Aldebaran William Manohara adalah seorang pria berhati dingin yang tak pernah memikirkan cinta. Aldebaran sudah berusia 35 tahun, tapi Al tak kunjung menikah karena Al ingin menjadi jomlo seumur hidupnya. Namun, suatu ketika. Kedua orangtua Al menjodohkan Al dengan wanita cantik bernama Nindy Putri Wijaya. Nindy adalah anak bungsu dari keluarga Wijaya, sekaligus adik dari musuh bebuyutan Aldebaran yang bernama Mondy Putra Wijaya. Mondy adalah Bos Gangster yang cukup disegani oleh orang-orang kalangan atas dan itulah yang membuat keuangan perusahaan milik Wijaya and group naik drastis. Aldebaran melakukan berbagai macam cara untuk mengalahkan Mondy, bahkan Aldebaran tega membuat Mondy koma. Nindy yang mengetahui penyebab kakaknya celaka menaruh dendam kepada Aldebaran dan Nindy bersumpah akan membalas dendam kakaknya dengan perangkap cinta yang telah Nindy ciptakan. Penasaran dengan kelanjutannya? yuk baca.
Al tengah berkumpul bersama keluarganya karena sepupunya yang tinggal di luar negeri akan pulang ke Indonesia dan itulah sebabnya Al berada di tempat terkutuk ini.
Al duduk di samping ayah tirinya. Namun, suasana terasa hening karena tidak ada satu pun dari mereka yang mau memulai obrolan.
"Menurut kamu, bagaimana wajah Galang sekarang? Apa wajah Galang masih sama atau sudah berubah?" tanya ayah tirinya mencoba memecah keheningan di tempat tersebut.
"Mana gue tahu. Lu pikir gue dukun? Kalau gue dukun, lu adalah orang pertama yang gue santet!" balas Aldebaran dengan nada tinggi.
Al melontarkan tatapan sinis kepada ayah tirinya. Al sangat membenci ayah tirinya dan bagi Al, ayah tirinya adalah iblis yang sedang menyamar sebagai manusia.
"Jaga ucapanmu, Al. Kamu tidak boleh berbicara kasar kepada ayahmu," ujar bunda.
Bunda mencoba memberikan nasihat kepada Al, tapi Al membalasnya dengan acungan jari tengah.
"Terserah gue dong. Lu nggak berhak untuk mengatur hidup gue karena gue bukan anak lu lagi!" pekik Aldebaran.
Al memalingkan pandangannya karena ia malas melihat wajah ibunya yang mirip dengan wajah iblis betina.
"Kenapa kamu selalu bersikap, seperti ini? Apa kamu tidak sayang dengan bunda?" tanya ayah tirinya yang merasa kesal saat mendengar ucapan tak sopan dari Al.
"Tidak. Satu-satunya keluarga yang aku sayangi adalah Galang karena Galang selalu mengerti diriku. Tidak, seperti kalian!" balas Al.
Al mengungkit-ungkit kesalahan orang tuanya di masa lalu. Tak hanya itu, Al juga mengungkit tentang kematian ayah kandungnya yang masih menjadi misteri.
"Ayah meninggal secara tidak wajar dan aku yakin jika dialah dalang di balik kejahatan ini!" ucap Al.
Al menunjuk ayah tirinya. Namun, kedua orang tuanya malah mengabaikan Al karena mereka sudah bosan mendengar ucapan Al tentang kasus ini.
"Sudahlah, kamu tidak perlu mengungkit masa lalu. Lagi pula, ayah kamu sudah tenang di alamnya dan sekarang kita sudah memiliki pengganti yang jauh lebih baik," ucap bunda sambil memeluk lengan suaminya.
Al langsung terdiam karena ia malas berbicara dengan orang yang lagi dimabuk cinta. Al tahu jika cinta itu buta, tapi kenapa harus bunda yang menjadi korbannya?
"Bunda boleh bertanya sesuatu?" tanya bunda.
Al melirik sekilas. "Tanya apa?"
"Kapan kamu menikah? Usia kamu sudah hampir 30 tahun loh, tapi kamu masih jomlo hingga sekarang."
Bunda melontarkan tatapan serius kepada Al, sedangkan Al berpura-pura tidak mendengar pertanyaan bunda.
Bagi Al, pertanyaan kapan menikah adalah pertanyaan paling horor yang pernah ia dengar.
"Al, jangan pura-pura tidak mendengar. Bunda ingin kamu segera menikah atau bunda yang akan mencarikan jodoh untukmu!" ancam bunda.
"Aku tidak akan menikah sampai kasus kematian ayah terungkap. Lagi pula, perempuan zaman sekarang hanya bisa menyusahkan."
"Tidak semua perempuan di dunia ini menyusahkan. Di dunia ini banyak wanita tangguh yang belum kamu ketahui, Al."
Ayah tirinya mencoba menjelaskan kepada Al tentang definisi cinta sejati, tapi Al malah memberikan tatapan jengkel.
Al merasa mual dengan tingkah kedua orang tuanya karena orang tuanya bersikap, seperti remaja yang baru merasakan cinta, padahal usia mereka sudah 50 tahun.
Al fokus menatap layar ponselnya. Al berusaha menghubungi Galang, tapi Galang tak membalas pesan maupun telepon darinya.
"Kenapa Galang lama sekali? Apa mungkin mobilnya terjebak macet?" tanya Al dalam hatinya.
Al melihat ke arah depan. Al menanti kedatangan Galang dengan perasaan jenuh dan jengkel karena ada dua iblis sedang bermesraan.
Kedua iblis itu tidak tahu tempat karena mereka bermesraan di hadapan pria jones, seperti Al.
"Sampai kapan aku harus menunggu?" tanya Al sambil menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 malam, tapi Galang tidak kunjung datang juga.
***
Sebuah mobil mewah memasuki pekarangan rumah Al, membuat seluruh pembantu yang bekerja di kediaman itu langsung berlari menghampiri mobil tersebut.
Para pembantu itu berniat membukakan pintu untuk orang yang berada di dalam. Namun, orang itu sudah keluar sebelum mereka tiba di depan mobil tersebut.
"Selamat datang, Tuan Galang."
Para pembantu itu menyapa sambil menundukkan kepala sebagai rasa hormat mereka kepada Galang.
Galang hanya tersenyum, lalu Galang melangkah masuk ke dalam rumah tersebut.
Saat berada di dalam, Galang langsung di sambut oleh dekorasi cantik yang telah tantenya siapkan. Namun, Galang malah fokus menatap layar ponselnya karena dia sedang menghubungi kekasihnya.
Galang sangat mencintai kekasihnya, tapi Galang masih merahasiakan kekasihnya dari keluarga besarnya.
Di sepanjang perjalanan menuju halaman belakang, Galang tersenyum-senyum sendiri membuat para pembantu merasa heran dengan sikap Tuannya.
Galang mengabaikan mereka walaupun mereka berpenampilan cantik dan seksi.
"Tuan Galang kenapa malah fokus dengan ponselnya ya? Apa jangan-jangan dia sudah punya pacar?" tanya salah satu pembantu.
"Tidak tahu. Tapi, sepertinya iya karena dia mengabaikan kita," balas pembantu lain.
Para pembantu itu terus memandangi Galang dari kejauhan hingga Galang tiba di halaman belakang rumah.
Saat berada di depan keluarga besarnya, Galang langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celana agar keluarga besarnya tidak merasa curiga dengan dirinya.
Galang duduk di hadapan Al, lalu Galang memberikan sebuah kode kepada Al. Mereka ingin bicara, tapi di sana ada orang tuanya Al.
"Kalian kenapa saling menatap satu sama lain?" tanya ayah tiri Al.
"Tidak kenapa-kenapa," balas Al dan Galang secara bersamaan.
"Benarkah?" Ayah tirinya kembali bertanya karena dia merasa curiga dengan sikap Al dan Galang.
"Iya," balas mereka.
Galang mencoba bersikap biasa saja, sedangkan Al langsung memainkan ponselnya. Al mengirimkan pesan kepada Galang dan setelah Galang membacanya, Al langsung pergi dari tempat tersebut.
Aldebaran tidak ingin berlama-lama di rumah orang tuanya dan dia juga harus menemui anak buahnya.
Ketika Al pergi, Galang langsung tersenyum licik karena Al sudah masuk ke dalam perangkapnya.
"Al mau pergi ke mana?" tanya bunda sambil menatap Galang.
"Al ada urusan," balas Galang.
"Urusan apa?" tanya bunda.
"Galang tidak tahu, Tan. Dia hanya bilang kalau dia ada urusan saja," balas bohong Galang.
Galang pura-pura tidak mengetahui apapun, supaya rencana jahatnya berjalan dengan lancar. Galang ingin mengadu domba Al dengan ketua Gangster bernama Mondy.
Mondy adalah kakak dari kekasihnya, tapi Galang sangat membenci Mondy karena Mondy selalu ikut campur dalam permasalahan hubungannya dengan sang kekasih.
"Lihat saja, kalian berdua akan terperangkap dalam jebakan yang telah aku buat dan kalian akan pergi untuk selama-lamanya!" batin Galang.
Galang tersenyum licik. Galang membayangkan jika Al dan Mondy masuk ke dalam perangkapnya, mereka tidak akan bisa keluar dari perangkap tersebut sampai salah satu dari mereka kembali ke hadapan sang illahi. Galang memantau Al melalui ponselnya sambil menyeruput minuman soda yang telah disediakan oleh tantenya.
Buku lain oleh Dina Aisha
Selebihnya