Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
"Aneth, sudah pulang?"
Aneth menghentikan langkahnya kala ada seseorang yang memanggil namanya. Dia menoleh ke sumber suara dan ternyata ada omnya yang kini bersama dengan seorang pria yang terlihat masih muda.
"Ya, Om? Ada apa ya?" Aneth mendekat ke arah mereka. "Dan itu siapa?" tanya Aneth sembari melirik ke pria samping William-om Aneth.
"Kenalkan dia Maxime, calon suami kamu nantinya. Kenalan dulu."
Mata Aneth sontak membulat sambil melirik ke arah pria itu. "A-apa? calon suami?"
Pria itu tersenyum penuh arti dan mengulurkan tangan di hadapannya. "Saya Maxime, panggil saja dengan sebutan sayang."
Aneth melirik ke tangannya dan sontak meringis ketika mendengarkan ucapan Max barusan. "Sayang sayang ... makan tuh sayang!"
Aneth memutarkan bolamatanya dan menaap William dengan tajam. "Kenapa sih Om bawa pria gila seperti dia?"
"Dia tampan loh Aneth. Lihat saja wajahnya saja masih muda."
"Memangnya umur dia berapa?"
"Umur saya tiga puluh tahun."
Jawaban Max membuat Aneth shock seketika. "Gila ... Om mau menyuruh Aneth menikah dengan om-om seperti dia?" gadis itu menunjuk ke arah Max sambil menggelengkan kepala.
"Gamau ya Om. Mending Aneth nikah sama kambing dari pada sama dia." Aneth menggerutu cepat, kemudian dia berjalan kea rah kamarnya sendiri.
"Dia sangat lucu," kekeh Maxime.
"Dia memang lucu. Untung saja saya Om dia. Jadi saya tidak bisa menikahinnya."
Max menatap maut William. "Dia milikku. Jadi, jangan sampai kau macam-macam sama dia."
***
Sedangkan Aneth kini sudah berganti pakaian dan bersiap untuk keluar dari kamarnya sendiri.
"Sumpah ya, kalau om itu masih di sini. Aku bakalan tendang dia ke planet mars," gerutu Aneth.
Dan ternyata benar, saat dirinya mau ke dapur ada seseorang yang sedang berkutik di dalam dapur. Dia berdecak pelan dan membuka kulkasnya untuk mengambil minuman dingin di sana.
"Ngapain masih di sini hah? Tidak punya rumah?"
"Aku disuruh untuk menjaga kamu. makanya aku stay di sini," kata pria itu sambil meletakkan beberapa makanan yang akan dihidangkan di meja.
Aneth melirik pria itu sinis. "Tidak usah sok baik deh Om. Lebih baik Om sadar sama umur Om sekarang," sindirnya.
"Justru itu, aku ingin mencari pendamping yang cocok untukku. Dan menurutku, menikahi kamu itu suatu hal yang unik."
Aneth memutarkan bolamatanya dan duduk manis di kursi tersebut. "Tapi aku tidak mau."
Max mengangkat bahunya sakan tidak mendengarkan apa yang dibicarakan eh Aneth.
Aneth melihat beberapa makanan di meja itu dan sepertinya sangat enak. "Ini masakan Om semua?" tanyanya.
"Ya, aku yang masak itu semua. Cepat makan, kalau dingin nanti tidak enak," pinta pria itu.
"Pasti delivery tadi kan? Ngaku saja Om," kata Aneth dengan nada mengejek.
Max meringis menggelengkan kepala dan menduduki salah satu kursi di hadapan gadis itu. "Mana ada? Kalau memang aku delivery pasti ada bungkus makanan di sekitar sini."
Aneth terdiam, benar juga yang dikatakan oleh Max barusan. Dia melihat ke sekitar mencari keberadaan bungkus itu. "Tidak ada, memang om ini pintar menyembunyikan sesuatu," batinnya.
"Sudahlah ... makan saja. Aku memasakkan makanan dari korea dan aku pastikan masakanku sangat enak," kata Max dengan percaya diri.
"Percaya diri sekali dia," batinnya. Aneth mendengus pelan dan duduk di salah satu kursi di sana.
"Cepat makan," pintanya. Aneth menghembuskan napasnya dan mencicipi beberapa makanan Korea yang sudah dihidangkan di meja sana.
"Tidak terlalu buruk. Om pandai sekali masak, apa Om diajarin sama istri Om?" kata Aneth dengan wajah tak berdosa.