Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Seorang pria tampak sibuk dengan berkas-berkas di mejanya, sudah menjadi rutinitas sehari-hari berkutat dengan banyak dokumen setiap hari—menandatangani hal-hal yang membutuhkan persetujuannya. Tampan bak visual dewa-dewa yunani, perfactionis, sukses dan tentunya kaya raya—siapa yang tidak terpesona pada sosok Rajano Sebastian Smith si dingin yang tidak tergapai. Sayang sekali fisik sempurna akan selalu berdampingan dengan sifat yang sebaliknya sebab—tidak ada manusia yang benar-benar sempurna di muka bumi. Karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta.
Bunyi ponsel yang terus mengganggu rungu membuat pria itu menghentikan sejenak aktivitasnya. Ada nama 'Kakek' di layar, buru-buru Raja menjawab panggilan itu atau kakeknya akan murka hanya karena alasan sepele—terlambat mengangkat telepon.
"Ya, Kek?"
"Sudah sebulan dari waktu yang ditentukan, kau sudah menemukan calon istri?" Raja mendesah, tidak bosan-bosan sang kakek mewanti-wanti perihal yang sama.
"Belum, Kek. Menemukan calon istri tidak semudah menemukan permen di toko, Kek. Bersabarlah."
"Mau sampai kapan? Menunggu Kakek mati begitu?!"
Raja menghela napas panjang. "Tidak begitu juga, Kek. Memangnya Kakek mau cepat mati?!"
"Tentu saja tidak, bodoh! Aku tidak akan mati sebelum dapat cicit darimu. Ini peringatan terakhir, jika dalam seminggu ini kau tidak juga menemukan calon istri, Kakek yang akan mencarikan untukmu. Dan kau tidak boleh menolak."
"Hah ... baiklah, Kek."
Tut ... tut... tut....
Kebiasaan sang kakek adalah mematikan sambungan telepon secara sepihak. Maklum, kakek Raja sudah lanjut usia itulah mengapa tingkahnya terkadang menjadi sangat kekanak-kanakkan dan egois, harus dituruti semuanya. Terlepas dari itu semua, Raja sangat menyayangi kakeknya, sebab—hanya kakeknya keluarga yang Raja miliki saat ini.
"Dimana menemukan calon istri yang pas dalam waktu seminggu? Huft~ membuat stress saja." Gumam Raja.
"Kau bisa stress juga?" Atensi Raja teralihkan pada sosok mungil di hadapannya, lagi-lagi Raja mendesah.
"Bisakah kau mengetuk pintu dulu? Kau datang tiba-tiba seperti hantu."
Gadis itu tersenyum kemudian menarik kedua pipi Raja. "Uhh—Rajano sangat manis ketika sedang kesal."
"Hentikan Sandrina Kumala! Aish berhenti menganggapku anak kecil!"
Sandy, panggilan akrab gadis itu. Dia tertawa renyah, "Kau kan memang lebih muda dariku, Ja! Bagiku kau tetap adik kecil yang manis."
Sungguh mood Raja bertambah buruk saja, alasan utama mengapa pria sesempurna Raja masih single di usia ke-25 tahun adalah karena sosok mungil di depannya itu. Ya, karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan sejak di bangku SMA. Sandrina Kumala, gadis yang dua tahun lebih tua darinya itu adalah satu-satunya gadis yang bisa menembus kokohnya hati Raja, bahkan gadis itu menjadi satu-satunya yang berhasil menempati tempat terdalam di hati Raja.
"Ada apa kau kemari?" Sergah Raja memegangi pipinya yang terasa panas. Sungguh Sandy memiliki tubuh yang mungil namun tenaganya kuat sekali, pipi Raja sampai merah.
Sandy tersenyum, dia mengeluarkan sebuah kartu undangan dari tas tangannya. Desain kartu undangan berwarna pink, cantik sekali sesuai dengan pribadi Sandy yang lembut dan ceria. "Undangan pernikahanku sudah jadi, kau beruntung menjadi yang pertama menerima itu. Karena, kau sahabat yang paling kusayangi." Sungguh hati Raja pedih, melihat kartu undangan dengan nama Sandrina Kumala dan Jeremy Suherman di sana. Tidak akan ada kesempatan untuknya lagi memiliki Sandy, selamanya itu hanya akan menjadi angan-angan semu. Parahnya lagi, gadis yang dicintainya itu akan menikah dengan sahabatnya sendiri, Jeremy Suherman. Double kill untuk Raja.
"Tck ... ini undangan pernikahan atau undangan pesta ulang tahun anak TK? Terlalu imut!" Kata Raja membuat Sandy kesal.
"Kau memang menyebalkan ya!" Sandy pun memukuli punggung Raja, setelahnya mereka tertawa bersama. Ya, setidaknya Raja masih bisa pura-pura terlihat bahagia meski kini hatinya remuk redam. "Selamat, akhirnya kau menikah juga. Kasihan kau sudah terlalu tua."
"Hey, Rajano Sebastian Smith!"
"Aku bercanda."