/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
Di usianya yang ke tujuh belas, sudah hampir lulus Sma. Diserang dengan ujian berkali-kali, test, dan hantu UN. Kali ini dia mendapatkan hantu yang lebih menakutkan dari itu. Lebih serem, bikin meriang, menggigil, tapi ganteng(?)
"Mama, Papa! Jangan tinggalin Gilda, astaga! Turunkan tidak?! Guru mesum! Turunkan atau aku teriak?!" Walaupun dia sudah terlanjut teriak, gadis itu bertingkah seperti orang gila.
Fix hari ini niat Gilda Safara yang ingin pulang terus rebahan di kasur langsung hilang. Sekarang badannya sudah digendong layaknya karung beras. Baru saja masuk ke rumah sudah ngerasa ada yang aneh dan benar saja. Dia digendong paksa keluar rumah lagi!
"Guru mesum, sialan! Mau apa kau, hah?! Turunkan tidak atau aku tendang junior kesayanganmu itu sampai bengkak?!" teriaknya lagi. Saat pintu rumah tertutup, hal terakhir yang Ia lihat adalah papa, mama yang hanya melambai-lambai singkat terus tertawa tidak jelas. Mereka pasti kerja sama!
"Kalau marah tidak usah ada acara menginap di rumah papa, mama segala, Safa." Suara baritone itu mulai bicara, beriringan dengan langkah kakinya yang keluar dari pekarangan rumah.
"Sengaja 'kan kamu nyembunyiin mobilnya biar aku tidak lihat! Biar kamu bisa bawa aku pulang!" teriak Gilda kencang.
Sayang teriak kesalnya justru dibalas dengusan geli, "Kalau iya, kenapa? Pintar 'kan? Siapa dulu gurumu." ujar laki-laki itu narsis. Gilda makin kesal. Gadis dengan rambut kecoklatan panjang itu nampak berantakan. Wajahnya berubah merah, kening tertekuk kesal.
"Ish! Narsis! Memang salah siapa dulu yang buat aku seperti ini, hah?!" tukasnya.
"Iya, iya aku salah sayang. Jangan ngambek terus, nanti aku belikan permen ya." jawab sang guru singkat.
Gilda sama sekali tidak ingin melihat wajah guru mesum ini untuk beberapa hari ke depan, walau hanya karena satu kesalahan kecil. Dengan cara kabur dari rumah dan menginap di kediaman orangtuanya. Alasan? Dia sudah mau ujian dan guru mesum ini terus saja menggoda atau bahkan sengaja membuat dia jealous di sekolah tadi.
Dasar pria hormone gila! Nafsunya itu lho yang tidak ketulungan. Padahal Gilda sudah janji sebelum dia lulus SMA nanti, tidak boleh ada sentuh-sentuh! Kecuali pegangan tangan atau sekedar cium dikit tidak apa-apa. Tapi apa?! Guru mesum ini terus saja menggoda Gilda yang termasuk cewek tidak kuat iman.
Badan proposional yang sengaja diperlihatkan saat di rumah, tidak pakai baju dan minder jalan-jalan di sekitar rumah, lirik-lirik, terus matanya itu seperti orang lagi sakit, suaranya kadang berubah serak dan makin buat Gilda merinding. Bahaya!
Laki-laki itu sangat berbahaya!!
Yah, biarpun laki-laki yang menjabat sebagai guru di sekolah ini adalah suaminya sendiri. Alan Sandika Restu.
***
Duduk di dalam mobil, Gilda terpaksa ikut masuk ke dalam. Mendengus kesal saat melihat seringai sang suami. Balutan baju kerja yang masih menempel serta keringat yang membuat wajah tampan lelaki itu makin seksi. Gilda mendecih dalam hati. Gilda, ingat umurmu. Jangan kebablasan! Tinggal sedikit lagi, tahan!! Membatin kuat-kuat. Alan Sandika Restu memang ujian yang keras buatnya, laki-laki berumur dua puluh tujuh tahun dengan wajah tampan dan badan seksi. Sialan! Kalau saja umur mereka tidak terpaut jauh, dan Gilda sudah lulus Sma atau Kuliah, sudah Ia terjang Alan dari tadi. Tapi dia masih ingat tugas sekolah!
"Sudah tidak marah lagi 'kan?" Pandangan legam laki-laki itu menatapnya Intens. Lagi-lagi! "Masih! Aku inginnya nginap di rumah papa, mama sampai sebulan penuh kalau perlu!" Mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Hm, yakin? Nanti kangen lho." Suaminya ini memang pintar sekali menggoda, dia tahu kalau setelah menikah diam-diam dulu, Gilda tidak bisa tidur dengan tenang kalau tidak ada Alan yang memeluknya dari belakang. Sial! Wajah gadis itu memerah, mengembungkan pipi kesal.
"Yakin sembilan puluh sembilan persen!" tukasnya, sisa satu persen Gilda serahkan pada mental yang selalu berteriak untuk mencium dan menerkam Alan kapanpun dia mau. Habis siapa sangka kalau suaminya yang terkenal sebagai sosok dingin di luar berubah jadi tukang goda hanya di depannya? Aneh, Gilda saja tidak menyangka kalau beberapa bulan lalu Alan langsung melamarnya dengan alasan absurd.
Tidak kuat melihat dia dekat sama cowok lain di kelas. Ya, maksudnya kalau Gilda menikah itu artinya dia sudah ada yang punya 'kan. Tidak boleh ada cowok yang mendekati dia lagi dong. Titik. Possessive? Banget!
"Wajahnya udah merah seperti itu."
"Diam!"
"Ya sudah, kalau diam berarti kita tidak jadi pulang. Tidur di mobil saja mau?"
Gemas, "Aku turun saja!" Tangan Gilda sudah mau buka pintu mobil, tapi Alan sengaja menguncinya. Laki-laki itu menyeringai, Gilda makin kesal. "Buka tidak?!"
***
"No, kita diam saja di sini sampai pagi ya?" Suara baritone itu mengalun lembut dan jahil. Gerak-gerik Alan yang sengaja dibuat sensual, salah satu tangan bertumpu pada jendela mobil yang terbuka. Seringai mesum, pandangan intens, dan satu lagi.
"Eh, tangannya! Jangan macam-macam ya, nanti aku teriak!" Gilda reflek berteriak kecil, wajahnya makin merah saat salah satu tangan Alan bergerak menyentuh tangannya. Menyalurkan sensasi dingin-dingin yang bikin meriang. Nah 'kan kalau berduaan seperti ini keluar sudah setan dalam tubuh Alan. Setan mesum!
"Hm, memang kenapa kalau aku pegang tangan istri sendiri?" Dia bertanya polos, tidak sadar kalau profesinya sebagai guru dan tidak seharusnya berbuat seperti itu pada murid-istri-nya sendiri. "Pak Guru Alan, ingat! Kamu itu guruku!" teriak gadis itu lantang.
"Suami juga, Safa. Jangan lupa, aku suami kamu yang paling seksi." ujarnya santai, menjilat bibir bawah dengan pelan pandangannya makin menatap redup. Sial!
"Kan kamu sudah janji, Alan!! Hue, jangan dilanggar dong!"
"Masa aku tidak boleh sentuh sedikit, Safa. Jangan nangis." Muka Gilda udah kusut, seperti mau nangis. Bukan nangis takut sih sebenarnya tapi nangis frustasi. Ya ampun, tolong cabut hasratnya ini, tolong demi apapun. Buat dia jadi suka cewek saja sekalian. Tahan Gilda!! Tapi Alan seksi sekali hari ini, bagaimana dong?! Rasa jealous gadis itu menghilang dalam sekejap, ingatan tentang Alan yang mengajari murid-murid cewek di kelasnya langsung blur entah kemana. Pandangan kecoklatan Gilda menatap bibir Alan yang jilatable.
"Tidak mau! Aku nangis sekarang juga. Aku serius! Makanya jangan macam-macam!"
"Tadi 'kan kamu sendiri yang ingin kita diam di sini, jadi sekalian-" Kalimat Alan terpotong. Gilda gemas kembali mendelik ke arah suaminya. "Maksudnya jangan bicara! Bukannya diam-diam cari kesempatan. Astaga, Pak guru! Kamu itu guru paling pintar di sekolah kenapa malah mendadak bodoh begini sih!" teriak gadis itu kesal.
/0/14949/coverorgin.jpg?v=17739a5c922082348d1a124f2c1024cf&imageMogr2/format/webp)
/0/8904/coverorgin.jpg?v=5870844ca746c5f82b880fe9d7786a42&imageMogr2/format/webp)
/0/4383/coverorgin.jpg?v=f8992cfee7dd0fd8f7f126b008b47a08&imageMogr2/format/webp)
/0/5556/coverorgin.jpg?v=682aee85c55edf6b761b4ed4757ab02a&imageMogr2/format/webp)
/0/16304/coverorgin.jpg?v=cceec5014ad6d8da23556a1c127c9c50&imageMogr2/format/webp)
/0/16328/coverorgin.jpg?v=d621b9f745cfe09fda0812c94cb92730&imageMogr2/format/webp)
/0/13580/coverorgin.jpg?v=84111ef711670f793622266127ad98e9&imageMogr2/format/webp)
/0/5064/coverorgin.jpg?v=452ee13c83c4b13e8f97a417724e0bd5&imageMogr2/format/webp)
/0/18664/coverorgin.jpg?v=327f1070479f3e709a32c952a4cf3f13&imageMogr2/format/webp)
/0/2910/coverorgin.jpg?v=8484824ad50f6edeab09765db6be0df9&imageMogr2/format/webp)
/0/6005/coverorgin.jpg?v=75a354dc154877d293dfffe9ea6d2402&imageMogr2/format/webp)
/0/4331/coverorgin.jpg?v=26485793c73693ad6fb3d6d317a52d2e&imageMogr2/format/webp)
/0/2715/coverorgin.jpg?v=a40b444bd848e0b9d36ea877786ba2fe&imageMogr2/format/webp)
/0/12155/coverorgin.jpg?v=7d29472f786a64242d659e541de123e1&imageMogr2/format/webp)
/0/23413/coverorgin.jpg?v=5190964017fc939c26879349e4d4144f&imageMogr2/format/webp)
/0/8482/coverorgin.jpg?v=895b3f8836708e13a7b45abf024eaa8d&imageMogr2/format/webp)