/0/26437/coverorgin.jpg?v=7defb1e099e0469d5d8b819df5e17a97&imageMogr2/format/webp)
Pemandangan yang sungguh romantis, para penonton bersorak dan terlihat tersenyum melihat tontonan yang begitu menggelitik ulu hati.
Pasola restaurant menjadi saksi seorang lelaki tengah bertekuk lutut di depan perempuan cantik memakai dress biru tua, sedang menyatakan cinta kepada wanita pujaan hati.
"Damara Aurora, apakah kamu mau menjadi pacarku?"
Perempuan bernama Aurora lantas tersenyum senang menyaksikan sesuatu yang telah lama dinantikan.
"Aku mau," ucapnya sukses membuat tempat semakin riuh dengan sorakan penonton.
Aurora mengambil bunga mawar yang disodorkan oleh Gama Yoga Wardhana. Seorang pengusaha terkenal dari keluarga sangat terpandang.
Gama lantas berdiri dan langsung memeluk erat dengan perasaan gembira luar biasa karena cintanya telah diterima.
Pemandangan kota Jakarta di malam hari dari balik jendela besar juga ikut menjadi saksi bisu akan ketulusan cinta Gama. Namun, Gama tidak tahu jika Aurora hanya menjadikannya pion.
"Akhirnya, kamu masuk dalam perangkapku, kak Gama. Kakakku," batinnya dalam pelukan dengan mata menyiratkan dendam.
***
Di sebuah kamar tidur nan luas dengan dinding bercorak cream dan coklat menjadi tempat ternyaman untuk menenangkan pikiran.
Namun, tidak berlaku dengan pikiran yang ke mana-mana. Ia mengambil ponsel, mencoba menelepon seseorang.
Tidak lama panggilan tersambung. Aurora segera to the point.
"Aku berhasil menjadikan Gama sebagai pacarku, Bi. Dengan begitu aku sudah semakin dekat dengan tujuan menghancurkan mereka."
Irena, dari seberang sana tersenyum senang mendengar keponakannya memberikan kabar amat memuaskan dan membahagiakan, ia tidak sabar menunggu semuanya terjadi.
"Bagus, sayang. Bagus. Bibi sangat bangga kepadamu, kamu sudah mendekatkan diri dengan target yang telah menghancurkan kehidupanmu serta ibumu."
Aurora memejamkan mata, dada bergemuruh hebat menahan dendam di hati. Bayangan kondisi ibunya menjadi kekuatan besar untuk membalas apa yang sudah dilakukan orang tak bertanggung jawab, selama 24 tahun.
"Aku tidak akan membiarkan mereka berbahagia di atas penderitaanku. Mereka harus membayar apa yang sudah mereka lakukan kepada ibu," ujarnya dengan suara membara.
Aurora tidak akan pernah lupa tujuan ke Jakarta setelah 24 tahun yang lalu. Padahal sebelumnya tinggal di Surabaya bersama dengan sang bibi yang telah membesarkan dari kecil.
Jika ditanya perihal ibu. Ia bahkan tidak mendapatkan belaian kasih sayang ataupun obrolan manis. Itulah yang membuat perih. Ibu bernama Salena Kirana Salsabila tidak mengenali sebagai anak.
Dua puluh empat tahun Aurora hidup dengan penuh luka. Dan semua ulah dari seorang lelaki bernama Elviro Aditya Nugraha, ayah kandungnya sendiri.
Setelah sambungan terputus, Aurora duduk di kursi rias, menatap wajah menyedihkan dengan ekspresi datar.
"Elviro, kamu harus membayar apa yang sudah kamu lakukan. Sebentar lagi kehancuranmu akan tiba," geramnya dengan tangan kiri mengepal.
Satu tangan yang masih memegang ponsel memutar sebuah video, membuat Aurora semakin muak.
Keluarga Nugraha sangat terkenal di kalangan masyarakat dan para pebisnis. Pengusaha properti sukses itu selalu menjadi incaran media untuk meliput kehidupan mereka, tak terkecuali liputan 24 tahun lalu ketika lelaki tersebut menangis di hadapan dua gundukan tanah merah.
Di situ seolah nampak jika lelaki itu tengah berduka atas kehilangan istri beserta anaknya. Salena dan Freya Anatasya Nugraha, bayi yang masih berusia enam bulan.
"Dasar pembohong," teriak Aurora menghentikan video tersebut. Begitu marah melihat wajah penuh kesedihan ditunjukkan di hadapan kamera.
/0/13410/coverorgin.jpg?v=38a6ed5b9e7e5aedcfa336729d76a053&imageMogr2/format/webp)
/0/2805/coverorgin.jpg?v=37f6e83df4951e57735d0304685055e3&imageMogr2/format/webp)
/0/22563/coverorgin.jpg?v=c9c59fe75d098b70ecab95c669a925f5&imageMogr2/format/webp)
/0/23730/coverorgin.jpg?v=20250526182827&imageMogr2/format/webp)
/0/16152/coverorgin.jpg?v=20240617110157&imageMogr2/format/webp)
/0/2839/coverorgin.jpg?v=20250120160216&imageMogr2/format/webp)
/0/2446/coverorgin.jpg?v=20250120162544&imageMogr2/format/webp)
/0/22779/coverorgin.jpg?v=c7df2ae606df727a42b8bbece4cef249&imageMogr2/format/webp)
/0/27624/coverorgin.jpg?v=d835003021b2dcaffd0db8369e1c1393&imageMogr2/format/webp)
/0/3861/coverorgin.jpg?v=7853e354b1b8adaa688c7c566758571a&imageMogr2/format/webp)
/0/20579/coverorgin.jpg?v=20250124101151&imageMogr2/format/webp)
/0/28398/coverorgin.jpg?v=20251124182459&imageMogr2/format/webp)
/0/28867/coverorgin.jpg?v=7b0e6024e1de511891092aedce1d1655&imageMogr2/format/webp)
/0/5358/coverorgin.jpg?v=20250121173946&imageMogr2/format/webp)
/0/3400/coverorgin.jpg?v=33a021e708a82c87036af9ed381d3ca3&imageMogr2/format/webp)
/0/3939/coverorgin.jpg?v=941fdc8b2225acf82e284984594fa01d&imageMogr2/format/webp)