, termasuk saya juga. Hm, saya anter kamu pulang aja yaa!"
Eksa adalah pria tampan berusia 25 tahun, guru Bahasa Inggris di sekolah lama Vanessa. Semasa Vanessa menjadi siswinya dulu, Eksa cukup mengenal dekat Vanessa. Seorang Vanessa mampu menarik perhatiannya, entah karena apa. Sayangnya pertemuan mereka harus begitu singkat akibat keputusan Vanessa memilih pindah sekolah.
Sejak pertemuan kembali mereka di halte itu, Vanessa dan Eksa makin dekat. Mereka jadi sering bertemu untuk makan bersama atau hanya sekadar mengobrol. Lambat laun, Eksa merasakan hal yang berbeda dan ingin segera menyudahi kegelisahan hatinya.
"Vanessa, saya mau ngomong sesuatu sama kamu."
"Eee, iya ngomong aja Pak. Ada apa?"
"Va, mungkin saya gak pantes ngomong ini, tapi saya harus ngomong biar seenggaknya hati saya lega. Oke, saya gak bisa basa-basi lagi sekarang." Eksa menggenggam tangan Vanessa. "Vanessa, saya... Saya pengin kamu tau kalo saya sayang sama kamu. Saya pengin kamu jadi kekasih saya. Jadi calon pendamping hidup saya. Apa kamu mau?"
Vanessa terdiam sejenak, "Ehm... Eee Pak, ini??"
Vanessa sungguh terkejut, mengapa tiba-tiba mantan gurunya sekarang justru menyatakan cinta padanya setelah sekian lama Vanessa meninggalkan semua kenangan akan sekolah lamanya.
"Vanessa, saya serius. Saya sayang kamu. I love you. Va, would you be my girlfriend? Please, Va..."
"Pak, iyaa... Saya, saya mau terima Pak Eksa."
Vanessa pikir tak ada salahnya jika ia mencoba dulu menjalani hubungan itu dengan Eksa. Lagi pula menurutnya, Eksa adalah sosok pria dewasa yang baik. Vanessa pikir tak masalah punya hubungan dekat dengan pria yang lebih dewasa. Justru dengan itu mungkin hidupnya bisa lebih terarah dengan baik.
---
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah hampir satu tahun Vanessa dan Eksa menjalin cinta. Dalam waktu yang tidak singkat itu hubungan mereka diwarnai dengan berbagai rasa dalam hidup, yang terkadang membuat mereka hampir berpisah. Namun, berkat kepekaan dan rasa saling pengertian mereka tetap memilih untuk bersama.
/0/11057/coverorgin.jpg?v=d9f50008695c1c4c251953922950c295&imageMogr2/format/webp)
/0/15667/coverorgin.jpg?v=661bcbfb98432b326f145a2fa7ba9dfe&imageMogr2/format/webp)
/0/13524/coverorgin.jpg?v=1d80138558ac3f677384d09f8ec45dde&imageMogr2/format/webp)
/0/6578/coverorgin.jpg?v=bf3a9a7e30cc3e7316a860916e948885&imageMogr2/format/webp)
/0/15614/coverorgin.jpg?v=c418b1aaaf998551827b3d1ad249b85a&imageMogr2/format/webp)
/0/10328/coverorgin.jpg?v=285cb73fd438350480124be261fee44d&imageMogr2/format/webp)
/0/17534/coverorgin.jpg?v=ff762a950265149ff15a814d69b94bcd&imageMogr2/format/webp)
/0/2986/coverorgin.jpg?v=4bc49dfdf044bc6f097562ec8e1b88c2&imageMogr2/format/webp)
/0/17498/coverorgin.jpg?v=20240401115211&imageMogr2/format/webp)
/0/2677/coverorgin.jpg?v=96eab8094af9a183be1858b2b7d893d7&imageMogr2/format/webp)
/0/5515/coverorgin.jpg?v=abc521c7997aa08a8262cce09416c227&imageMogr2/format/webp)
/0/20601/coverorgin.jpg?v=c767a518547a1a5362b5171616e93730&imageMogr2/format/webp)
/0/16123/coverorgin.jpg?v=4abbb308ba639b6406e94227c23c7679&imageMogr2/format/webp)
/0/13005/coverorgin.jpg?v=9cd78141f83941c03784c9a5bde701b1&imageMogr2/format/webp)
/0/3066/coverorgin.jpg?v=1968055e65003abae00f1e114a907847&imageMogr2/format/webp)
/0/4896/coverorgin.jpg?v=e4d73480546b66939e583eeaf04cb2d9&imageMogr2/format/webp)
/0/5888/coverorgin.jpg?v=88ed910bbcf55b640b1eb6eb4ed85c97&imageMogr2/format/webp)