/0/12218/coverorgin.jpg?v=5514558b29fa101734c6702af9de4e2b&imageMogr2/format/webp)
"Kamu itu nggak pantas tahu nggak jadi istrinya Pak Riko! Lihat saja wajahmu, nggak ada cantik-cantiknya! Ngaca sana!"
"Iya, nggak pantas. Lebih pantasan kita-kita. Lebih modis dan nggak kampungan kayak kamu!"
Naila hanya diam menundukkan wajahnya. Dia tak menjawab bahkan tak terlihat marah mendengar wanita yang baru dikenal menghinanya. Beberapa minggu ini sudah seringkali orang berkata demikian padanya. Naila berusaha kebal dengan ucapan mereka semua.
"Heii, sudah jelek, budeg lagi! Apa kamu bisu juga?"
Naila pun melangkah pergi meninggalkan dua wanita yang masih terlihat marah dengannya. Dibiarkan wanita itu berteriak padanya. Bahkan sudah banyak orang yang berkerumun melihat tontonan gratis akibat teriakannya. Naila tak mau dirinya menjadi bagian dari drama yang dibuat wanita yang sama sekali tak dikenalnya.
Menelusuri jalan pertokoan, Naila tak menghiraukan tatapan mereka. Naila pun menuju tempat parkir, melajukan motor maticnya pulang ke rumah.
Membuka pintu, langsung ke belakang menuju kamar mandi lalu membersihkan diri. Menuju kamar tidur, merebahkan badan, memejamkan matanya yang mengantuk dan lelah. Naila berusaha tidur siang menghilangkan rasa sakit di kepalanya.
Namun, matanya ternyata tak mau diajak kompromi. Pikirannya pun kembali mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu. Alasan banyak orang tak dikenal menghinanya. Bahkan terkesan mencaci-maki dirinya. Sebuah foto dirinya dan suami di saat berdua di sebuah tempat wisata di-upload seseorang yang sama sekali tak dikenalnya. Foto-foto yang memperlihatkan jelas wajah Riko dan Naila, dengan caption yang sangat menyakitkan hatinya.
"Riko dan Naila. Pasangan yang tak serasi. Istrinya sangat tak pantas berdampingan dengan suaminya yang tampan. Dapat ilmu pelet dari mana kira-kira, ya? Hahaha ...."
Begitulah caption dari status yang beredar di media sosial. Bahkan dibuat versi youtube juga. Lengkap dan seakan niat ingin menjatuhkan harga dirinya. Dan para netizen pun berkomentar tanpa menggunakan perasaan. Komentar yang melecehkan dan menjadikannya sebagai bahan guyonan.
Dan tak lama kemudian, semua unggahan dihapus oleh pelakunya. Namun, foto-foto dan video yang sudah diunggah beberapa jam, sudah terlanjur mendapatkan ribuan komentar yang menyakitkan. Belum lagi wajahnya sudah tersebar di media sosial.
Malam harinya ....
"Maaf, ya, Naila. Aku pulang terlambat. Tadi ada acara syukuran di kantor. Kamu sudah makan, Sayang?"
Riko mendekati Naila yang sedang duduk di depan meja rias. Memeluk istrinya dari belakang, mencium pucuk kepalanya. Riko tahu, istrinya sedang sedih. Terlihat dari butiran air mata yang membasahi pipi.
"Kenapa kamu memilihku? Bukankah banyak wanita lain yang lebih pantas jadi istrimu? Kenapa, Mas? Bahkan aku sering dimaki orang karena tak pantas berdampingan denganmu. Aku sedih, aku lelah ...."
Naila berbicara tanpa merubah posisi duduknya. Dia lebih memilih tak memandang wajah suaminya. Naila tahu, Riko akan marah dengan pertanyaannya. Pertanyaan yang selalu diulang entah sudah ke berapa kalinya.
Riko memutar tubuh Naila agar menghadapnya. Laki-laki itu kemudian berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan wanita yang sangat dicintainya. Naila hanya diam, dengan suara isak tangis yang tertahan.
"Sayang, dengarkan aku, pandang wajahku! Aku mencintaimu bukan karena fisikmu. Aku memilihmu manjadi istriku karena kecantikan hatimu. Aku butuh seseorang yang baik untuk melahirkan anak-anakku. Bukan wanita yang tak punya adab yang hanya bisa berdandan, shopping dan memamerkan wajah dan tubuhnya dengan baju seksi dan tas mewah. Tolong, Sayang, jangan dengarkan mereka. Aku tahu kamu sedih, aku tahu kamu terluka. Aku masih berusaha mencari siapa yang meng-upload foto-foto kita berdua. Aku akan mencarinya dan membawanya ke hadapanmu agar meminta maaf padamu."
/0/6843/coverorgin.jpg?v=0c88eae00f5c998d401ca58c5f039b6f&imageMogr2/format/webp)
/0/12198/coverorgin.jpg?v=dc31d836caecd446dac10b44a8789176&imageMogr2/format/webp)
/0/16861/coverorgin.jpg?v=1d79d5c8d1067177e47366859cdb07d3&imageMogr2/format/webp)
/0/15686/coverorgin.jpg?v=afcf5a6ff86d6d1f40e69e3ce01b315c&imageMogr2/format/webp)
/0/12963/coverorgin.jpg?v=308a6ac4b11d4165816f683b8ae466c6&imageMogr2/format/webp)
/0/13499/coverorgin.jpg?v=0eec749d773f606260336124ca19a547&imageMogr2/format/webp)
/0/14722/coverorgin.jpg?v=a2e6279277c29f43619ec599c2716d26&imageMogr2/format/webp)
/0/23561/coverorgin.jpg?v=42503343a270b1cf760861176aec786f&imageMogr2/format/webp)
/0/15015/coverorgin.jpg?v=be84896a81617c0f5e7559e6ad0abbf0&imageMogr2/format/webp)
/0/2974/coverorgin.jpg?v=b2efccc663b3e5c88337eb38f2b1a5dc&imageMogr2/format/webp)
/0/2369/coverorgin.jpg?v=d5c6d912f1a1f5426606ecebd4fd33a0&imageMogr2/format/webp)
/0/17569/coverorgin.jpg?v=ccb56e7a3cf4e21fbaa5f9d30433fc84&imageMogr2/format/webp)
/0/4252/coverorgin.jpg?v=03bf48b99f0db33f0fa1172b21f89ea4&imageMogr2/format/webp)
/0/21470/coverorgin.jpg?v=2a676694218483d7f32933059637276a&imageMogr2/format/webp)
/0/17562/coverorgin.jpg?v=fd6917b8813600f0f03233640180efbf&imageMogr2/format/webp)
/0/23725/coverorgin.jpg?v=20250526182746&imageMogr2/format/webp)
/0/13029/coverorgin.jpg?v=e98c3d1661d974d7b29292d90ebba939&imageMogr2/format/webp)
/0/22563/coverorgin.jpg?v=c9c59fe75d098b70ecab95c669a925f5&imageMogr2/format/webp)
/0/26829/coverorgin.jpg?v=20251106164617&imageMogr2/format/webp)