Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
"Kamu yang bener aja, Dion ... gadis kampung kayak gitu kamu kenalin sama papa?"
Suara bernada menyindir itu terdengar dari balik lemari besar penyekat ruangan. Walaupun tidak berteriak, cukup jelas di telinga kami. Ya, di sini aku dan Kak Mirna—kakakku—bermaksud berkenalan dengan keluarga Bang Dion, seorang pemuda yang menarik hatiku.
Kak Mirna menatapku lekat, tampak ia tersenyum sinis ke arahku. Dia memang sudah memperingatkan untuk tidak melanjutkan hubungan dengan Bang Dion yang kukenal di kampung kami, ketika lelaki berwajah manis tersebut bersama teman-temannya melakukan kegiatan KKN enam bulan yang lalu. Hanya saja Bang Dion selalu menyemangati dan menguatkan, ia berkata akan memperjuangkan hubungan kami. Aku percaya padanya.
"Tapi, Pa ... Dion cinta sama Mila. Dion berniat serius dengannya!" tegas suara Bang Dion.
"Sudah kakak bilang, 'kan? Kamu gak mau denger, sih!" bisik Kak Mirna dengan suara gemas.
Mataku terasa panas. Begitu juga dada ini, terasa bergemuruh kencang.
"Cinta ... cinta! Tahu apa kamu soal cinta, heh? Selama ini gak pernah bawa perempuan jalan! Balik KKN malah minta kawin! Kuliah kamu aja belum selesai!"
Suara berat yang tadinya datar itu berubah jadi bentakan keras.
"Pa ... sabar, Pa ...." Itu suara Bu Rosa, mamanya Bang Dion.
"Mama lihat anak kesayangan Mama ini! Kenapa jadi pembangkang begini?"
"Pa, please ... selama ini Dion selalu menuruti keinginan Papa dan Mama. Kali ini Dion hanya minta Papa sama Mama ngertiin perasaan Dion. Dion mau menikah dengan Mila segera. Dan Dion sudah melamarnya." Lelakiku masih terus membujuk orang tuanya.
"Gini aja, Nak. Selesaikan dulu kuliah kamu. Soal nikah nanti kita bicarakan lagi," kata Bu Rosa lembut.
"Gak bisa, Ma. Dion harus nikahin Mila bulan ini!" bantah lelakiku.
Tentu saja. Kamu sudah janji sama ayah, Bang. Debaran jantungku semakin kencang.
"Kamu ini kenapa, hah?! Kebelet kawin banget!" sergah Pak Herlan.
Hening ....
"Mmm ... Mila ... Mila hamil ...," lirih suara Bang Dion di sana.
Mataku yang sudah terasa basah membulat sempurna. Begitu juga Kak Mirna. Dia menatapku tajam. "Yang bener, Mila?!" desisnya.
Bulir air yang dari tadi menggantung di pelupuk mata pun mengalir.
"Mi–la ...?" Kak Mirna kembali melafalkan namaku dengan tatapan tajam penuh tanda tanya.
Dengan refleks kepalaku pun menggeleng ... pelan.
Di dalam sana kembali hening.
Plak!