Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
“Aku hamil.” Pengakuan Kayla itu langsung membuat sang pacar, Mark, membelalak. Cowok blasteran Indonesia-Jerman itu langsung menghampiri Kayla dengan wajah tak percaya.
“Jangan becanda,” desis Mark.
“Apa aku terlihat sedang becanda?” tantang Kayla. Melihat Kayla serius dengan ucapannya, Mark langsung membuang muka sambil mengacak-acak rambutnya yang kecoklatan. Dia dan Kayla memang sudah pernah berhubungan cukup jauh tanpa memakai pengaman, tapi dia tak pernah menduga jika ini bisa menyebabkan Kayla hamil.
“Apa kamu yakin jika kamu benar-benar hamil?” tanya Mark lagi. Kayla perlahan mengeluarkan dua buah benda dari dalam dompetnya. Dua buah alat tes uji kehamilan dimana di keduanya tertera dua garis dengan cukup jelas. Dia memberikannya kepada Mark, tapi karena Mark tidak menerimanya dan malah menatap kedua benda kecil itu dengan pandangan jijik, Kayla pun meletakkannya di atas kasur di sebelah ia duduk.
“Mungkin itu bukan anakku,” gumam Mark sambil menggelengkan kepalanya tak percaya. Mendengar sanggahan dari kekasihnya itu, Kayla pun mendelik.
“Tega sekali kamu! Kamu yang sudah mengambil kegadisanku. Sekarang bisa-bisanya kamu menuduhku tidur dengan cowok lain!?” pekik Kayla tak terima. Sontak Mark menempelkan telunjuknya di bibir untuk memberi isyarat agar Kayla menurunkan volume suaranya. Dia celingukan menatap ke arah pintu takut jika ada yang mendengar pembicaraan mereka. Hari memang masih siang, dan biasanya hampir semua penduduk di kost putra itu sedang sibuk kuliah atau bekerja. Tapi, Mark masih tetap waspada takut kalau ada teman kost nya yang datang dan tak sengaja mendengar teriakan Kayla.
“Oke, kamu tenang dulu!” kata Mark berusaha menenangkan Kayla yang mulai terisak. Dia sama bingungnya dengan gadis cantik berambut pendek yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun itu. Tapi Mark sadar, bingung dan menangis takkan bisa menyelesaikan semuanya.
“Kita hanya melakukannya sekali saja, Kay,” bisik Mark.
“Walaupun hanya sekali, tapi jika kita sama-sama dalam masa subur itu bisa saja terjadi kan? Apa kamu tidak mempelajari soal itu?” protes Kayla. Mark menghela nafas dengan berat mendengar pernyataan Kayla.
“Bagaimana kalau kita gugurkan saja?” bisik Mark kemudian. Lagi-lagi Kayla mendelik. Bahkan kali ini dia beranjak saking kagetnya.
“Kita sudah berbuat dosa. Kamu mau kita menambah dosa lagi dengan membunuh anak ini?” jerit Kayla.
“Sssttt, jangan keras-keras,” sahut Mark sambil memegang kedua bahu Kayla. Ia menuntun Kayla agar kembali duduk di atas kasur. Kali ini ia memegang tangan Kayla dengan erat, “Dengar Kayla. Aku tahu kita sama-sama bingung atas semua yang terjadi. Kita juga masih kuliah, jadi tidak mungkin kita bisa menikah dan membesarkan anak ini.”
“Maksud kamu?” tanya Kayla bingung.
“Aku belum bekerja Kay, dengan apa nanti aku harus memberi makan kamu dan anak kita?” Mark balik tanya. Kayla menunduk memikirkan semua yang dikatakan oleh Mark.
Kayla menarik nafas panjang dengan berat. Dia yang terlalu polos dan jatuh cinta pada pria itu sehingga lupa akan batasan-batasan dalam hubungan mereka. Saat Mark meminta lebih, Kayla memberikannya dengan cuma-cuma hanya karena cintanya yang begitu besar. Tak pernah terbesit sedikitpun di benaknya jika apa yang mereka lakukan bisa menjadi seperti ini. Dan sekarang, semua sudah terjadi dan Kayla hanya bisa menyesali semua perbuatannya.
Dia mengenal Mark sejak awal masuk kuliah. Mark yang tampan dengan wajahnya yang blasteran sukses memikat hati Kayla. Ketika Mark menembak Kayla dan mengajak Kayla pacaran, Kayla langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang. Padahal, Kayla tahu jika Mark adalah cowok populer di kampus dan terkenal playboy. Bahkan, Kenzi sahabat Kayla sejak kecil sudah memperingatkan Kayla untuk berhati-hati pada cowok seperti Mark. Tapi, cintanya pada Mark yang begitu besar membuat Kayla yakin jika Mark adalah cowok yang tepat. Buktinya, Mark selalu bersikap manis dan sayang kepada Kayla selama dua tahun mereka bersama.
“Lalu bagaimana?” tanya Kayla pelan sambil mengusap air mata yang mulai menetes di pipinya. Dia sangat ketakutan sejak kemarin lusa ia melakukan tes pertama. Garis dua itu langsung membuat tubuhnya lemas dan seluruh tulangnya remuk. Ia sadar jika orang tua Kayla yang sangat agamis pasti tidak bisa menerima keadaan anak perempuannya itu. Apa yang harus ia katakan pada mereka? Dia bisa saja dibunuh oleh ayahnya jika ayahnya tahu anak perempuannya sudah hamil diluar nikah.
“Kita menikah saja,” lanjut Kayla langsung mengutarakan idenya kepada Mark. Tapi, reaksi Mark sungguh diluar dugaan. Mark menggeleng dengan cepat.
“Aku tidak bisa,” kata Mark.
“Kenapa? Kita bisa tetap lanjut kuliah kok. Ayah dan ibuku takkan menuntutmu bekerja. Mereka pasti mengerti,” bujuk Kayla. Mark masih saja menggeleng.