Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mendadak Menjadi Permaisuri ke 6

Mendadak Menjadi Permaisuri ke 6

Immortals

5.0
Komentar
29.1K
Penayangan
100
Bab

Seorang Dokter Genius secara misterius ber-transmigrasi ke tubuh seorang permaisuri Kekaisaran abad ke 17 . Wanita yang baru saja menikah dan diceraikan dalam satu malam oleh suaminya, Pangeran Keenam, demi kekasih masa kecilnya. Ketika hidup kembali tidak peduli. Yang dia inginkan hanyalah memulai rumah sakitnya sendiri dan fokus pada karirnya dengan pengetahuannya sebagai dokter abad ke-21, dia segera memenangkan hati orang-orang juga Yang Mulia Kaisar yang jatuh cinta padanya. Dia tidak membutuhkan cinta begitulah pikirnya. Tapi Takdir punya rencana lain untuknya, dan dia mendapati dirinya jatuh cinta pada pria yang tidak seharusnya dia inginkan, dihadapkan pada pilihan antara cinta dan Pengorbanan. Mana yang harus dia pilih

Bab 1 Mendadak Menjadi Permaisuri

Untuk bagian selatan negara itu, Bulan Mei adalah bulan yang diprediksi BMKG akan terjadi badai besar yang dapat membawa malapetaka.

Prakiraan cuaca telah memberikan pemberitahuan awal dan memperkirakan konveksi atmosfer yang kuat untuk beberapa hari ke depan.

Wilayah setempat sudah diberi peringatan bahwa hujan lebat akan terjadi dan telah menyarankan warganya bahwa sementara untuk tidak pergi keluar selama kondisi cuaca buruk seperti itu.

Namun, Sherin mengabaikan peringatan rekan-rekannya.

Dia meninggalkan rumah dengan membawa payung dan sekantong persediaan medis meskipun langit yang gelap itu tampak seperti akan runtuh.

Sherin akan menemui pasien tua nya.

Pasiennya sudah berusia 90 tahun lebih dan di diagnosis akan segera meninggal, Pasien ini telah tersiksa dengan penyakit emfisema nya selama bertahun-tahun.

Pada tahap awal, semua organnya gagal dan perutnya mengalami pendarahan hebat.

Setiap kali dia mencoba untuk makan, dia akan menderita rasa sakit yang luar biasa.

Alat-alat di rumah sakit lah yang telah membuatnya tetap hidup selama ini.

Sekarang setelah dia berada di rumah, anak-anaknya ingin ayah mereka mendapatkan perawatan yang memuaskan sebelum kematiannya.

Jadi, sebelum meninggalkan rumah sakit, mereka meminta Sherin untuk menyuntiknya dengan obat penguat jantung.

Pria tua itu sangat senang karena anak-anaknya berkumpul dan melakukan yang terbaik untuknya.

Hari ini Dia makan hampir semangkuk penuh.

Setelah makan, lelaki tua itu mengobrol riang dengan anak-anaknya.

Namun kira-kira satu jam kemudian kemudian lelaki tua itu mulai merasakan sakit yang tidak tertahankan.

Dia dengan panik meminta Dokter Sherin Lin datang dan memohon kepada anak-anaknya agar dia menyelamatkannya.

Anak-anaknya tidak tahu bagaimana menghadapi situasi ini dan menelepon Sherin Lin untuk memberi tahu dia tentang situasinya.

Sejujurnya, Sherin tidak harus pergi.

Dia sudah tahu bahwa kedatangan nya juga tidak akan bisa mengubah hasilnya.

Anak-anak lelaki tua itu juga mengetahui hal ini, jadi mereka berpikir sangat tidak mungkin Sherin akan muncul.

Mereka hanya meneleponnya untuk menenangkan lelaki tua itu, karena itu memberinya sebuah harapan.

Anehnya, setelah Sherin menutup telepon, dia segera pergi menemuinya.

Ketika Sherin tiba di rumah lelaki tua itu, pasiennya mengerang kesakitan.

Saat dia melihat Sherin, matanya yang berkaca-kaca mulai memerah.

Dia terengah-engah. "Dokter Lin, tolong selamatkan saya!"

Sherin meletakkan tas medis yang dia bawa dan langsung meraih tangan lelaki tua itu untuk menenangkannya.

"Jangan khawatir tenangkan pikiranmu." Dia tahu lelaki tua itu sangat menyadari situasinya.

Dia tahu dia akan mati, jadi dia memegang Sherin seolah-olah dia adalah harapan terakhirnya.

Setiap kali dia sakit kritis, Sherin berhasil membawanya kembali dari ambang kematian.

Dia berharap keajaiban ini akan terjadi lagi.

Namun, Sherin tahu kali ini adalah finalnya.

Saat ini, mencoba mempertahankan hidupnya bukanlah yang harus dia lakukan.

Sebaliknya, dia harus mencoba membiarkan lelaki tua itu mati tanpa rasa sakit seminim mungkin.

Sherin mengambil jarum suntik morfin dari tasnya dan dengan terampil menyuntikkannya ke lelaki tua itu.

