Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Zahran Fahad Auzan adalah pria baik hati dan cerdas. Kamu pasti tidak menyesal menikah dengannya. Terlebih untuk memimpin rumah sakit dimasa depan, Kamu memerlukan pasangan yang sama cerdasnya denganmu. Kalian sama-sama bibit unggul," bujuk Erga Sutama pada putri tunggalnya.
"Dia masih bocah, Pa. Masih 18 tahun. Dengan kakaknya saja Aku tidak mau, apalagi sama adiknya," tolak Khalila untuk sekian kalinya dengan tegas.
"Mendiang ayah Zahran dan Papa sahabat baik. Dia membantu Papa merintis rumah sakit dari nol. Saat Papa sukses, keluarga mereka tidak pernah meminta sepeserpun atas jasa ayah Zahran. Mereka keluarga baik-baik. Jarang zaman sekarang ada keluarga setulus mereka."
"Kenapa tidak Papa saja yang menikah sama ibunya Zahran kalau mau balas budi. Ibunya kan janda, Papa duda, cocok."
"Jangan kurang ajar Kamu sama Papa. Kalau Kamu menolak, Kamu tidak akan mendapatkan warisan dari Papa. Papa akan mewariskan rumah sakit pada Zahran karena di situ ada hak ayahnya. Mau?" ancam Erga.
Khalila terdiam. Dia tidak bisa berkutik. Setiap kali ayahnya mengancam, dia selalu kalah. "Papa jahat. Padahal Papa sudah tau Aku punya pacar." Khalila mulai menangis.
"Pacarmu bukan pria baik-baik, dia tidak lebih dari preman jalanan. Papa ingin menantu yang bisa diandalkan seperti Zahran," tegas Erga.
"Terserah Papa. Jual saja Aku sekalian untuk melunaskan hutang budi Papa pada keluarga kampung itu." Khalila marah besar. Dia menangis dan naik ke atas. Dia mengunci diri di kamar, melempar semua benda yang bisa dia lempar, untuk melampiaskan amarahnya.
Khalila Permata Sutama adalah gadis cerdas. Dia lulus SMA di usia 17 tahun karena sering lompat kelas. Dia berhasil menamatkan kuliah sarjana kedokterannya selama 3 tahun. Ya, di usia 20 tahun dia sudah mendapat gelar Sarjana Kedokteran. Lalu dia lulus Koas dan mendapat gelar dokter setelah 2 tahun. Di usia 22 tahun dia sudah menjadi dokter. Kini Khalila sudah berusia 24 tahun, sudah 2 tahun dia kuliah spesialis dokter bedah, namun sebelum berhasil menamatkan kuliah dokter spesialisnya, dia malah di jodohkan.
Awalnya Khalila di jodohkan dengan Hasan, kakaknya Zahran, yang merupakan guru di pondok pesantren. Mereka pun sudah kenalan, walau Khalila tidak suka pada Hasan. Naas, Dua bulan yang lalu Hasan kecelakaan dan meninggal. Erga masih kekeh menjodohkan anaknya dengan anak mendiang sahabatnya, jadi dia meminta Zahran menggantikan posisi Hasan, untuk menikahi Khalila. Tak disangka, Zahran mau menggantikan kakaknya.
Perjodohan sangat di tentang oleh Khalila. Belum cukup dijodohkan dengan guru di pondok pesantren, sekarang dia malah di jodohkan lagi dengan siswa SMA. Padahal Khalila sendiri sudah punya pacar yang sudah dipacarinya selama tiga tahun. Pacar Khalila sendiri baru tamat kuliah dan bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan swasta.
"Khalila ... Besok Kita ke desa, kalian harus menikah bulan ini juga," ucap Erga di depan pintu kamar Khalila yang terkunci.
"Terserah Papa. Toh Aku tidak bisa membantah," sahut Khalila dari dalam.
"Setelah Kamu menikah dengan Zahran, dia pindah sekolah ke Jakarta. Dan Kamu mulai praktik di rumah sakit, sambil Kamu menyelesaikan kuliah dokter spesialismu. Pikirkan rumah sakit. Kamu ingin rumah sakit atau pacarmu?"
Erga tau apa yang di inginkan putrinya. Sejak kecil putrinya bercita-cita ingin jadi dokter sekaligus pemilik rumah sakit. Jadi, Khalila pasti tidak mampu menolak keinginan ayahnya. Erga juga tau anaknya ini sangat polos, walau diluar dia terkenal menyebalkan dan manja. Erga tidak akan membiarkan kepolosan anaknya dimanfaatkan pria jahat. Itulah salah satu alasan Erga ingin Khalila menikah dengan pria baik pilihannya.
Setelah berkata demikian, Erga pun turun ke bawah. Khalila masih menangis kesal. Tiba-tiba ponselnya berdering. Yuana, sahabatnya, yang menelepon. Panggilan itu Khalila angkat. "Hallo Yuana."
"Lo kenapa? Kok nangis? Bukannya perjodohan Lo udah aman? Calon Lo di kampung meninggal kan?" Yuana tau segalanya tentang Khalila. Mereka bersahabat sejak SMA. Sekarang Yuana masih mahasiswa koas di rumah sakit milik ayah Khalila, walau mereka seusia.
"Adiknya yang bakal nikah sama Gue. Namanya Zahran. Dia masih bocah SMA. Masih 18 tahun ..." tangis Khalila pecah.
"Ya ampun, kasian banget sih Lo. Udah jangan nangis. Dunia masih belum kiamat."
"Dunia Gue udah kiamat, Na. Gimana coba Gue bilang sama Dito? Kami aja baru balikan dua bulan yang lalu, karena Gue pikir perjodohan bakal batal karena Hasan meninggal."
"Aduh, Gue juga bingung. Masalah Lo besar banget."
"Kata Papa, Gue bakal di nikahkan bulan ini juga."