Sejak kecil hidup dalam bayang-bayang penyakit yang mengerikan, lelaki yang berprofesi sebagai dokter forensik ini harus menghadapi sebuah pilihan yang tidak dapat dia hindari. Penyakit yang dideritanya, membuat dia seolah-olah merasakan bahwa orang-orang yang mati tersebut berbicara padanya. Pilihannya sebagai dokter forensik, telah membawa banyak perubahan berharga terhadap dirinya. Lelaki yang bernama Randa. Menghadapi kenyataan hidup di antara dua dunia sekaligus. Di satu sisi dirinya terjebak hidup dalam dunia imajinasinya, di satu sisi lagi dia hidup pada dunia yang semestinya. Semua orang memanggilnya Randa. Dokter aneh yang bisa beebicara pada orang yang sudah mati. Kehidupan tidak normalnya bukan hanya mempengaruhi profesi. Dikarenakan kesulitannya dalam membedakan dunia nyata dan dunia imajinasi, membuat dia jatuh cibta pada dua wanita yang berbeda namun dalam waktu yang sama. Evlyn dan Avita dua wanita yang mengisi kehidupan Randa, harus meneeima kenyataan pahit di saat dia disuruh memilih wanita mana yang dia cintai. Meskipun berat dan harus mengkhianati cinta lamanya, Rannda akhirnya menjatuhkan pilihan untuk mencintai Evlyn sepanjang hidupnya. Cinta yang tidak seimbang dan takdir yang tidak sama, ternyata wanita yang dicintai Randa adalah wanita yang telah mebibggal sejak 7 bulan yang lalu. Di saat Avita mencari dan mengungkapkan segalanya pada Randa, ia baru saja tersadar bahwa selamanya ini dirinya telah jatuh cinya pada wanita yang dia ciptakan dalam imajinasinya. Mampukah Randa keluar dalam jebakan penyakitnya? Dapatkah dia mempertahankan profesinya, sedangkan dirinya berada pada satu pilihan untuk terus bertajan atau berhenti dan menghilabg selama-selamanya dari orang yang dicintainya. Avita, wanita yang selalu menjaga lelaki sudah jelas tidak menginginkannya, harus menghadapi pilihan yang amat sulit.Merelakan Randa untuk pergi atau mempertahankan, kehidupannya dan terus membuntuti kemana nasib mengantarkan dirinya untuk mencari secuil perasaan pada lelaki yang bernama Randa.
Jenazah, seorang wanita dibawa menggunakan keranda. Di bagian kepala, terlihat sobekan luka menganga akibat tertusuk benda tajam. Seorang dokter muda menggunakan pakaian serba putih dan memakai masker, sedang tangannya yang terpasang handscon sibuk menyiapkan jarum dan benang untuk menjahit luka si mayat. Dokter itu, bekerja sendiri. Dia, meminta kepada perawat untuk tidak membantunya.
"Kenapa, aku tidak bisa menggerakkan tubuhku?"
Seorang dokter forensik yang menangani mayat itu, tidak mengindahkan ucapan sang mayat.
"Kenapa, kamu menyobek bajuku? Apakah, kamu ingin memperkosaku?"
Pertanyaan itu, mengganggu perasaan dokter muda itu. Dia, berusaha tidak berkata apapun tetapi mayat yang tidak berdaya itu terus saja saja mengoceh. Mau tak mau, dia pun menanggapi apa yang dikatakan si mayat.
"Berapa, umurmu?" Dokter itu, mengejutkan si mayat yang sejak tadi selalu mengoceh.
" Umurku, 24 tahun."
"Siapa, namamu?" Dokter itu kembali bertanya.
"Selviana Ratna." Mayat masih terheran, kenapa dokter itu bisa berbicara dengannya.
"Apa yang menyebabkan kepalamu begini?"
"Entahlah, aku sedang mengendarai mobil dan sepertinya, aku tidak sadar menabrak sesuatu." Mayat kembali menjawab
Sebuah jarum, berbentuk kail menusuk kulit si mayat. Dokter itu, menarik menggunakan benang transparan.
"Woh sakit! Sakit sekali!" Mayat mengeluh kesakitan, tetapi ekspresinya hanya di mulut saja tanpa ada reaksi tubuh seperti mengernyitkan kulit ataupun bergerak.
"Kamu, sudah meninggal dunia 4 jam yang lalu."
Si mayat, menjadi terheran. "Tapi kenapa, aku bisa berbicara denganmu?"
