ISTRI GEMOY SUAMI LETOY

ISTRI GEMOY SUAMI LETOY

Samiya Tilana

5.0
Komentar
16.7K
Penayangan
40
Bab

Lima tahun membina rumah tangga namun tak kunjung dikaruniai buah hati, membuat Arman terus menerus menyalahkan bentuk badan istrinya, Monika yang kelewat subur. Tak tahan selalu menjadi korban body shaming suaminya, Monika menuduh balik jika Arman kurang perkasa dalam urusan ranjang. Masalah semakin pelik saat mertua dan orang orang disekitar mereka terus menambah minyak dikobaran api yang sedang menyala. Puncaknya, saat mengetahui Arman secara diam diam menikah lagi dengan seorang wanita cantik bertubuh langsing, Monika nekad berselingkuh dengan sahabat terdekat Arman! Yea,, drama rumah tangga pun dimulai ..

Bab 1 Chapter 1.

"Cuma segitu doang mas!?" protesku, merasa tak puas dengan hubungan suami istri yang baru saja aku lakukan bersama mas Arman, suamiku.

"Ya memang seperti itu. Mau bagaimana lagi?" balas mas Arman acuh tak acuh seraya beranjak ke kamar mandi lalu membuang air seni-nya disana.

Selang berapa lama, terdengar suara guyuran air beberapa kali menandakan lelaki itu sekalian mandi membersihkan diri.

Aku mendengus nafas kasar seraya memijat pelan pelipisku. Tubuh gemoyku yang membusung penuh dengan lipatan lemak disana sini, ku biarkan saja terlentang di atas pembaringan.

Hasrat seksual yang baru saja terbakar dan menggebu gebu, mendadak padam karena mas Arman dengan cepat mengakhiri permainan yang dengan susah payah ku hidupkan moodnya.

Sesuatu yang berkedut kedut dibagian bawah tubuhku menuntut pelampiasan lebih! Namun apalah daya, mas Arman sama sekali tak peduli pada hasrat libidoku.

Pintu kamar mandi terbuka.

Sosok lelaki tegap itu muncul dengan handuk melingkari pinggangnya. Titik Titik air tampak membasahi rambut dan sekujur tubuhnya, menandakan jika dia baru selesai mandi.

"Mon, kamu enggak bersih bersih? Udah sana cepetan mandi! Jangan rebahan terus! Sudah kayak babi saja kamu!" Ketusnya tanpa merasa bersalah sedikitpun. Padahal ucapannya barusan, layaknya sepucuk belati yang menghujam hingga kejantungku. Sakit tapi tak berdarah.

Dengan susah payah aku bangkit dari tidurku, melangkah berat menyeret tubuh besarku yang penuh dengan lemak dan dalam keadaan polos tanpa selembar benang menuju kamar mandi.

Sejenak aku melirik ke arah mas Arman. Lelaki itu sedang sibuk mencari cari celana dalamnya dilemari pakaian. Aku memutar kedua bola mataku malas.

'Dasar suami enggak pengertian!' umpatku dalam hati, seraya masuk kedalam kamar mandi.

Kunyalakan shower. Aku terlalu malas untuk mengguyur tubuh besarku dengan gayung.

Namaku Monik, usiaku kini 26 tahun. Lima tahun menikah dengan mas Arman, tapi hingga saat ini, belum ada tanda tanda aku bakalan hamil.

Aku dan mas Arman pernah memeriksakan kesuburan, namun semuanya normal. Tak ada tanda tanda salah satu diantara kami mengalami kemandulan.

Lima tahun berumah tangga tanpa dikaruniai seorang buah hati, membuat mas Arman menyalahkan bentuk badanku yang kelewat bongsor.

"Kamu diet dong Monik!? Kalau badanmu saja sudah sebesar gajah begini, mana bisa kamu hamil!? Kamu enggak hamil saja perutmu sudah membusung? Apalagi nanti kalau kamu hamil? Bisa sesak nafas nanti bayi kita didalam sana!" Begitulah mas Arman yang selalu mengolok olok ku karena bentuk badanku yang bisa dikatakan terlalu gemoy ini.

Sudah berbagai obat pelangsing aku minum, olah raga ketat, menjaga pola makan, namun tetap saja gumpalan gumpalan lemak ditubuh ini ogah berpindah tempat.

