DOKTER FORENSIK
salah satu caffe. Tempat nongkrong favorit kawan-kawa
ri melihat mobil kawan yang kebanyakan dia kenal
ita, salah satu dokter umu
rdengar jelas, walau butiran hujan
na, V
caffe. Kamu, di
lam mobil. Aku, tidak melihat mob
luar dulu. Kamu, lihat
lah. Aku,
baju gamis berwarna cream turun bergegas mencari
gkan, suaranya berbunyi via handphone
pnya, sembari melambaikan
"Oke-oke. Aku, sudah melihatmu." Ber
t, hujannya,
ntong kanannya. "Sini, mukamu!" ucapnya, sembari mengelap wajah Randa yang bas
jahnya yang basah diacak-acak menggunak
h? Penggunaan, kata hujan itu der
pelototi wajah Avita de
seketika dan langsung tertawa
bagian bawah dipadukan dengan sepatu sneaker putih. Wanita di hadapannya itu, terlihat stylish, excellent dan mahal. Baju minimalis yang dipakai wanita itu, memperlihatkan tulang cantik di antara bahu dan lengan. Di pergel
berwarna hitam. Penampilan wanita itu, tentu bertolak belakang jauh
lin ini temanku
ngat dari Randa pada pe
an
nita itu, menyamb
a. Kemudian, duduk di hadap
sekitar 20 menitan,"sahut
rapa sampai?
rusan saja datang. Selesa
ian berdua saling k
u tinggal di Sampit, Randa?" sahut Av
tahun tingg
sibuk banget. Siangnya di rumah sakit, sorenya kadang dinas di kantor polisi. Sabtu sampe minggu
r polisi? Dokter,
a, sambil memb
mana sih rasanya tiap ha
a saja. Hanya saja yang datang sudah tidak bernyawa. Kalo pasien, biasany
terlihat begitu antusias, mendengar setiap cerita yang keluar dari mulut Randa. Wa
a menjadi dokter forensik seru-s
zah yang kondisinya sudah membusuk atau rusa
nya saja, dulu waktu pertama-tama agak jijik dan gugup saja
l gelar sp.FM. Padahal, prakteknya aja mahal. Udah gitu,
anya. Sedang di sebelahnya, terlihat Avita memberi isyarat pada pelayan ca
amu mau p
nya,
yang kebetulan juga belum makan, memi
r tiramisu. Capuccino
percakapan Randa dan Avita. Avita, diam-diam memperhatik
diri kegiat
um memperkena
?" canda Randa, semba
berdua. Aku, kan cuma pendengar yang baik," sahut A
" Kalin menyodorkan tangannya, disambut oleh Randa. Dan, ke
lalak. Apa yang dilakukan Kalin,
Kalin, diselin
rtawa dan berkata "Aku, tadi hampir saja pulang
aperan. Apalagi, dikit-dikit
ring baperan,
di aku melulu." Av
mendekati setengah dua belas malam. Merasa, sudah terlalu
punya rumah Ran
pa. Aku, tid
. Hanya, Avita yang masih bersama Randa. Mereka, berdua pulang bersama. Randa, mengantar Avita karena suda
kaki lima di pinggir jalan terjebak antara pulang dan bertahan dengan dagangannya. Mobil pun berjalan melambat, dikarenakan curah huja
sti sudah h
banyak,
sa obat di kotak dan menggantinya dengan obat yang baru saja dipesannya dari salah satu toko onl
bunuhan dan pemerkosaan. Kadang, setelah pulang dinas aku seri
, kamu akan cepat sembuh. Berobat, jauh-jauh k
gak ada yan
ya selalu ada yang menjaga dan ada juga
aku sudah
Dadanya, terasa menjadi sesak mendengar penuturan dari mulut Randa. Meskipun, polo
menga
a yang dekat
awat di tempat
u bisa enggak
ami berdua ba
a, namanya teme
vl
berpikir keras. Nama itu, sepertin
wat b
sudah lama beker
t, ruan
ruang
ok wanita yang diceritakan oleh Randa. Hujan yang sangat dera
Avita dan membimbingnya turun dari mobil. Saat pintu rumah dibuka, Randa begegas pergi. Avita yang