/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
"Maaf, Erina! Jembatan penghubung desa putus. Kami tak bisa lewat dan kita gagal nikah hari ini."
Degh!
Tubuh wanita itu bergetar, apalagi keringat sudah membasahi wajahnya. Untung saja tidak membuat riasan pengantinnya rusak.
"A- apa, Mas? Jembatan putus dan kita nggak jadi nikah?"
Ponsel yang tengah dirinya pegang, di dekatkan dengan telinga pun jatuh. Tangannya terasa begitu lemas, saat mengetahui jika calon suaminya tidak jadi datang ke acara pernikahan mereka yang semestinya diselenggarakan di hari ini.
Sang Ibu dan juga para keluarga lainnya menatap ke arah Erina-nama wanita itu, dengan begitu penasaran. Apalagi mata dari gadis tersebut sudah berkaca-kaca, bahkan jika tidak bersandar pada dinding mungkin tubuh wanita itu pun akan luruh di lantai.
"Ada apa Erina, bagaimana mereka sudah dekat, bukan?" tanya Bu Abidah, ibunya Erina.
Kali ini Erina sudah tidak tahan lagi untuk menahan air matanya, ia menangis tersedu-sedu. Bagaimana tidak? Pernikahan yang sudah disusun dengan matang, tiba-tiba dibatalkan begitu saja, hanya karena jembatan yang tidak bisa dilewati. Ya, memang jembatan itulah satu-satunya akses untuk menuju ke desanya dari desa Zaid sang calon suami.
Para tetangga Erina pun yang tengah membantu di dapur, tiba-tiba langsung saja berkumpul di ruang tengah.
Abidah, Ibu dari Erina terus saja memaksa putrinya untuk bercerita tentang apa yang terjadi dan mengapa anaknya itu menangis.
"A- aku b- batal nikah, gara-gara jembatan di desa kita putus, Bu," ungkapnya menahan malu plus kekecewaan.
Erina langsung saja menceritakan kepada ibunya, tentang apa yang dikatakan oleh sang calon suami. Dirinya tidak jadi menikah gara-gara jembatan putus yang menghubungkan antara desa jeruk dan juga desa manggis. Pernikahan yang seharusnya dilaksanakan beberapa jam ini harus batal mendadak.
"APA?" Abidah meneguk saliva dengan pelik.
Suasana jadi riuh sekali saat itu. Ada yang ikut prihatin dan ada pula tetangga yang mencibir.
"Hah! Sudah capek-capek bantu-bantu di sini, malah nggak jadi acaranya."
"Rasakno nggak jadi nikah sama orang kaya!"
Konyolnya, ada yang sampai bersuara. "Wuih! Makanannya boleh dibawa pulang tidak, ya? Soalnya kan nggak jadi untuk keluarga pria."
Para tetangga Erlina mereka mulai bergunjing mengenai batalnya pernikahan gadis tersebut.
Erina pasrah, semua ini bukanlah keinginan dari dirinya itu. Dia menatap pakaian akad berwarna putih yang saat ini ia kenakan. Air matanya berhasil membuat make up di wajah menjadi luntur. Padahal ia baru saja dipuji-puji oleh para warga, karena penampilannya yang begitu anggun dan auranya begitu terpancar.
Abidah hanya bisa memeluk putrinya itu dengan erat. Bahkan, wanita itu memberikan isyarat ke salah seorang keluarganya untuk membuat para tetangga yang tengah membantu itu diam dan tak memperkeruh suasana.
Dirinya memang benar-benar malu, apalagi undangan telah disebar. Sanak saudara jauh pun sudah dikabari.
Tadi malam memang hujan deras sekali, tetapi siapa sangka kalau jembatan penghubung antar dua desa tersebut roboh. Orang-orang di rumah Erina yang semula padat, kini mulai renggang.
"Erina ..."
Hati ibu yang mana tak hancur melihat pernikahan sang anak yang batal. Dirinya juga tak menyangka jika jembatan penghubung itu akan roboh tiba-tiba.
/0/17226/coverorgin.jpg?v=00e9516ea5eebaf16dc6f43b23a3a591&imageMogr2/format/webp)
/0/2453/coverorgin.jpg?v=96c7673aae26a3b99eca8d7df29c9aad&imageMogr2/format/webp)
/0/3258/coverorgin.jpg?v=5fb6465f89cc6c5a46aff9806f1bba29&imageMogr2/format/webp)
/0/2640/coverorgin.jpg?v=cd404ed8e307d022c965a36eb2d49305&imageMogr2/format/webp)
/0/5728/coverorgin.jpg?v=7c3f423fc746ddf9cf76bab4e0153b63&imageMogr2/format/webp)
/0/5360/coverorgin.jpg?v=62bd91f4a9813a16945cda2b0151a6ec&imageMogr2/format/webp)
/0/12069/coverorgin.jpg?v=16c2a531c32afeaf3ab6e9b782cf6e34&imageMogr2/format/webp)
/0/3044/coverorgin.jpg?v=0a9554a3a8c988622a9d601b63531dd4&imageMogr2/format/webp)
/0/6995/coverorgin.jpg?v=477071284bf8dcad96b8a97850f7598f&imageMogr2/format/webp)
/0/24402/coverorgin.jpg?v=d2f264bac30d49e0d66bdcc85dd8ea80&imageMogr2/format/webp)
/0/21624/coverorgin.jpg?v=387f47fc3719e7d447feed111c0c690f&imageMogr2/format/webp)
/0/10965/coverorgin.jpg?v=cd5e42a9ebc6b2029ca137c6afb76348&imageMogr2/format/webp)
/0/13627/coverorgin.jpg?v=f42a85d4e1e134d90aba9e380b1fb4f6&imageMogr2/format/webp)
/0/15630/coverorgin.jpg?v=72757b74390901afc31056461730ea66&imageMogr2/format/webp)
/0/6192/coverorgin.jpg?v=cd1bd1ac74c80758e3c79bebbca0fb57&imageMogr2/format/webp)
/0/21396/coverorgin.jpg?v=b7b56794c8896bd2c9b639080b3e9ef3&imageMogr2/format/webp)
/0/2676/coverorgin.jpg?v=ba61c0ba527ea42c26f3d2cffb98e973&imageMogr2/format/webp)
/0/4254/coverorgin.jpg?v=d84a0741127769f3d57e79c54cb9eefb&imageMogr2/format/webp)