Tinggi 165 cm dengan bobot tubuh lebih seratus kilo membuatku cukup kesulitan melakukan aktivitas dan bergerak. Terlebih saat permainan di ranjang, mas Arman melarangku untuk bermain di atas tubuhnya. Takut sesak dan penyet katanya ditindih gajah duduk sepertiku! Huwwh, menyebalkan!

Usai melakukan ritual keramas, aku segera keluar dari kamar mandi dan mendapati mas Arman sudah tertidur pulas. Bahkan lelaki itu mendengkur pelan saking nyenyaknya.

Ku perhatikan wajah tampan lelaki yang sudah menemani hidupku selama lima tahun ini.

Ada rasa sayang, kesal, benci, juga gemas. Bagaimana tidak, mas Arman meski memiliki postur tubuh bagus karena rajin gym, tapi saat melakukan hubungan suami istri denganku terkesan ogah ogahan dan mau enaknya sendiri. Jika dia sudah crot duluan, lelaki itu sudah tak peduli lagi dengan nasib pasangannya.

Mas Arman tak pernah bertanya, apakah aku puas atau tidak. Aku crot atau tidak. Memang menyebalkan sekali lelaki satu ini! Ingin sekali rasanya ku tindih tubuhnya, lalu ku bekap wajahnya dengan bantal sampai tewas!

Huwh, amit amit, kenapa pikiran pikiran sikopet seperti itu yang bermunculan dikepalaku? Astaghfirullah...

Meski hasrat birahiku terasa tak tuntas, aku ikut berbaring disamping mas Arman, karena malam sudah larut.

****

Siang ini aku kedatangan tamu spesial. Siapa lagi kalau bukan ibu mertuaku yang paling baik sedunia. Bu Leli sagita.

Hampir setiap weekend ibu mertuaku ini mengunjungiku. Biasanya beliau akan diantar oleh Dimas, adik iparku, lalu merekapun menginap bersama di rumah mungil kami ini.

"Bagaimana Monika, apa kamu sudah garis dua?"

Pertanyaan yang sama.

Setiap kali ibu mertuaku tercinta datang, pastilah hal pertama yang beliau tanyakan terlebih dahulu adalah garis dua.

"Hemm, belum Bu. Mungkin masih nyangkut di pucuk pucuk daun singkong atau bulir bulir padi disawah sana..." Selorohku dengan nada berchyandaa....

"Hush, kamu ini. Kamu mbok ya lebih berusaha gitu lho, minum jamu, makan kurma muda juga diet, supaya peranakanmu itu subur dan gampang di semainya! Jauhi makan makanan berlemak dan tidak sehat. Perbanyak makan buah dan sayuran, Olahraga yang rutin supaya si Jabang bayi mau bersemayam dirahim kamu Monik!" Nasihat sang ibu mertuaku yang paling baik, seperti biasa memberi wejangan panjang kali lebar.

Huu.. gimana mau disemai? Sel sel kecebong milik mas Arman saja tak kuat melewati lorong rahimku!?

Kebanyakan para kecebong itu mati sebelum sel telurku menyembul keluar untuk dibuahi, batinku.

Aku hanya mengangguk saja mendengar celoteh sang ibu mertua yang paling baik di dunia. Maklum, beliau adalah sosok wanita single parent yang mampu membesarkan dan mendidik kedua putranya hingga menjadi sukses seperti sekarang.

Mas Arman Maulani adalah seorang sarjana lulusan tehnik kimia yang kini bekerja di proyek pertambangan batu bara diperusahaan X yang CEOnya adalah ayahku sendiri. Sementara adiknya, Dimas Anggoro adalah lulusan sarjana hukum dan sekarang berhasil menjadi PNS dan mengajar disalah satu es-em-A favorit.

Sedangkan aku? Aku adalah anak tunggal seorang CEO disebuah perusahaan dimana mas arman bekerja.

"Monikkk!" Seru mama mertuaku dari arah dapur. Aku yang sedang bersantai bermain gadget buru buru datang menghampirinya.

"Iya ada apa ma?" Tanyaku panik.