Dia jelas melanggar aturan otentik kedokteran.

Suntikan morfin membutuhkan persetujuan dari anggota keluarga.

Namun, tidak ada yang akan ada yang menyalahkannya dalam situasi ini.

Saat Sherin menyuntikkan morfin, dia berbisik di telinga pasiennya, "Ini akan segera berakhir. Perlahan, rasa sakit itu akan hilang. Ambil napas dalam-dalam dan rilekskan tubuh mu. Aku akan mengawasimu."

Pria tua itu dengan percaya diri menatap Sherin dan secara bertahap santai. Tangannya yang terkepal dengan erat mengendur dan dia bisa merasakan rasa sakitnya berangsur-angsur hilang.

Tiba-tiba, dia terdiam dan melihat banyak orang di depannya.

Dia tidak bisa mempercayainya.

Mengapa orang yang telah mati tiba-tiba ada di depanku?

Apakah mereka hantu?

Ayah? Ibu?

Istri?

Dia dengan ringan memanggil, "Ayah, ibu, istri! Kalian semua ada di sini!"

Sherin sudah terbiasa dengan adegan ini.

Manusia biasanya tidak melihat orang yang mereka cintai sebelum kematian mereka.

Namun, halusinasi yang umum untuk pasien dalam tahap terminal emfisema sudah biasa terjadi.

Berdasarkan ekspresi pasiennya dan sorot matanya, dia sudah memasuki dunia halusinasi.

Segera, napas lelaki tua itu mulai melambat dan melemah.

Ini berlangsung kira-kira setengah jam sampai lelaki tua itu akhirnya mengembuskan napas terakhirnya.

Sherin merasakan kesedihan yang mendalam saat dia berbalik dan mengumumkan pada keluarganya, "Dia telah pergi."

Seketika, seluruh ruangan ini dipenuhi raungan tangisan.

Seseorang dari generasi yang lebih tua dengan keras berteriak, "Berlututlah dan hormati kakek kalian dalam perjalanan terakhirnya!"

Kemudian, semua orang berlutut di depan tempat tidur.

Sherin mencoba menahan air matanya dan meninggalkan suasana yang menyedihkan itu dengan membawa tas medis yang dia bawa.

Menjadi seorang dokter selama bertahun-tahun, dia telah mengalami kejadian hidup dan mati pasien yang tidak terhitung jumlahnya.

Meskipun begitu, dia masih tidak bisa menghadapi kematian di depannya sampai sekarang, terutama pasien yang dia tangani.

Di masa lalu, mentornya mengatakan kepadanya bahwa dia terlalu emosional dan itu akan menjadi beban bagi karirnya.

Namun, Sherin tidak bisa berpura-pura tidak terpengaruh oleh kematian setiap pasien nya, karena dia selalu bertarung melawan Dewa Kematian.

Dia memiliki hasrat yang kuat untuk hidup.

Sherin menyalakan mobilnya dan melaju di jalan raya menuju seatown.

Angin menjadi lebih kencang. Awan hitam telah berkumpul dan menutupi hampir separuh langit.

Dari waktu ke waktu, guntur akan bergemuruh dan kilat akan membelah langit yang hitam itu, menghasilkan sinar cahaya yang menakutkan.

Sherin berakselerasi saat suara guntur menjadi lebih terkonsentrasi dan memekakkan telinga.

Beberapa detik kemudian, seluruh langit bergetar karena efek badai.

Sherin mulai merasa sedikit cemas. Ada semakin sedikit mobil di jalan.

Tiba-tiba, petir melesat melintasi langit dan menerangi suasana kacau!

Suara ledakan guntur bergema di jalan dan langit tampak terbelah saat hujan deras menyembur keluar.

Sherin bisa mendengar tetesan hujan es membanting atap mobilnya.

Jauh di lubuk hatinya, dia tahu dia harus keluar dari kekacauan ini, tetapi tidak ada tempat untuk berhenti di jalan raya.

Sherin hanya bisa membiarkan mobilnya melaju kencang seperti kuda liar yang tak terkendali.

Saat dia hendak keluar dari pintu keluar, Sherin tiba-tiba melihat seorang wanita tua memegang payung yang sudah rusak.

Dia berjalan di sisi jalan, tubuhnya benar-benar basah kuyup.

Rambut wanita tua itu menempel di dahinya saat air terus mengalir di wajahnya.

jari kakinya mencuat dari sepatu usangnya.

Dia jelas terlihat sangat miskin.

Sherin tidak tahu mengapa wanita tua itu berdiri di pintu keluar jalan raya dalam cuaca ekstrem seperti itu.

Tanpa pikir panjang, dia langsung menghentikan mobilnya dan berteriak pada wanita tua itu kemudian membuka sisi kiri pintu mobilnya.

"Nyonya ... Masuklah!" Wanita tua itu membuang payungnya yang rusak dan terhuyung-huyung masuk ke dalam mobil.

Saat dia menutup pintu, bau busuk memasuki lubang hidung Sherin.

Pengalaman memberitahunya bahwa wanita tua itu memiliki luka yang telah membusuk di suatu tempat di tubuhnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Immortals

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku