Terdesak di acara reuni sekolah, Ratu Aurelie terpaksa mengakui pria secara asal sebagai calon suaminya, soalnya itu adalah Rajano Sebastian Smith, pengusaha muda sukses yang ternyata juga hadir di acar reuni tersebut. Untungnya Raja mau membantu Ratu berpura-pura menjadi kekasihnya, sehingga Ratu selamat dari bullyan. Namun, akibatnya Ratu harus menjadi calon istri sungguhan Raja, atas permintaan pria itu. Ratu tidak punya pilihan lain selain menerima, atau harga dirinya akan terjun bebas.
Seorang pria tampak sibuk dengan berkas-berkas di mejanya, sudah menjadi rutinitas sehari-hari berkutat dengan banyak dokumen setiap hari-menandatangani hal-hal yang membutuhkan persetujuannya. Tampan bak visual dewa-dewa yunani, perfactionis, sukses dan tentunya kaya raya-siapa yang tidak terpesona pada sosok Rajano Sebastian Smith si dingin yang tidak tergapai. Sayang sekali fisik sempurna akan selalu berdampingan dengan sifat yang sebaliknya sebab-tidak ada manusia yang benar-benar sempurna di muka bumi. Karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta.
Bunyi ponsel yang terus mengganggu rungu membuat pria itu menghentikan sejenak aktivitasnya. Ada nama 'Kakek' di layar, buru-buru Raja menjawab panggilan itu atau kakeknya akan murka hanya karena alasan sepele-terlambat mengangkat telepon.
"Ya, Kek?"
"Sudah sebulan dari waktu yang ditentukan, kau sudah menemukan calon istri?" Raja mendesah, tidak bosan-bosan sang kakek mewanti-wanti perihal yang sama.
"Belum, Kek. Menemukan calon istri tidak semudah menemukan permen di toko, Kek. Bersabarlah."
"Mau sampai kapan? Menunggu Kakek mati begitu?!"
Raja menghela napas panjang. "Tidak begitu juga, Kek. Memangnya Kakek mau cepat mati?!"
"Tentu saja tidak, bodoh! Aku tidak akan mati sebelum dapat cicit darimu. Ini peringatan terakhir, jika dalam seminggu ini kau tidak juga menemukan calon istri, Kakek yang akan mencarikan untukmu. Dan kau tidak boleh menolak."
"Hah ... baiklah, Kek."
Tut ... tut... tut....
Kebiasaan sang kakek adalah mematikan sambungan telepon secara sepihak. Maklum, kakek Raja sudah lanjut usia itulah mengapa tingkahnya terkadang menjadi sangat kekanak-kanakkan dan egois, harus dituruti semuanya. Terlepas dari itu semua, Raja sangat menyayangi kakeknya, sebab-hanya kakeknya keluarga yang Raja miliki saat ini.
"Dimana menemukan calon istri yang pas dalam waktu seminggu? Huft~ membuat stress saja." Gumam Raja.
"Kau bisa stress juga?" Atensi Raja teralihkan pada sosok mungil di hadapannya, lagi-lagi Raja mendesah.
"Bisakah kau mengetuk pintu dulu? Kau datang tiba-tiba seperti hantu."
Gadis itu tersenyum kemudian menarik kedua pipi Raja. "Uhh-Rajano sangat manis ketika sedang kesal."
"Hentikan Sandrina Kumala! Aish berhenti menganggapku anak kecil!"
Sandy, panggilan akrab gadis itu. Dia tertawa renyah, "Kau kan memang lebih muda dariku, Ja! Bagiku kau tetap adik kecil yang manis."
Sungguh mood Raja bertambah buruk saja, alasan utama mengapa pria sesempurna Raja masih single di usia ke-25 tahun adalah karena sosok mungil di depannya itu. Ya, karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan sejak di bangku SMA. Sandrina Kumala, gadis yang dua tahun lebih tua darinya itu adalah satu-satunya gadis yang bisa menembus kokohnya hati Raja, bahkan gadis itu menjadi satu-satunya yang berhasil menempati tempat terdalam di hati Raja.
"Ada apa kau kemari?" Sergah Raja memegangi pipinya yang terasa panas. Sungguh Sandy memiliki tubuh yang mungil namun tenaganya kuat sekali, pipi Raja sampai merah.
Sandy tersenyum, dia mengeluarkan sebuah kartu undangan dari tas tangannya. Desain kartu undangan berwarna pink, cantik sekali sesuai dengan pribadi Sandy yang lembut dan ceria. "Undangan pernikahanku sudah jadi, kau beruntung menjadi yang pertama menerima itu. Karena, kau sahabat yang paling kusayangi." Sungguh hati Raja pedih, melihat kartu undangan dengan nama Sandrina Kumala dan Jeremy Suherman di sana. Tidak akan ada kesempatan untuknya lagi memiliki Sandy, selamanya itu hanya akan menjadi angan-angan semu. Parahnya lagi, gadis yang dicintainya itu akan menikah dengan sahabatnya sendiri, Jeremy Suherman. Double kill untuk Raja.
"Tck ... ini undangan pernikahan atau undangan pesta ulang tahun anak TK? Terlalu imut!" Kata Raja membuat Sandy kesal.
"Kau memang menyebalkan ya!" Sandy pun memukuli punggung Raja, setelahnya mereka tertawa bersama. Ya, setidaknya Raja masih bisa pura-pura terlihat bahagia meski kini hatinya remuk redam. "Selamat, akhirnya kau menikah juga. Kasihan kau sudah terlalu tua."
