Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Kejujuranmu seputih kapas yang bersih sebelum terkena noda, tetapi kamu lupa bahwa hati perempuan serapuh kaca.
—Queena Bulan Latief—
“Saya terima nikah dan kawinnya Queena Bulan Latief binti Jacob Al Latief dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas batangan seberat 100 gram dibayar tunai.”
Untaian kalimat sakral janji pernikahan terucap lantang dan lancar dari seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan garis rahang tegas dan wajah yang tampan. Wajah yang sedari terlihat tegang akhirnya sedikit lega ketika berhasil mengucapkan ijab kabul.
“SAH!”
Suara sahutan terdengar diiringi untaian doa panjang yang diaminkan semua orang. Alfan Fatih Herlambang kini telah resmi menyandang status suami dari Queena Bulan Latief.
Perlahan sang pengantin yang berbalut kebaya berwarna putih itu menoleh ke arah sang suami dan mencium punggung tangannya, diakhiri dengan laki-laki tersebut yang memberikan kecupan di kening dengan sikap canggung.
Suasana haru menyerbu dada. Perempuan itu masih tak menyangka bahwa kini statusnya telah berubah hanya dalam waktu singkat. Tidak ada hubungan sepasang kekasih yang pernah terjadi. Namun mereka sudah sedikit saling mengenal karena telah melewati beberapa pertemuan untuk mengurus pernikahan.
Pada malam hari, acara dilanjutkan dengan resepsi di sebuah hotel bintang lima yang terletak di kawasan Jakarta Pusat. Suasana meriah dan mewah itu mengiringi perayaan pernikahan mereka. Tamu yang diundang juga tak main-main karena dua keluarga besar itu merupakan salah satu pengusaha sukses dengan bisnis yang tersebar di mana-mana. Kemeriahan yang tidak akan mungkin dilupakan begitu saja. Para penyanyi terkenal Indonesia turut hadir dan memeriahkan acara tersebut.
Pesta itu usai menjelang tengah malam, satu persatu tamu mulai meninggalkan tempat acara. Semua keluarga sudah kembali menuju kamar yang telah disediakan, termasuk juga dengan sepasang pengantin baru. Malam ini mereka semua akan menginap di hotel.
Di sebuah kamar dengan tipe president suites, yang telah dihias dengan kelopak bunga membentuk sebuah hati di atas ranjang. Benar-benar disiapkan untuk pengantin baru yang akan melewati malam panjang. Keduanya melangkah ke dalam dan pintu tertutup dengan otomatis.
“Bersihkan dirimu, aku perlu bicara setelah ini, Bulan.” Alfan berlalu menuju balkon setelah berbicara.
Bulan memilih menuju kamar mandi dan perlahan melepaskan seluruh aksesoris yang menempel pada tubuhnya.
“Mas Alfan,” panggil Bulan ketika laki-laki itu masih berada di balkon.
“Kamu sudah selesai mandi?”
“Sudah, Mas.”
Alfan langsung berbalik dan berjalan melewati Bulan begitu saja tanpa melirik. “Duduklah. Ada yang ingin kukatakan.”
Mereka duduk berhadapan. Bulan melihat tatapan sang suami selalu menghindar, seperti enggan menatap dan menolak kehadirannya secara halus dengan bersikap acuh tak acuh.
“Ada apa, Mas?” Perasaan Bulan tiba-tiba menjadi tidak enak. Ada sesuatu yang akan terjadi, tetapi taktahu itu apa.
“Maaf,” ujar Alfan dengan suara berat.
Bulan mengerutkan kening dan menghela napas pelan, merasa bingung dengan kata maaf yang terlontar tiba-tiba tanpa penjelasan.
“Aku akan mengatakan sebuah kejujuran ini kepadamu,” sambung Alfan seraya mendongak menatap sang istri. Baru kali ini mereka saling menatap dengan intens dalam jarak dekat. Tatapan mereka terasa berbeda, juga degupan jantung seakan lebih cepat dari biasanya, tetapi dengan alasan yang berbeda.
“Kamu menakutiku, Mas.” Bulan bergidik ngeri.
Alfan menarik napas pelan. “Aku serius. Dengarkan baik-baik,” lanjutnya. Hening beberapa saat, “Sebenarnya diriku sudah memiliki istri.”
Deg!