Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Cheryl adalah seorang penulis novel online. Karya-karya yang dia luncurkan selalu dibanjiri pembaca. Namun, akhir-akhir ini dia semakin malas melanjutkan tulisannya. Selain karena lelah, dia juga mengalami mimpi buruk yang hampir identik dengan plot yang dia tulis di novelnya. Cheryl mengeluh tidak dapat tidur nyenyak hingga kantung mata panda terbentuk dengan jelas di wajah gadis 25 tahun itu.
[Pokoknya, pembaruan bab harus dikirim malam ini!!! ]
Cheryl menatap pesan dengan banyak tanda seru dari editornya. Dia tahu dia sudah mengulur waktu dari pagi hingga petang, hanya untuk menghindari mengirim bab baru.
Terhadap pesan yang dikirim editornya, dia mengetik kalimat acak dan menekan tombol kirim.
[ Malam ini akan ada hujan meteor. Jadi aku tidak akan mengirim bab baru. Selamat tinggal!]
Cheryl segera mematikan obrolan dan kembali membuka antarmuka game online sebagai gantinya. Melihat bahwa batas waktu event berakhir dalam beberapa menit, Cheryl menggerakkan avatarnya, bersiap menaikkan rank.
Begitu jari-jarinya hampir menyentuh mouse, tiba-tiba lampu padam. Cheryl terkejut oleh kegelapan yang tiba-tiba. Dia bergeser sedikit, meraba ponsel didalam laci meja.
Setelah mendapatkan ponselnya, dia buru-buru menyalakan senter.
Karena listrik padam, Cheryl tidak lagi memiliki keinginan untuk begadang. Dengan senter ponsel ditangannya, dia masuk ke kamar dan naik ketempat tidur. Mungkin karena kelelahan, Cheryl langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal.
Dia tidak tahu, bahwa di luar sana benar-benar ada hujan meteor. Namun yang terlihat dari bumi di langit malam hanyalah percikan-percikan seperti kembang api, sangat indah.
_
Langkah kaki yang berat dari sepatu besi, bergema di setiap sudut ruangan. Selain langkah kaki, ada juga suara besi yang diseret di lantai, terdengar semakin menakutkan.
Cheryl mau tidak mau harus berlari di antara lorong gelap karena langkah menakutkan itu datang untuknya, mengejarnya.
Gadis itu berlari sekuat tenaga. Sesekali tersandung benda-benda yang berserakan, atau tubuh manusia yang tidak lagi bernyawa. Dalam prosesnya, kaki Cheryl memar dan lecet. Semakin sakit karena dia terus berlari.
Dia tiba di ujung lorong. Sudah tidak ada lagi jalan. Tidak ada pilihan lain selain bersembunyi di ruangan. Dia secara acak membuka pintu terdekat, melangkah dengan hati-hati. Minimnya cahaya membuatnya kesulitan. Dia melambaikan kedua tangannya untuk merasakan benda-benda disekitar. Malang bagi Cheryl, ruangan yang ia masuki adalah ruangan kosong. Jadi selain meja dan kursi tua, tidak ada apa-apa.
Suara langkah dibelakangnya semakin dekat. Cheryl merasa dia tidak bisa lari lagi, dia pasrah. Tubuh kurusnya meluncur ke lantai, tepat di bawah jendela besar yang terkunci rapat. Meringkuk di sudut dengan cara yang menyedihkan. Di luar hujan sangat deras. Petir menyambar satu demi satu. Dari posisinya, dia baru menyadari bahwa ada beberapa mayat di ruangan itu. Dia bahkan menginjak genangan darah mereka. Cheryl membekap mulutnya sendiri, berusaha agar tidak berteriak. Bagaimanapun, dia tidak terbiasa dengan pemandangan seperti itu. Karena tempat ini sebenarnya adalah istana yang sangat megah, yang kemudian menjadi tempat jagal dalam semalam, siapapun akan gemetar melihatnya.
Menyadari bahwa langkah kaki itu menuju ruangan tempat persembunyiannya, jantung Cheryl berdebar lebih kencang.
Lalu sosoknya muncul dari kegelapan. Sesekali kilat menyambar, membuat Cheryl dapat melihat seperti apa wajah iblis yang dengan lancangnya membantai orang-orang di istana. Pria itu memiliki bekas luka yang besar hampir di seluruh wajahnya. Ekspresi di wajah pria itu tidak ada yang lain selain kebencian. Menginjak potongan tubuh dan genangan darah, dia berjalan menuju Cheryl yang meringkuk.
Pria itu tinggi besar, berdiri menjulang dihadapan Cheryl. Dan Cheryl merasa dirinya semakin kecil dan tidak berdaya. Dengan takut, Cheryl membuka mulutnya, berniat memohon.