"Hey, Rajano Sebastian Smith!"
"Aku bercanda."
***
Seorang gadis yang memiliki visual tidak biasa itu berjalan memasuki cafe kelas menengah di tengah kota, dia segera menjadi pusat indera orang-orang yang ada di dalam cafe. Mereka pikir mungkin gadis itu selebriti atau model karena visualnya yang luar biasa cantik. Sudah makanan sehari-hari bagi gadis itu menjadi pusat perhatian, bahkan dia sudah mengenakan pakaian sesederhana mungkin agar tidak menjadi santapan lapar para lelaki namun nyatanya apapun yang gadis itu kenakan, visualnya tetap bersinar. Faktanya-gadis itu bukan model atau selebriti melainkan seorang fotografer.
"Berikan aku satu ice chocolate!" Katanya menghampiri owner cafe yang merupakan sahabatnya sendiri.
"Huft~ kau ini datang-datang seperti preman menagih uang lapak saja. Duduk dulu di sana akan kubawakan chocolate kesukaanmu." Kata owner yang juga cantik itu. Gadis itu menurut, dia duduk di spot dekat jendela. "Kenapa lagi wajahmu kusut begitu? Ada masalah lagi dengan klien? Apalagi kali ini? Pengantin pria menggodamu? Atau pemotretan gagal karena klien pria selalu memandangmu? Atau klien wanita menjambakmu yang terlalu cantik untuk ukuran seorang fotografer?" Aneska Aulia, gadis itu terkekeh geli melihat raut wajah sahabatnya.
"Hentikan, Aneska! Aku sedang kesal tahu! Kau malah menambah buruk moodku."
Aneska menghentikan tawanya. "Maaf Ratu Sayang-ada apa sih?"
Ratu Aurelie-gadis dengan visual mematikan itu mendesah, "Kau tidak dapat undangan reuni dari SMA kita?" Tanyanya.
"Ah, iya aku dapat kemarin. Kenapa memangnya?"
"Kenapa? Hey, itu masalah besar untukku Aneska Aulia. Kau lupa Kirana CS akan mengejekku habis-habisan karena aku gagal menikah. Hah-aku lebih baik tidak muncul di sana."
"Bodoh! Kirana justru akan menganggapmu pecundang jika tidak hadir di sana. Kau justru harus membuktikan jika kau baik-baik saja bahkan sudah menemukan yang baru. Pria yang jauh lebih baik dari Damian Wijaya sialan itu!"
"Hei-kau kira menemukan pria yang lebih baik dari Damian dalam dalam beberapa jam itu seperti membeli permen di toko apa?! Astaga perempuan satu ini!"
"Ah, sebentar ada pelanggan." Ratu bertambah kesal karena Aneska mengabaikan dirinya.
"Lihat perempuan ini malah meninggalkanku." Cibir Ratu kesal, diseruputnya chocolatte miliknya sampai nyaris habis.
"Selamat datang." Sapa Aneska ramah. "Greentea lagi?"
Pria itu mengangguk. "Ya, seperti biasa."
"Baik, silahkan tunggu sebentar." Aneska membuatkan pesanan lelaki itu, dia begitu mengagumi sosok sempurna itu. "Hah ... tampannya. Ya, meskipun suamiku jauh lebih tampan." Gumam Aneska, setelah mengantarkan pesanan si pria Aneska kembali menghampiri sahabatnya lagi.
"Sorry... ada pelanggan spesial tadi." Aneska tersenyum dibalas tatapan kesal oleh Ratu.
"Spesial apanya?! Semua pelanggan sama saja bukan? Sama-sama beli dan sama-sama bayar." Cibir Ratu.
"Kau ini-bukan begitu. Coba kau lihat pria di sana!" Aneska menunjuk dengan dagunya pria yang tadi memesan green tea. "Sebulan terakhir dia pasti kemari setiap sore, dia tampan bukan? Lihatlah rahang tegas itu, hidung mancung, bibir kecil dan merah alami. Uhh~"
Ratu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya. "Heh-aku barusan merekam ucapanmu ketika mengatakan itu. Bagaimana kalau kukirim videonya pada Kenzo?!"
"Kau ini! Hapus itu!" Aneska merebut ponsel Ratu dan segera menghapus rekaman yang bisa menyebabkan perkara dalam rumah tangganya. "Aku kan hanya sekedar mengagumi." Iseng-Aneska memotret sang lelaki dengan ponsel Ratu. "Hah gambar yang bagus."
"Apanya?"
"Bukan apa-apa." Aneska meringis kecil, Ratu pasti akan terkejut ketika melihat wallpaper ponselnya nanti. "Jadi kau akan pergi atau tidak?"
"Bukankah tadi kau bilang akan dianggap loser jika tidak datang, jadi aku akan datang." Kata Ratu kemudian. "Masalah pria nanti saja kupikirkan."
"Okey, terserah kau saja."
Bab 1 Undangan Reuni
10/08/2022
Bab 2 Kebohongan
10/08/2022
Bab 3 Menikah Denganku!
11/08/2022
Bab 4 Bertemu Kakek
11/08/2022
Bab 5 Ciuman
11/08/2022
Bab 6 Mantan
11/08/2022
Bab 7 Dilema
11/08/2022
Bab 8 Menggoda Raja
11/08/2022
Bab 9 Posesif
11/08/2022
Bab 10 Pernikahan Raja Ratu
11/08/2022