Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Markas Morte
Tampak mobil Rubicon hitam datang diikuti dua Jeep di belakangnya.
Semua pengawal membungkuk kala seorang pria berjas hitam gagah perkasa nan tampan rupawan turun dari mobilnya.
Ya dialah Deo Morte Picasso.
Ketua Klan Wolf yang paling terkenal di Italia.
Deo menapaki karpet merah itu untuk masuk ke dalam markasnya diikuti oleh ketiga sahabatnya.
"Ahh capek banget, ayo ke club," ajak Melvin kala sampai di dalam markas dan menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Otak isinya club mulu, sekali- kali mikir lainnya kek," olok Savero sembari melempar bantal sofa itu pada Melvin.
"Yaelah kayak yang dirinya paling suci, tiap hari juga gonta- ganti cewek," olok balik Melvin yang mana hal itu ditertawakan oleh Karel.
"Malam ini kita ke club, Thomas dan anak buahnya akan melakukan pertemuan untuk penjualan marijuana dari China," ujar Deo yang membuat ketiganya langsung berbinar.
"Sungguh? Ke club?" tanya Melvin memastikan jika ia tidak salah dengar.
Deo hanya mengangguk dan menyalakan pematik rokoknya.
"Eh bentar, pertemuan di club? Untuk penjualan marijuana? Wah gila, Thomas memiliki nyali yang sangat besar, bagaimana jika seseorang melaporkannya ke polisi, ia sangat berani sekali," puji Melvin yang heran dengan otak Thomas.
"Karena itu, sebelum ada orang lain yang melaporkan dia ke polisi, mari habisi Thomas lebih dulu," ujarnya sembari menghembuskan asap rokoknya.
"Wah demen banget nih sama yang kayak ginian, gimana kalian mau bertaruh denganku?" tanya Karel yang selalu menawarkan taruhan disetiap situasi dan kondisi apapun.
"Untuk?" tanya Melvin dan Savero secara bersamaan.
"Perempuan yang mungkin akan tewas di tangan Deo karena menggoda atau mengajaknya naik ke atas ranjang," ujar Karel yang begitu yakin jika akan ada penembakan nanti malam di club.
Deo hanya diam sembari menikmati rokoknya.
"Aku bertaruh enggak bakal ada perempuan yang mendekat, lagian siapa sih yang enggak tahu peraturan di club PICASSO, semua perempuan juga tahu kali," ujar Savero dengan begitu yakinnya.
"Iya juga sih, aku juga bertaruh kalau enggak akan ada perempuan yang mendekati si kulkas berjalan ini," ucap Melvin sembari menepuk pundak Deo.
Karel tersenyum kala mereka semua bertaruh.
"Ok, berarti kalian bertaruh jika tidak akan ada perempuan yang mendekatinya?" keduanya mengangguk.
Deo menatap Karel yang tampak girang sekali.
"Kalau aku pasti ada, entah itu perempuan baru atau yang bosan hidup, pasti bakal deketi pak kulkas ini," ucapnya dengan sangat yakin sekali.
"Kalau kita berdua yang menang apa imbalannya?" tanya Savero ingin tahu hadiah apa untuk taruhan kali ini.
"Mobil rubiconku yang baru beli kemarin buat kalian berdua," jawabnya dengan sangat gamblang sekali.
"Ok setuju," sorak keduanya yang kegirangan membuat Deo yang tengah dipertaruhkan hanya diam saja dan melihat keasyikan mereka.
"Udah sore, ayo bersiap," ajak Deo yang sudah beranjak dari sofa untuk pulang membersihkan diri lebih dulu.
"Kita pasti bakal menang," ucap Savero menyakinkan dirinya sendiri.
"Tentu," sahut Melvin.