"Lihat nih, isi kulkas kamu. Isinya makanan instan semua! Mama kan sudah bilang berkali kali sama kamu Monik, kamu harus diet! Makan makanan instan kayak gini enggak bagus lho buat kesuburan kamu! Harusnya kamu stok lebih banyak buah buahan dan sayur sayuran didalam kulkas! Ini lagi nih, cemil cemilan berbumbu micin begini, pokoknya minggu depan mama enggak mau lihat lagi ada makanan makanan enggak sehat begini dirumah kamu!" Semprotnya seraya mengeluarkan makanan kaleng, mie instan, makanan ringan, baso, sosis, cookies dan banyak lagi makan makanan olahan lainnya yang beliau keluarkan dari dalam kulkasku.

Aku hanya bisa terdiam. Rasanya tak rela jika harus berpisah dengan makanan dan cemilan favoritku itu semua.

"Sekarang kamu temani ibu belanja ke pasar, ayo siap siap!" Titahnya lagi. Terpaksa aku m3ngikuti kemauan beliau yang gemar sekali berbelanja di pasar tradisional.

Padahal aku sudah bilang jika aku paling anti pergi ke pasar tradisional yang terkesan kumuh, bau dan jorok, kebersihannya juga tak terjamin.

"Lebih bagus belanja kebutuhan dipasar tradisional Monik. Semua kebutuhan nutrisi ada disana. Harganya juga lebih murah, juga bisa tawar menawar dengan para pedagang!" Begitu alasan ibu mertuaku yang paling baik itu jika aku kurang setuju untuk pergi menemaninya.

"Kamu tahu, dua orang anak ibu juga tumbuh sukses karena ibu sering memberi mereka makanan baik dan bernutrisi yang ibu beli dari pasar tradisional. Semua sayur mayur fresh tanpa bahan pengawet. Itu membuat kami lebih sehat!" Lanjutnya lagi. Aku hanya bisa diam dan mengiyakan saja, meski dalam hati ini merasa jengkel luar biasa.

Alhasil, akupun menuruti permintaan beliau. Dengan mengendarai sebuah bajai butut, kami berdua meluncur ke pasar tradisional yang hanya berjarak sekitar sepuluh menit dari rumahku.

Sesampainya dipasar. Yang pertama kali dicari ibu mertuaku adalah jamu. Beliau membeli satu botol penuh 'jamu penyubur ovarium'

"Nah, ini buat diminum selama tiga hari. Kamu harus menaruhnya dikulkas. Jangan lupa kamu habiskan ya Monik!" Perintah Bu Leli sagita lagi. Aku hanya diam. Padahal aku sama sekali tak menyukai jamu karena rasa dan aromanya yang bikin mual.

Ibu mertuaku juga memborong aneka buah buahan beserta sayur mayur. Aku hanya mengintili dari belakang sembari membawa barang belanjaan yang lumayan berat.

Huuh,, rasanya aku ini seperti kuli angkut saja! Peluh mulai membanjiri dahi dan juga leherku, namun ibu mertua tetap berjalan santai sambil memilah milih daging dan ikan sambil sesekali melakukan tawar menawar dengan para penjual.

Indra penciumanku sudah tak bisa di kompromi lagi karena bau busuk yang menyengat dari luapan air got yang meleluber hingga ke jalan.

Akupun mual mual.

"Huwekkk... Huwekkk!"

Ibu mertuaku langsung panik sembari menghampiriku.

"Nah kan, apa ibu bilang. Belanja di pasar tradisional itu terbukti bisa bikin kamu cepat hamil!" Serunya dengan wajah berbinar.

Aku tak berminat menanggapi celotehannya yang ta masuk akal. Kepalaku mulai pusing dan mual mual semakin hebat menyerang.

"Bu, sebaiknya kita pulang aja. Monik udah enggak tahan. Rasanya Monik sudah mau pingsan!" Keluhku dengan nafas terengah engah.

"Iya iya. Kita enggak usah langsung pulang monik. Kita mampir dulu ke bidan atau dokter kandungan yah?" Tukasnya, cepat.

Aku menghela nafas kasar. Ingin rasanya saat itu juga aku merebahkan diri ditengah tengah pasar yang bau dan becek itu, supaya ibu mertuaku ini kerepotan memapahku.

(Bersambung)

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Samiya Tilana

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku