Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tawanan Cinta Sang Mafia

Tawanan Cinta Sang Mafia

CHERRY BLOSSOM

5.0
Komentar
4
Penayangan
1
Bab

Perusahaan keluarga Valerianus di ambang kebangkrutan hingga tidak bisa membayar utang mereka pada klan Genevece, mafia terkuat di Sisilia. Untuk menyelamatkan perusahaan, Tuan Draco Valerianus menjual putri sulungnya, Luna Valerianus kepada Luciano Genevece yang konon terkenal kejam, tamak, dan berhati dingin seperti iblis seharga 1milyar dolar.

Bab 1 1. 1 Milyar Dolar

Chapter 1

1 Milyar Dolar

Luna terbangun di sebuah kamar hotel, tubuhnya terbungkus selimut hotel yang tebal dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya terutama bagian pangkal pahanya. Juga rasa sakit di kepalanya yang berdenyut-denyut.

Luna mencoba bangun, wanita dengan mata berwarna Hazel dan berambut panjang berwarna cokelat itu menyeka air matanya. Ayahnya tega menjualnya ke pria brengsek, penguasa tertinggi Sisilia untuk membayar utang yang sudah tidak dibayar selama satu tahun.

Perusahaan ayahnya mengalami defisit keuangan sehingga ayahnya meminjam uang pada sang penguasa Sisilia untuk menyelamatkan perusahaan. Tetapi, kebangkrutan tetap tidak bisa dihindarkan sehingga ayahnya tidak bisa membayar utang pada penguasa Sisilia yang dikenakan sebagai mafia paling kejam di sana.

Orang bilang, sang mafia memiliki postur tubuh tinggi besar dan wajahnya yang mengerikan, angker. Tetapi, tadi malam ayahnya menutupi matanya menggunakan kain hitam, tangannya juga diikat di ranjang sehingga Luna tidak bisa melihat dan measakan apa pun. Hanya bisa mengingat saat pria itu melucuti pakaiannya lalu sakit yang luar biasa saat pria itu mendesakkan kejantannya, merobek dinding keperawanannya. Saking sakitnya Luna bahkan hingga tak sadarkan diri.

Luna turun dari ranjang, kakinya gemetaran menyentuh lantai. Ia mengamati pergelangan tangannya yang memerah bekas diikat tadi malam, untungnya si bajingan itu melepaskannya sehingga ia tidak harus terikat sampai pagi.

Luna meraih tasnya di atas nakas dan mengambil ponsel yang lalu memeriksa jam di ponselnya. Hari ini adalah ulang tahunnya yang ke sembilan belas dan hadiah yang ia dapatkan adalah penghinaan. Ia tidak akan melupakan apa yang ayahnya lakukan seumur hidupnya.

Sambil menyeka air mata Luna mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai lalu mengenakannya, ia kemudian mengambil cek yang terletak di atas nakas. Ingin sekali Luna merobek cek itu, tetapi jika ia melakukan itu mungkin ayahnya akan membunuhnya.

Luna pulang menggunakan taksi ke rumahnya dan alangkah terkejutnya saat mendapati Scott Prager, sahabat masa kecilnya, orang yang sangat ia cintai seumur hidupnya berada di sana.

"Dati mana saja kau, Scott datang pagi-pagi untuk merayakan ulang tahunmu," ucap Audrey Valerianus, adik Luna dari ibu yang berbeda.

Ibu Luna meninggal saat Luna berusia satu bulan karena sakit dan ayahnya langsung menikah lagi dengan ibu Audrey tujuh hari setelah kematian ibunya sehingga jarak umur Luna dan Audrey hanya sebelas bulan.

"Scott, maaafkan kakakku. Tapi, dia malah keluyuran semalaman tidak pulang," kata Audrey, gadis yang usianya belum genap delapan belas tahun dan memiliki paras cantik dan tubuh yang molek, dan mata Hazel sama seperti Luna.

Pergi semalaman entah ke mana apanya, batin Luna. Jelas-jelas ayahnya sendiri yang melemparkannya pada seorang pria di sebuah hotel.

"Jangan-jangan tadi malam kau pergi berpesta merayakan ulang tahunmu dan...," kata Audrey seraya menatap jijik kepada Luna.

Selama sembilan belas tahun ini Luna selalu mengalah pada adiknya, bahkan ketika adiknya mengatakan menyukai Scott, ia langsung menjaga jarak dengan Scott. Belum lagi ibu tirinya yang selalu bersikap jahat dan arogan padanya, tetapi bersikap manis di depan ayahnya.

"Ke mana saja kau semalam?" hardik Beata, ibu tiri Luna yang tiba-tiba datang.

Seluruh keluarganya tahu jika tadi malam ayahnya menjualnya kepada seorang mafia dan sekarang di depan Scott mereka bersandiwara seolah mereka tidak tahu.

Tiba-tiba Beata mendekat dan menjambak rambut panjang Luna. "Dari mana? Apa kau bersenang-senang merayakan lang tahun tadi malam sementara keluarga kita sedang mengalami kebangkrutan?"

Untuk pertama kalinya Luna merasakan keberanian, juga muak yang sudah tidak bisa lagi dibendung. Ia menarik rambutnya dari cengkeraman Beata.

"Ya. Aku tidur dengan laki-laki tadi malam. Aku menjual diriku untuk menyelamatkan keluarga ini," kata Luna dengan nada dingin.

Sebuah tamparan kencang melayang mengenai pipi Luna hingga Luna tersungkur di lantai. "Tidak tahu malu! Di mana harga dirimu!" bentak Beata.

Luna memegangi pipinya, air mata membasahi wajahnya. Rasanya sangat sakit ketika harus menerima penghinaan bertubi-tubi.

Scott hendak mendekati Luna, tetapi Audrey menariknya. "Kakakku sungguh menjijikkan," kata Audrey.

"Kau benar-benar menghancurkan nama keluarga ini. Apa kata orang jika ada yang tahu jika kau menjual diri untuk melunasi utang keluarga kita? Apa kau pikir ayahmu tidak kompeten sehingga kau harus tidur dengan pria tua demi uang?" kata Beata dengan nada tinggi.

Luna membuka tasnya dan mengeluarkan selembar cek lalu melemparkannya kepada Beata. Beata memungutnya, mata wanita itu terbelalak melihat angka yang tertera di cek itu, tetapi perasaannya sangat bahagia.

"Kau benar-benar menjual diri? Anak sialan! Kau tidak ubahnya seorang pelacur!" ucap Beata masih dengan nada tinggi.

Scott melepaskan lengannya yang dipegangi Audrey dan mendekati Luna, pria itu menekuk kakinya di depan Luna. "Luna, katakan semua ini tidak benar."

Scott adalah pria berperawakan tinggi dengan mata berwarna cokelat terang, rambutnya berwarna cokelat gelap dan kulitnya kecokelatan. Mereka mengenal sejak masih duduk di bangku taman kanak-kanak, persahabatan mereka berlanjut hingga kini dan Luna menyimpan perasaan cinta untuk pria itu karena hanya bersama Scott ia merasakan memiliki seseorang yang bersedia mendengarkan semua keluh kesahnya.

Luna memegangi pipinya yang memerah bekas tamparan ibu tirinya dan mendongakkan wajahnya, matanya penuh air mata.

"Ya. Aku telah menjual diriku," jawab Luna datar.

Scott menundukkan kepalanya menatap lantai. "Aku bisa meminjamkanmu uang, kenapa kau harus menjual dirimu."

"Aku tidak ingin berutang pada siapa pun," jawab Luna dingin.

Tidak ada lagi harapan di matanya, tidak ada lagi cinta untuk Scott. Semua sudah hancur, pria mana yang bisa menerima wanita kotor sepertinya meskipun ayahnyalah yang menjualnya.

"Tidak, Luna. Kita bisa membicarakan ini, Oke? Kembalikan cek itu biar aku yang membayar utang keluargamu," kata Scott.

"Apa kau tahu berap utang keluarga ini?" tanya Luna sambil menatap Scott. "1 Milyar Dolar, Scotts. Bahkan jika kau menjual rumah dan perusahaanmu, kau belum tentu bisa membayarnya."

Scott terdiam, menunduk. "Maaf, Luna. Aku tidak berguna."

Luna tersenyum. "Terima kasih, Csott."

Kemudian Luna bangkit dari posisinya. Ia menuju kamarnya dan segera berlari ke kamar mandi, rasanya sangat jijik dan hina. Wanita denagn tinggi 165 cm itu menangis sejadi-jadinya di bawah guyuran air shower seraya menggosok seluruh tubunya yang terasa kotor.

Dunia begitu kejam padanya. Sejak kecil ia ditinggalkan ibunya, lalu ia memiliki ibu tiri yang sangat jahat, kini satu-satunya orang yamg seharusnya melindunginya justru menjualnya demi uang 1 Milyar Dolar.

Apa salahku? Batinnya begitu nelangsa hingga rasanya ia tidak ingin lagi melihat dunia.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh CHERRY BLOSSOM

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku