/0/21824/coverorgin.jpg?v=bf38f2fc2a18bd5b408ddaf505dc4c5f&imageMogr2/format/webp)
Melewati gang sempit yang sepi ditengah malam buta bukan masalah besar bagi Philips. Si ketua preman berumur 46 tahun itu sudah terbiasa melakukannya. Sebab setiap hari ia melewati gang sempit untuk menuju rumahnya.
Tapi langkahnya sekarang terlihat berhati-hati. Tangannya pun juga mulai meraih pisau yang selalu berada di balik punggungnya. Ia mendengar sebuah suara.
"Tolong aku." Samar-samar suara serak merintih terdengar.
Suasana sangat gelap, sehingga Philips perlu berhati-hati. Ini sudah tengah malam dan kejahatan bisa saja terjadi.
Grep!
"Setan!" Umpat Philips. Sebuah tangan berlumur darah memegang kakinya. Mata Philips membelalak lebar.
"Tolong aku, seseorang baru saja memperkosa ku dan mereka hendak membunuhku sekarang,"ujarnya dengan suara penuh ketakutan. Bahkan Philips bisa merasakan gemetar hebat tangan wanita itu yang tengah memegang kakinya.
Philips berjongkok dan melihat penampilan si wanita. Mata Philips memindai kondisi wanita itu. Matanya bengkak, sudut bibirnya pecah, pipinya biru, dan keningnya berdarah-darah. Kacau dan mengerikan gambaran pas untuk wanita asing yang hampir hilang kesadarannya itu.
Philips yakin ini bukan sebuah penipu. Kalau pun si wanita hendak menipunya Philips punya senjata tajam dan akan balas menyerang.
"Aku akan membawamu ke rumahku lebih dulu, semoga kau tidak keberatan." Setelah mengatakan itu Philips kemudian menggendong si wanita yang lemah tak berdaya. Membawa langkah kakinya menjauhi kegelapan.
Philip tidak tahu segerombolan orang menatapnya dari kejauhan sebelum kemudian berbalik ketika mendapat instruksi dari si ketua.
***
Mira tengah berbaring di sofa dengan kondisi televisi yang masih menyala. Mata gadis itu terpejam. Ia lelah menunggu sang paman yang belum muncul batang hidungnya.
Dia adalah si gadis sembrono. Gadis itu berusia 24 tahun, dan dalam hitungan detik usianya akan bertambah.
Dia gadis manis. Punya rambut keriting ikal, bulu matanya lebat dan kulitnya terang.
"Mira!"
Duk Duk Duk
Gedoran yang begitu keras membuat Mira serta merta langsung tersentak. Matanya langsung terbuka lebar.
"Mira, buka pintunya!"
"Astaga paman?!" Mira menyingkap selimut dan segera berlari menuju pintu.
Kenapa pamannya berteriak di malam buta begini. Bisa-bisa warga sekitar terganggu dan memberikan keluhan kepada mereka.
Tapi keluhan bukan hal yang sulit mereka selesaikan. Sebab lingkungan sekitar atau sendiri siapa si yang paling berkuasa daripada penguasa. Tentu jawabannya adalah Philips si ketua preman.
"Cepatlah Mira!" Diluar terdengar suara mendesak tidak sabaran.
"Sabar paman!" Geram Mira. "Sudah ku bilang bawa kunci rumah kalau kel—siapa wanita ini paman?" Buyar sudah cercaan Mira yang hendak memarahi sang paman. Manik mata Mira kebingungan menyaksikan sang paman tengah menggendong seorang wanita di tengah malam buta begini.
Manik mata Mira semakin membulat penuh ketika fokus melihat wanita asing itu. Kengerian terpancar dari manik mata hitamnya.
"Dia berdarah-darah—apa yang sudah paman lakukan?!"
Mira membungkam mulutnya seketika. Sisi semboro dalam dirinya mulai lagi. Kenapa dia berteriak kencang!
Pikiran buruk bahwa sang paman telah melakukan hal-hal mengerikan menyerang kepalanya.
"Minggir dulu." Philips kemudian masuk dan melewati sang keponakan yang masih syok.
Oke, sang paman pernah membuatnya syok karena membawa seekor harimau yang lepas dari kebun binatang. Tapi sekarang Mira dibuat syok luar biasa melebihi ketika sang paman membawa seekor harimau. Sang paman membawa seorang wanita asing yang terlihat babak belur karena dipukuli segerombolan orang!
Mira lekas-lekas mengekori pamannya yang sekarang menuju kamarnya.
"Kenapa membawa perempuan ini ke kamar ku! Siapa dia?!"
Gadis itu gemas.
/0/6493/coverorgin.jpg?v=fb5ad58e064a9af1db29fd81f7376a77&imageMogr2/format/webp)
/0/23616/coverorgin.jpg?v=4e035e194a5369d6dcd962de1423fc06&imageMogr2/format/webp)
/0/29115/coverorgin.jpg?v=9f8264e5ca6c5020641f384442ae638f&imageMogr2/format/webp)
/0/10604/coverorgin.jpg?v=8c894c4686d8df386bb5c59bb822dd33&imageMogr2/format/webp)
/0/25068/coverorgin.jpg?v=d3a2e8d55c7a4d0a049d77e091ae9bbb&imageMogr2/format/webp)
/0/17930/coverorgin.jpg?v=39fb4a11b317d421a36643706182c671&imageMogr2/format/webp)
/0/9842/coverorgin.jpg?v=9a6e554bcaa7a45079ce24a6f2a592d4&imageMogr2/format/webp)
/0/12930/coverorgin.jpg?v=f1d178d85c4e24b2cfcbcc8d6f43c9ae&imageMogr2/format/webp)
/0/15873/coverorgin.jpg?v=49849c71aa44043d823653d11438a557&imageMogr2/format/webp)
/0/16988/coverorgin.jpg?v=fb6f5bc71b71ba673fd22385c858c968&imageMogr2/format/webp)
/0/26320/coverorgin.jpg?v=72709ea82d6b43347f5a9612b7ca8019&imageMogr2/format/webp)
/0/29679/coverorgin.jpg?v=3ce2b19260a523e3b9a35975a260c831&imageMogr2/format/webp)
/0/17164/coverorgin.jpg?v=5399f2d9a3016cf695306f21f6d38fe9&imageMogr2/format/webp)
/0/21572/coverorgin.jpg?v=3a807ab91c98487d10183047ec65e63d&imageMogr2/format/webp)
/0/2865/coverorgin.jpg?v=148b7c0297ea539ab197a845457d933d&imageMogr2/format/webp)
/0/6595/coverorgin.jpg?v=36080175ef3c9e6d890c9db59d2148c9&imageMogr2/format/webp)
/0/6637/coverorgin.jpg?v=a530a5398bc61eb694f5ea42202f4e80&imageMogr2/format/webp)
/0/15094/coverorgin.jpg?v=e47e40b3c69070a2e7c84429b1b2df6d&imageMogr2/format/webp)
/0/23825/coverorgin.jpg?v=626b269729f3f72697f5d6c0d0a61b07&imageMogr2/format/webp)