"Waktu umurku 14 tahun, aku divonis psikosis oleh dokter karena aku tidak bisa membedakan antara nyata dan tidak nyata. Aku, sudah biasa berkomunikasi dengan orang mati. Sejak kecil, sebagian orang menganggapku gila."
"Tapi, kamu tidak gila kan?"
Tersenyum, dokter forensik itu. Sedang tangannya sejak tadi dengan lihainya menjahit luka yang menganga sampai sebagian luka tertutup.
"Aku, tidak gila. Kalau pun aku gila, sudah pasti aku tidak akan bekerja di tempat ini."
Dari arah depan, terdengar langkah kaki bersama dengan bunyi suara kereta yang ditarik.
"Selamat siang, Dokter Randa," tegur seorang perawat cantik, bersama dua orang kawannya. Mereka datang, membawa mayat seorang laki-laki korban pembunuhan.
"Siang, Evlyn," sahut dokter forensik itu.
"Dok, apa perlu kami dampingi untuk menjahit luka jenazah?" Pertanyaan seperti itu, sangat sering sekali ditanyakan oleh para perawat. Namun, dokter itu lebih sering menolaknya. Apabila, kondisi jenazah yang dibawa hanya mengalami luka-luka sobek kecil. Kecuali luka besar akibat tabrakan atau pembunuhan, barulah Randa minta didampingi.
" Aku, masih bisa mengerjakannya sendiri. Tinggalkan saja jenazah itu! 15 menit lagi, kembalilah kesini bawa semua riwayat kematian jenazah yang laki-laki."
"Baik, Dok."
Tiga orang perawat itu pun, pergi meninggalkan Randa seorang diri mengurus jenazah.
"Aku rasa, perawat tadi menyukaimu."
Randa, kembali tersenyum. " Darimana, kamu mengetahuinya?"
Dia berbicara pada temannya, saat mengantarku ke ruangan ini.
"Semua wanita muda, pasti menyukai lelaki yang sama-sama muda!" sahut Randa, sembari menyuntikkan sebuah suntikan di kepala mayat.
"Aku, masih bisa berbicara denganmu, artinya aku masih hidup kan?" Mayat itu, kembali meyakinkan dirinya.
Tersenyum dokter itu, sembari mengambil kertas surat riwayat kematian dan menunjukkan pada si-wanita bahwa dia sudah meninggal.
"Tapi aku merasa, aku belum mati!" Wanita itu, terus saja menyangkal kematiannya.
"15 menit lagi, perawat akan masuk ke ruangan ini. Jika kamu merasa belum mati, berbicaralah dengannya. Bila dia mendengar ocehanmu, berarti kamu masih hidup. Tapi apabila sebaliknya, dia tidak mendengarmu artinya kamu benar-benar sudah mati. Dan kuharap, kamu tidak menanyakan sesuatu yang dapat mengganggu konsentrasiku," ucap si dokter muda, sembari menoleh ke mayat lelaki yang terus berteriak karena kesakitan.
"Buktinya, lelaki di sana juga mati, tapi aku tidak mendengar suara apa-apa darinya." Mayat wanita itu, masih bersikukuh menganggap dirinya tidak mati.
"Andai, kamu dapat mendengar sepertiku. Sebenarnya, mayat lelaki itu sangat berisik sekali. Kamu, tidak bisa mendengar ocehannya karena kamu sudah meninggal."
15 menit kemudian, dokter itu melihat jarum jam di tangan kanannya. Tidak beberapa lama, datang dua orang perawat masuk ke dalam ruangan.
"Sudah, kamu bawakan riwayat kematiannya?"
"Sudah, Dok."
Dokter itu, memegang riwayat kematian lelaki korban pembunuhan dan mempelajari semua sebab kematiannya.
"Evlyn, kau telanjangi mayat wanita itu. Buka semua pakaiannya, setelah itu bawa ke ruang mayat agar dimandikan oleh Heddy. Pastikan, saat memandikan mayat harus didampingi 2 perawat agar tidak ada lagi kasus pemerkosaan pada mayat. Penyebab kematiannya, sudah kutulis pada kertas di meja. Nanti, kamu salin ke riwayat kematiannya."
"Baik, Dok," ucap Evlyn, perawat cantik yang naksir Dokter Randa.
"Oktav, bantu aku mengurus jenazah laki-laki ini."
Sebuah gunting tajam, menyobek pakaian jenazah lelaki itu. Luka sobek, akibat tebasan pisau membelah bahu kiri.
Randa, mengukur kedalaman luka sobekan akibat tebasan golok.
"Kamu tau, apa penyebab kematian lelaki ini?" tanya Randa, pada Oktav.
"Perkelahian, perebutan warisan. Menurut polisi, korban menyerang terlebih dulu secara membabi buta. Lalu, pelaku berusaha membela diri hingga terjadi duel dan akhirnya korban kalah."
"Tidak! Tidak benar cerita itu! Anak itu yang lebih dahulu menyerangku. Aku, hanya mempertahankan diri!" Jenazah itu, terus berteriak membela diri mengatakan dirinya tidak bersalah. Randa yang mendengar penuturannya, hanya diam saja karena baginya tidak semua mayat harus dia ajak bicara.
"Ukur panjang tubuhnya, lalu kamu catat disini."
"Baik, Dok."
"Setelah itu ukur panjang lukanya, penyebab kematiannya.
Mayat lelaki yang sedang mereka urus itu, terus saja mengeluh. Bila melihat badannya yang besar, tentu tidak pantas jika dia merengek dan menangis seperti anak kecil. Untungnya, hanya Randa saja yang mendengar keluh kesah mayat itu.
"Dokter, kenapa mayat mengeluarkan air mata?" Oktav terkejut, mengira mayat itu masih hidup.
"Itu, normal. Jenazah mengeluarkan air mata itu, akibat dari relaksasi otot menjadi tenang sehingga jaringan-jaringan otot menjadi kendor."
"Owh begitu ya, Dok? Wah, kalau di kampung saya ada mayat begini, mereka pasti heboh karena dianggap aneh."
"Semua yang terjadi itu, semuanya bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan. Itulah pentingnya, edukasi kepada masyarakat agar sesuatu yang aneh tidak menjadi gosip yang bisa menjadi aib bagi keluarga yang tinggalkan."
Bab 1 PSIKOSIS
22/03/2022
Bab 2 DOKTER RANDA
22/03/2022
Bab 3 KASUS 2016
22/03/2022
Bab 4 JATUH CINTA
22/03/2022
Bab 5 ANTI PSIKOTIK
22/03/2022
Bab 6 JAS PUTIH
22/03/2022
Bab 7 JENAZAH OTOPSI
22/03/2022
Bab 8 ARWAH
22/03/2022
Bab 9 dr Avita
22/03/2022
Bab 10 MELAMAR EVLYN
22/03/2022
Bab 11 PESAWAT
27/03/2022
Bab 12 OTOPSI MASAL
27/03/2022
Bab 13 HARI PERTAMA
27/03/2022
Bab 14 BAYI AJAIB
27/03/2022
Bab 15 JENAZAH ANAKKU
27/03/2022
Bab 16 GALIN
27/03/2022
Bab 17 MISTERI EVLYN
27/03/2022
Bab 18 INTERVAL
27/03/2022
Bab 19 EPISODE PSIKOTIK
27/03/2022
Bab 20 JENAZAH BUNUH DIRI
27/03/2022
Bab 21 MUSIBAH
07/04/2022
Bab 22 AVITA DAN RANDA
07/04/2022
Bab 23 ARWAH EVLYN
07/04/2022
Bab 24 RANDA PENYEBAB KEMATIAN EVLYN
07/04/2022
Bab 25 ARWAH MINTA TOLONG
07/04/2022
Bab 26 PEMUDA BERTATTO
07/04/2022
Bab 27 MENGUNGKAP KEBENARAN
07/04/2022
Bab 28 DILEMA RANDA
07/04/2022
Bab 29 JENAZAH MUTILASI
07/04/2022
Bab 30 AYAH KORBAN MUTILASI
07/04/2022
Bab 31 SIDIK JARI
07/04/2022
Bab 32 IDENTIFIKASI
07/04/2022
Bab 33 SAMPEL DNA
07/04/2022
Bab 34 SIAPA AVITA
07/04/2022
Bab 35 MERINDUKAN EVLYN
07/04/2022
Bab 36 SELIDIK
07/04/2022
Bab 37 DETEKTIF
07/04/2022
Bab 38 PELAKU TERTANGKAP
07/04/2022
Bab 39 KISAH CINTA RANDA DAN AVITA
07/04/2022
Bab 40 SETAHUN YANG LALU
07/04/2022
Buku lain oleh FATIHA
Selebihnya