Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dari pembantu menjadi Ratu

Dari pembantu menjadi Ratu

NurAndsi

5.0
Komentar
35
Penayangan
5
Bab

~kamu hanya punya dua pilihan. Menjadi istri ku, atau menikah dengan ku~ Aldrian Adiwijaya. Bercerita tentang hana arunika. Gadis berusia 19 tahun, yang nekat ikut tetangganya berangkat ke kota hanya untuk menjadi pembantu. Mengapa menjadi pembantu? Karena Hana bukanlah tamatan SMA yang bisa mendapatkan. Pekerjaan yang cukup layak untuk anak seusianya. Hidup Hana yang awalnya damai, kini menjadi kacau sebab di porak porandakan oleh tuan mudanya sendiri. Kalo kata Hana ~Tuan muda begitu tampan, namun sayangnya kisah Cinderella hanya ada di dunia dongeng, bukan untuk dunia nyata" ~~~~~ "Siapa kamu?" "Saya Hana tuan, pembantu baru di sini" "Iyakah?" "I_iyah tuan" "Berapa usia mu?" "19 tahun tuan" "Kalau begitu siapkan dirimu dari sekarang, sebab di usia 21 tahun nanti, saya akan meminang mu menjadi istriku" Deghh....

Bab 1 Hana Arunika

Seorang gadis dengan wajah cantik dan senyum manis yang di pamerkan nya, berjalan dengan sedikit tergesa gesa, sambil menegur beberapa warga yang saling berpapasan dengan nya di jalan.

"Neng Hana"

"Iyah buk"

"Dari mana neng? kelihatannya buru buru banget" tanya salah satu warga desa yang berpapasan dengannya.

"Dari rumah pak kades buk. Biasalah, akhir bulan" jawab Hana dengan sedikit kekehan mengiringi ucapannya.

"Oalah, habis gajian toh neng"

"Ibu tau aja, Hana jadi malu"

"Bisa aja si Eneng. Terus ini mau kemana? Kenapa buru buru?"

"Mau cepet cepet pulang buk, takut keburu Maghrib di jalan"

"Oh yaudah, kalo gitu hati hati yah neng"

"Iyah buk. Hana pamit dulu yah" Hana sedikit menundukkan tubuhnya sebagai bentuk sopan santun, kemudian kembali melangkah dengan langkah yang terkesan buru buru.

Hana Arunika, atau sering di sapa Hana. Adalah gadis berusia sembilan belas tahun, yang rela menghabiskan masa remajanya dengan berkerja.

Jika anak anak di usia tengah bertempur di dunia pendidikan, maka berbeda dengan Hana.

Gadis yatim piatu yang sudah tak memiliki siapa siapa lagi, hanya bisa menghabiskan masa remajanya dengan berkerja paruh waktu di kebun teh milik pak kades.

Hana tinggal di desa ini sejak dirinya lahir, namun pada usia lima belas tahun Hana harus kehilangan kedua orang tuanya sekaligus.

Kedua orang tuanya mengalami kecelakaan tunggal, yang menyebabkan perginya orang tua Hana untuk selamanya.

Semenjak kepergian orang tuanya, Hana hidup sendiri dengan mengandalkan rumah peninggalan orang tuanya.

Hana yang sat itu masih sangat muda, memutuskan untuk berhenti sekolah, dan memilih berkerja untuk kelangsungan hidupnya.

Apakah Hana mengeluh akan nasibnya? Tantu saja tidak. Hana adalah seorang anak pekerja keras, yang tidak pernah mengeluh akan keras dan sulitnya hidup yang dia jalani.

"Hana"

Gerakan tangan Hana yang awalnya ingin membuka pintu, berhenti saat mendengar seseorang memanggilnya.

"Buk Siti.." kaget Hana

"Gimana kabarmu nak?" Tanya Siti. Tetangga Hana yang dulu sangat dekat dengan Hana.

"Alhamdulillah buk, ibu sendiri kabarnya gimana? Hana udah lama loh gak lihat ibu"

"Kabar ibu baik nak" Siti melihat penampilan Hana yang jauh dari kata baik. Tubuhnya yang makin kurus, dan juga pakaiannya yang nampak terlihat sangat lusuh. Di dalam benak Siti merasa iba melihat Hana yang seperti ini. Namun di balik itu semua, wajah cantik Hana masih sangat melekat dn tak pudar sama sekali.

"Hana dari mana nak?"

"Habis dri rumah pak kades buk, hari ini para pekerja kebun lagi gajian"

"Jadi Hana kerja di sama pak kades?"

"Iyah buk"

"Penghasilannya berada nak?"

"Biasanya lima ratus ribu, tapi kali ini Hana dapatnya tujuh ratus ribu, banyak kan" ucap Hana dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

Tujuh ratus ribu Hana bilang banyak. Bahkan belum tentu uang segitu cukup untuk kebutuhannya selama satu bulan.

"Hana mau ikut kerja bareng ibu gak?" Tawar siti

"Kerja bareng ibu, di kota?" Tanya Hana

"Hmmm... Kalau Hana mau, nanti setelah Maghrib datang ke rumah ibu, kita bahas nanti di rumah ibu"

"Oke buk, kalo gitu Hana masuk dulu. Mau mandi"

"Iyah nak"

Hana masuk ke dalam rumah, sedangkan Siti masih menatap tubuh hana hingga menghilang dari balik pintu.

"Rut, lihatlah anak mu. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik, dan juga mandiri. Aku yakin kamu pasti senang melihat anak mu tumbuh sebaik ini" lirih Siti.

Sesuai dengan pembicaraan Siti dan Hana tadi, kini selesai mandi Hana langsung ke rumah Siti untuk menanyakan perihal tawaran Siti tadi.

"Jadi gimana nak? Kamu mau gak?" Tanya Siti. Sebelumnya Siti sudah menjelaskan tentang gaji yang bisa Hana dapatkan jika Hana mau ikut berkerja dengannya ke kota.

"Mmmm...Hana tertarik sih buk, tapi nanti rumah Hana...." Lirih Hana dengan menggantung ucapannya.

"Masalah rumah kamu aman nak, nanti ibu minta tolong indah buat bersihin bagian depan rumah kamu" indah adalah anak pertama buk Siti. Siti memiliki dua anak, yang pertama indah dan yang ke dua aswar.

Indah seumuran dengan Hana, dan saat ini tengah melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Sedangkan Aswar, baru memasuki kelas dua SMP.

"Pikirkan baik baik tentang tawaran ibu ini nak. Kamu masih muda, dan kamu pantas mendapatkan pekerjaan yang lumayan untuk kebutuhan kamu"

Hening....

Hana diam seolah sedang menimbang nimbang akan keputusan yang tepat, yang perlu di ambilnya.

"Jika kamu masih mau memikirkannya secara matang tidak apa apa nak, Kamu bisa memikirkannya terlebih dahulu."

"Lusa ibu akan kembali ke kota, dan jika kamu berniat untuk ikut dengan ibu, maka persiapkanlah semua keperluan yang kamu butuhkan selama di sana"

"Apakah ibu yakin Hana akan di terima berkerja di sana?" Tanya Hana ragu. Soal pekerjaan, dirinya selalu merasa insecure sebab Hana bukanlah lulusan SMA.

"Ibu yakin seratus persen jika kamu akan di terima, karena majikan ibu memang sedang mencari pekerja baru untuk menggantikan pekerja yang lama"

Hening....

"Jangan terlalu di pikirkan, jika Hana tak ingin keluar dari desa ini, maka ibu tidak akan memaksa Hana untuk ikut"

"Ibu menawarkan ini, sebab ibu tak tega melihat kamu yang berkerja sekeras itu, namun hanya mendapatkan hasil yang kecil"

"Hana akan pikirkan lagi tawaran ibu"

"Dan ibu akan menunggu jawaban mu nanti" ucap Siti dengan senyum yang di lemparkan kepada Hana.

Hana kembali kembali ke rumahnya, setelah selesai berbincang dengan Siti.

Hana masuk ke kamarnya, kemudian membuka lemari usang milik mendiang kedua orang tuanya.

Di dalam lemari itu masih tersimpan semua pakaian milik kedua orang tuanya, dan juga satu bingkai foto berukuran sedang, yang terdapat foto ke tiganya di dalam bingkai itu.

Tangan mungil Hana meraih bingkai foto itu, kemudian di usap lembut sebab ada sedikit debu yang menempel.

"Pak, buk..." Lirih Hana

"Hana rindu" matanya mulai memerah. Tak bisa di pungkiri jika saat Hana melihat foto kedua orang tuanya, air mata Hana selalu menetes. Buka karena belum mengikhlaskan kepergian kedua orang tuanya, melainkan karena rasa rindu yang kian muncul.

"Apa yang harus Hana lakukan pak, buk. Apakah Hana harus menerima tawaran buk Siti, atau Hana harus bertahan di rumah peninggalan ibu dan bapak, dengan penghasilan yang sedikit"

Hana menghembuskan deru nafasnya. Di sisi lain dirinya ingin mengiyakan tawaran buk Siti, namun di sisi lain agak berat meninggalkan rumah ini.

Hana tak bisa semudah itu mengambil keputusan. Mungkin malam ini Hana akan sulit tidur karena akan mempertimbangkan keputusan yang akan dia ambil.

Dirinya berbaring dengan memeluk bingkai foto keluarganya, dan sesekali mencium bingkai foto itu. Memang hanya itu yang bisa Hana pakai untuk sedikit mengobati rasa rindunya kepada kedua orang tuanya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku